Virus corona masih jadi musuh bersama semua negara di dunia sampai hari ini. Virus ini juga diketahui menyerang salah satu organ pernapasan manusia, yaitu paru-paru. Oleh karena itu, orang yang terpapar COVID-19 butuh bantuan ventilator untuk bernapas.
Padahal, coronavirus bukan hanya merusak paru-paru manusia, tetapi juga berdampak pada organ lain, seperti jantung, hati, dan ginjal.
Nah, kondisi inilah yang mesti diwaspadai oleh banyak orang, di mana COVID-19 bukan penyakit atau virus sembarangan.
Kasus Virus Corona Merusak Organ Vital Lainnya
Soal ini, para dokter di seluruh dunia melihat bukti yang menunjukkan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan yang tidak hanya berhubungan dengan paru-paru.
Virus corona bisa menyebabkan peradangan jantung, penyakit ginjal akut, kerusakan neurologis, pembekuan darah, kerusakan usus, dan masalah hati.
Menurut Alan Kliger, seorang nefrologi di Yale School of Medicine, hampir setengah dari pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit memiliki darah atau protein dalam urine mereka. Di mana artinya ada tanda kerusakan dini pada ginjal mereka.
Hal yang sama diutarakan oleh dr. Devia Irine Putri. Virus corona memang bisa menyebabkan gagal ginjal akut dan liver. Akan tetapi, dr, Devia mengungkapkan, fungsi ginjal akan kembali pulih seiring kondisi normal pasien COVID-19.
"Iya komplikasinya bisa ke ginjal berupa gagal ginjal akut dan liver. Kalau yang gagal ginjal akut itu biasanya bersifat sementara, lihat fungsi ginjalnya biasanya akan dibantu hemodialisa nantinya akan kembali baik atau normal lagi," ujar dr. Devia.
"Kalau mengganggu kesehatan liver masih perlu penelitian lebih lanjut, tapi kemungkinan kerusakan liver bisa terjadi," sambungnya.
Sementara itu, data awal juga menunjukkan, sebanyak 14 hingga 30% pasien ICU di New York dan Wuhan, Tiongkok, kehilangan fungsi ginjal dan membutuhkan dialisis atau terapi penggantian ginjal terus menerus.
Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa
"Ada sejumlah orang yang memiliki masalah kesehatan tersebut, dan ini menjadi hal baru untuk saya. Menurut saya, ada kemungkinan virus menempel pada sel-sel ginjal dan menyerang organ tersebut," ungkap Kliger.
Selain berisiko merusak ginjal dan liver, infeksi virus corona juga dapat membahayakan jantung.
Dokter di Tiongkok dan New York melaporkan terjadinya miokarditis, peradangan otot jantung, dan irama jantung tidak teratur yang dapat menyebabkan henti jantung pada pasien COVID-19.
"Ketika sistem pernapasan tetap berjalan normal, semua bisa dikatakan baik-baik saja. Lalu, tiba-tiba pasien mengalami masalah jantung yang tidak sebanding dengan kondisi masalah pernapasannya,” kata Mitchell Elkind, ahli saraf Universitas Columbia dan presiden American Heart Association.
Tak hanya itu, tampaknya virus corona juga mampu menyebabkan gumpalan darah di pembuluh darah kaki dan bagian tubuh lainnya. Gumpalan darah ini dapat pecah, berjalan ke paru-paru, dan menyebabkan kematian yang disebabkan oleh emboli paru.
Kerusakan Diduga Akibat Badai Sitokin
Kerusakan organ tubuh lainnya akibat virus corona, selain paru-paru, diduga disebabkan oleh badai sitokin. Dokter Devia menjelaskan, badai sitokin merupakan munculnya zat antibodi yang berlebihan pada tubuh.
"Badai sitokin itu munculnya zat antibodi yang berlebihan pada tubuh. Pada orang normal, kalau ada virus atau kuman, kan, merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membunuh si virus dan kuman. Ini terjadi dalam bentuk peradangan lokal di organ yang terkena biar mati," ujar dr. Devia.
"Nah, pada beberapa orang justru sistem kekebalan tubuhnya bekerja berlebihan, jadinya malah hiperinflamasi. Tidak cuman di organ yang ada virusnya itu, tapi bisa kemana-mana," lanjutnya.
Masih menurut dr. Devia, badai sitokin ini biasanya berhubungan sama penyakit yang infeksi seperti pada saat flu burung, flu babi. Tapi, juga bisa terjadi pada penyakit non infeksi, seperti multiple sclerosis.
Pada kondisi beberapa pasien virus corona yang sakit parah, dokter telah menemukan sitokin proinflamasi tingkat tinggi yang disebut interleukin-6, atau juga dikenal dengan singkatan IL-6.
Kata Jeffrey Weber, wakil direktur Perlmutter Cancer Centre at NYU Langone Medical Centre, untuk pasien virus corona, badai sitokin adalah alasan utama mengapa mereka memerlukan perawatan intensif dan ventilator.
"Ketika jumlah sitokin Anda berada di luar kendali sistem, hal-hal buruk terjadi. Itu bisa menjadi bencana total. Tidak jelas mengapa badai sitokin terjadi pada beberapa pasien, faktor genetik juga mungkin berperan," ungkap Weber.
Meskipun belum tahu pasti penyebabnya, beberapa dokter menggunakan obat anti-IL-6 seperti tocilizumab untuk mengobati badai sitokin.
Obat tersebut biasanya diberikan pada pasien kanker yang mengembangkan badai sitokin sebagai hasil dari imunoterapi.
Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!
Pasien Virus Corona Bisa Alami Gejala Berbeda
Tak melulu berhubungan soal saluran pernapasan, pasien virus corona juga bisa alami gejala berbeda. Salah satu gejala yang sedang disoroti adalah mata menjadi merah atau konjungtivitis.
Satu studi dari 38 pasien yang dirawat di rumah sakit di provinsi Hubei, Tiongkok, menemukan sepertiga pasien positif virus corona memiliki kondisi mata yang warnanya berubah menjadi merah muda.
Seperti banyak efek virus yang tidak menyerang sistem pernapasan, gejala ini mungkin relatif tidak umum. Gejala konjungtivitis kemungkinan hanya terjadi pada orang yang sudah sakit parah.
Selain berdampak pada jantung, mata, dan paru, virus ini juga memiliki dampak pada saluran pencernaan. Gejala infeksi virus corona pada sistem pencernaan bisa menyebabkan diare, muntah, dan lainnya.
Jadi, semakin hari Anda juga harus semakin tahu bahwa virus corona memang sangat berbahaya. Tak hanya mempengaruhi paru-paru, ini juga menyebabkan masalah pada organ lainnya yang dapat menyebabkan kematian.
KlikDokter juga telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona.
Apabila mau tahu lebih lanjut seputar COVID-19 gunakan fitur LiveChat untuk konsultasi langsung dengan dokter. Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.
(OVI/AYU)