Covid-19

Takut Keluar Rumah Saat New Normal Virus Corona, Ini Kata Psikolog!

Tamara Anastasia, 17 Jun 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Bukannya senang bisa kembali beraktivitas, tapi banyak orang yang justru takut hadapi new normal. Mengapa? Simak penjelasan berikut ini

Takut Keluar Rumah Saat New Normal Virus Corona, Ini Kata Psikolog!

New normal atau normal baru, mungkin sudah jadi dua kata yang tidak asing lagi di telinga Anda. Bagaimana tidak? New normal merupakan sebuah prosedur baru yang sudah ditetapkan di berbagai negara dalam menghadapi pandemi virus corona.

Kondisi new normal atau tatanan kehidupan baru di tengah pandemi virus corona ini, juga merupakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) beberapa waktu lalu.

Fungsinya, untuk mengembalikan perekonomian suatu negara dan mengembalikan kembali seluruh aktivitas yang sempat ‘mati’ dalam beberapa bulan terakhir di negara tersebut.

Di Indonesia sendiri, new normal akan segera dilakukan setelah melewati masa transisi PSBB. Meski begitu, tidak sedikit orang yang justru takut dan cemas dalam menghadapi masa new normal ini.

Mengapa New Normal Masih Belum Bisa Diterima Oleh Banyak Orang?

Contoh kalimat seperti “Bukankah kamu harusnya senang, ya, sudah bisa kembali beraktivitas di luar?”, mungkin sudah dilontarkan oleh banyak orang di Indonesia.

Namun, pada kenyataannya, tidak sedikit juga orang yang justru takut menghadapi masa normal baru ini.

Melansir BBC, Dr. Karen Cassiday, psikolog klinis dan direktur pelaksana The Anxiety Treatment Center di Chicago mengatakan bahwa rasa stres, cemas, dan panik ketika menghadapi pandemi virus corona, tidak serta merta langsung hilang saat masuk masa ‘new normal’. 

Justru, tubuh dan pikiran kembali harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, di mana semakin buat pikiran jadi semakin tertekan.

“Saat masa pandemi, tubuh kita terjebak dalam mode respon stres yang sangat tinggi. Ini akan meninggalkan rasa lelah sedih, dan mudah tersinggung. Belum terbiasa dengan keadaan pandemi virus corona, tubuh kini harus kembali beradaptasi dengan lingkungan baru. Rasa stres yang masih tinggal dalam tubuh, bisa kembali meningkat kadarnya dan justru bisa buat diri semakin cemas,” ujar Cassiday.

Artikel Lainnya: Antre Naik KRL pada Masa New Normal, Ini Beberapa Tips Amannya!

Cassiday juga menjelaskan kondisi ini berbeda dengan masalah sehari-hari yang umumnya bisa dihadapi. Nah, saat pandemi, hal ini sudah tidak bisa diselesaikan oleh diri sendiri.

Butuh banyak campur tangan untuk bisa menyelesaikannya. Maka, ketika Anda tidak bisa menyelesaikan sebuah masalah, maka perasaan cemas akan muncul.

Menanggapi hal ini, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog pun juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Cassiday.

Menurutnya, seseorang yang masih takut akibat kondisi normal baru, bisa dipicu karena seseorang merasa belum aman terkait dengan kondisi yang sedang terjadi ini. Alhasil, muncul lagi perasaan cemas yang bisa berdampak pada depresi.

“Orang tersebut merasa tidak aman, bisa jadi karena masih melihat jumlah kasus COVID-19 yang setiap harinya selalu naik terus, sedangkan dia mesti bekerja. Nah, kebutuhan akan rasa aman ini nggak terpenuhi oleh orang tersebut, sehingga muncul, tuh, cemasnya,” kata Ikhsan.

1 dari 3

Aktivitas Normal Baru Timbulkan Peristiwa Emosional

Mengutip The Guardian, coronavirus juga telah menyebabkan peristiwa emosional massal, kata Roger Patulny, seorang profesor sosiologi di Wollongong University.

Selain itu, Melissa Norberg, Profesor Psikologi Klinis dan Wakil Direktur Centre for Emotional Health di Macquarie University juga setuju, bahwa new normal bisa membawa implikasi emosional yang berbeda.

Melissa mengatakan kembalinya jadwal padat di kantor, ketentuan-ketentuan yang harus patuhi, dan segala macam protokol kesehatan baru ini, bisa membawa dampak emosional yang nyata.

Ini disebabkan oleh ketidaksiapan seseorang untuk menerima hal baru lagi, dan secara terpaksa harus beradaptasi lagi.

Namun, dengan kebiasaan dan seiring berjalannya waktu, Melissa yakin, setiap orang nantinya akan siap dan tidak takut lagi dalam menghadapi masa new normal, dan bisa ‘berdamai’ dengan kehidupan barunya.

Artikel Lainnya: Coba New Normal dengan Bekerja dari Kantor Lagi, Ini Kata Psikolog

2 dari 3

Batasan Cemas yang Wajar dan Tidak Saat Menghadapi New Normal

Menjawab pertanyaan ini, Ikhsan mengatakan batas normal seseorang merasa cemas menghadapi new normal adalah ketika rasa ketakutan itu tidak berdampak pada kehidupan sehari-harinya.

Dengan kata lain, jika Anda justru terus merasa paranoid hingga membuat diri jadi tidak nafsu makan, emosi, mudah tersinggung, tubuh gemetar, sulit berkonsentrasi, dan cepat sedih ketika mendengar informasi tentang virus corona, ini sudah masuk dalam tahap tidak wajar.

Untuk mengatasi masalah ini, Ikhsan menyarankan, agar disiplin dan memastikan bahwa diri Anda sudah benar-benar bisa menjaga diri sesuai dengan aturan yang sudah diberikan.

Misalnya, memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan melakukan physical distancing dengan orang sekitar.

Lalu, fokuskan pikiran untuk menerima bahwa kondisi normal baru ini memang harus dijalankan, dan ada orang lain yang juga ikut merasakannya.

Nantinya, Anda bisa saling tukar pikiran dengan kerabat atau sanak keluarga, dan saling menguatkan satu sama lain.

Lalu yang terakhir, saring lagi informasi yang sedang beredar. Bila perlu, kurangi intensitas membaca informasi terkait virus corona dan perbanyak lakukan kegiatan yang menyenangkan.

3 dari 3

Apakah Lebih Baik Work From Home?

Dengan adanya dampak cemas dan stres berlebih selama masa normal baru, semakin banyak pula yang bertanya, apakah work from home lebih baik dilakukan untuk mengatasi kecemasan saat pandemi ini?

“Jika disuruh memilih mana lebih baik, tentu work from home adalah pilihan yang paling tepat untuk sekarang ini. Mengingat jumlah korban positif virus corona yang semakin bertambah setiap harinya. Namun, jika perusahaan tempat Anda bekerja sudah menerapkan sistem work from office, maka aturan dan protokol kesehatan harus dilakukan guna mencegah penyebaran virus corona,” tutur psikolog Ikhsan.

“Jika Anda sudah melakukan dan mengikuti aturan yang ditetapkan, jangan lagi cemas karena kemungkinan Anda tertular pun akan kecil,” tutupnya.

KlikDokter juga telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona.

Apabila mau tahu lebih lanjut seputar normal baru, penanganan rasa cemas dan takut, atau informasi COVID-19 lainnya, gunakan fitur Live Chat untuk konsultasi langsung dengan dokter dan psikolog.

Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.

(OVI/AYU)

New Normal