Kasus virus corona di seluruh dunia mendekati angka 10 juta. Meski kian membesar, persentase kesembuhan, per Jumat (26/6) sore, juga semakin meningkat, yakni 57%. Namun, meski sudah dinyatakan sembuh, para pasien masih dibayangi ancaman kerusakan paru-paru.
Ahli Anjurkan Pasien COVID-19 yang Sembuh Cek Kesehatan secara berkala
Seperti Anda ketahui, COVID-19 menyerang paru-paru. Penderita dapat mengalami batuk-batuk hingga sesak napas.
Nah, usai sembuh, ternyata masalah tidak selesai begitu saja. Masih ada dampak virus corona lanjutan yang mengintai.
Para ahli mengeklaim beberapa penyintas dapat mengalami fibrosis paru. Ini adalah kondisi jaringan paru berubah jadi jaringan parut.
Jaringan parut ini menumpuk, dan menjadikan paru-paru kaku. Pasien pun biasanya akan mengeluhkan sulit bernapas.
Untuk mendeteksi dan mencegah kondisi tersebut, ahli medis menyarankan penyintas virus corona untuk rajin memeriksakan paru-paru ke rumah sakit. Mereka bahkan diminta untuk memindai paru-paru sebagai langkah preventif.
Selain langkah pencegahan, pemindaian diperlukan untuk menentukan efek lebih lanjut virus ini pada tubuh.
Studi di Tiongkok sebelumnya menunjukkan bahwa pasien virus corona masih mengalami kerusakan paru-paru setelah keluar dari rumah sakit.
Menurut Dr. Sam Hare, anggota komite eksekutif British Society of Thoracic Imaging dan penasihat Royal College of Radiologists, ini dilakukan sebagai bentuk kekhawatiran bahwa pasien mengalami kerusakan paru permanen.
"Dalam pemindaian enam minggu ini, sekitar 20-30% pasien corona yang berada di rumah sakit tampaknya menunjukkan beberapa tanda awal kerusakan paru-paru," kata Dr. Hare.
Data dari virus lain, seperti SARS dan MERS, menemukan bahwa hingga 60% pasien mengalami kondisi kesehatan yang mirip dengan fibrosis paru.
Artikel Lainnya: Tak Hanya Paru, Virus Corona Bisa Rusak Jantung, Hati, dan Ginjal!
Pasien Virus Corona yang Sembuh Ada yang Alami Kerusakan Paru
Sayangnya, fibrosis paru tidak dapat disembuhkan. Gejala umumnya termasuk sesak napas yang parah, batuk, dan kelelahan yang mungkin terjadi usai sembuh dari infeksi virus corona.
Hal ini dialami oleh pensiunan sopir taksi asal Inggris, Anthony McHugh, seorang penyintas virus corona.
McHugh menceritakan bagaimana ia dirawat di rumah sakit pada 6 Maret, setelah menunjukkan gejala virus.
Pria berusia 68 tahun itu lalu dinyatakan sembuh pada pertengahan April. Namun, sekitar dua bulan setelah meninggalkan rumah sakit, McHugh masih mengalami kesulitan bernapas.
“Ini hal-hal kecil seperti berjalan menaiki tangga atau menyirami bunga di luar. Saya mulai membungkuk dan saya harus berhenti,” katanya seperti dikutip dari BBC.
Pemindaian pun dilakukan pada paru-paru McHugh enam minggu setelah ia meninggalkan rumah sakit.
Hasilnya, terlihat garis-garis putih tipis yang dikenal sebagai reticular shadowing. Itu adalah tanda sudah terjadi masalah jaringan parut atau fibrosis paru.
McHugh kemudian disarankan untuk untuk menjalani pemindaian lain setelah 12 minggu untuk memastikan apakah jaringan parut di paru-parunya memburuk.
Artikel Lainnya: Oh, Tidak, Virus Corona Bisa Merusak pada Testis Pria
Sebanyak 30% Pasien Virus Corona Alami Kerusakan Paru
Penelitian sendiri menunjukkan bahwa satu dari tiga pasien yang pulih dari COVID-19 dapat menderita kerusakan jangka panjang pada paru-paru.
Para ahli dari National Health Service (NHS) di Inggris mengatakan bahwa ada bukti yang berkembang bahwa virus itu adalah penyebab kerusakan paru paru permanen.
Dalam beberapa kasus, tanda-tanda kerusakan baru muncul pada tubuh setelah pemulihan.
NHS juga menyebutkan bahwa 30% paru-paru pasien dapat rusak atau terluka jika pernah mengalami COVID-19 sebelumnya.
“Kami memiliki beberapa pasien coronavirus berusia 40-an saat ini. Sebelumnya mereka adalah orang-orang yang aktif dan mandiri. Tapi sekarang, mereka pada titik tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kami sungguh tidak ingin mereka mengalami ini," tutur ahli.
Mengapa Bisa Alami Kerusakan Paru-Paru?
Kerusakan paru-paru pada pasien COVID-19 memang bisa terjadi. Memangnya, apa yang terjadi pada paru-paru setelah terinfeksi virus corona?
Menurut dr. Devia Irine Putri, usai seseorang terinfeksi, terjadi proses peradangan virus corona di paru-paru.
"Terbentuknya jaringan parut di paru-paru atau rusaknya jaringan paru-paru ini karena akibat dari proses peradangan virus corona itu sendiri," jelas dr. Devia saat dihubungi KlikDokter.
"Ditambah bagi mereka yang pakai alat bantu napas (ventilator) dalam jangka lama itu meningkatkan risiko kerusakan jaringan paru," jelas dr. Devia.
Bagaimana Mencegahnya Supaya Tak Terjadi Kerusakan?
Kalau sudah terjadi kerusakan, cukup sulit untuk mencegah apa yang terjadi di paru-paru usai terinfeksi COVID-19. Menurut dr. Devia, kalau penanganannya baik sejak awal, komplikasi pun bisa diredam.
Kuncinya adalah penanganan yang baik saat mengalami COVID-19. Akhirnya peradangan menurun dan membuat paru-paru tetap dalam kondisi baik.
"Tergantung derajat keparahan infeksinya, faktor komorbidnya. Kalau memang penanganan awalnya baik dan cepat, komplikasi ke arah ini bisa menurun juga. Jadi tidak sampai parah sudah bisa dikurangi peradangannya," pungkas dr. Devia Irine.
Dinyatakan sembuh dari virus corona bukan berarti terbebas dari virus ini. Anda perlu mewaspadai “efek lanjutan” yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Bagi para penyintas COVID-19, pemeriksaaan paru secara berkala untuk mengecek kondisi paru-paru.
Yuk, cari tahu update seputar COVID-19 di aplikasi KlikDokter. Untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.
(HNS/AYU)