1,2 juta dosis vaksin corona buatan Sinovac tiba di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, pada Minggu (6/12) kemarin. Vaksin tersebut lantas dibawa ke kantor pusat Bio Farma di Bandung.
Vaksin yang diberi nama CoronaVac itu disimpan dalam tujuh envirotainer dan diangkut menggunakan tiga truk. Sesampainya di Bio Farma, vaksin langsung disimpan di dalam cool room dengan suhu 2-8 derajat Celsius.
Sebagai vaksin corona pertama yang hendak digunakan secara luas di Indonesia, CoronaVac masih harus melalui uji keamanan dan efektivitas dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin dari Sinovac sendiri telah diuji klinis di Bandung sejak Agustus 2020 lalu. Lebih dari 1.600 relawan telah ikut serta dalam uji klinis fase ketiga atau yang terakhir. Sejauh ini, penyuntikan kedua vaksin telah selesai dan tinggal menunggu evaluasi.
Mengenal Efektivitas Vaksin Sinovac
CoronaVac adalah vaksin yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan biofarmasi di China, yaitu Sinovac Biotech. Vaksin tersebut menggunakan metode inactivated atau dibuat menggunakan versi tidak aktif dari virus corona.
Pada uji pertama dan kedua, CoronaVac disebut-sebut dapat memicu respons kekebalan tubuh dengan cepat. Namun, tingkat antibodi yang dihasilkan oleh tubuh terbilang lebih rendah daripada orang yang pulih dari COVID-19.
Meski begitu, uji awal tersebut memang tidak dirancang untuk menilai seberapa manjur CoronaVac, melainkan untuk mengetahui apakah vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan yang cukup atau tidak.
Hasil uji tersebut dijelaskan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Diseases. Isi penelitian berasal dari hasil uji klinis Fase I dan Fase II di China yang melibatkan lebih dari 700 peserta.
Artikel Lainnya: Membandingkan Efek Samping Vaksin Virus Corona yang Tengah Diuji
Menurut salah satu peneliti, Zhu Fengcai, CoronaVac dapat memicu respons antibodi yang cepat. Antibodi dilaporkan dapat keluar dalam waktu empat minggu setelah dua dosis vaksin diberikan dalam interval 14 hari.
Peneliti juga menambahkan, vaksin CoronaVac ini cocok untuk penggunaan darurat selama pandemi.
Menanggapi temuan tersebut, dr. Arina Heidyana mengatakan vaksin CoronaVac masih perlu diteliti lebih lanjut, termasuk soal keamanannya.
“Dari hasil itu perlu diketahui lagi sampai berapa lama antibodi yang terbentuk bisa bertahan. Terus efek sampingnya bagaimana. Harus dilihat juga respons kekebalannya. Apakah antibodi yang terbentuk mampu melindungi dari infeksi virus corona,” kata dr. Arina.
Sementara itu, dari berbagai riset, antibodi yang dihasilkan pasien corona yang telah sembuh sebenarnya tidak akan bertahan lama. Dalam jurnal terbaru, antibodi tersebut hanya akan melindungi seseorang 3 sampai 6 bulan setelah infeksi.
Artikel Lainnya: Wajib Tahu, Ini 5 Vaksin yang Ditanggung BPJS Kesehatan!
Sejauh Mana Keamanan Vaksin Sinovac?
Menurut Zu Fengcai dan berdasarkan hasil uji kepada 144 relawan di fase pertama dan 600 relawan di fase kedua, vaksin Sinovac cocok untuk penggunaan darurat. Artinya, tidak terdapat isu khusus yang muncul terkait keamanannya.
Namun, data soal kemanjuran dan keamanan vaksin pada uji tahap terakhir hingga saat ini belum dipublikasikan. Meski begitu, tim uji klinis Sinovac di Indonesia menyebut, vaksin yang sudah didatangkan telah mendapat persetujuan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Untuk saat ini, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Sinovac tengah diuji oleh BPOM terkait kemanjuran dan keamanannya. Saat semua aspek terpenuhi, BPOM dapat mengeluarkan izin darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).
Dokter Arina juga menegaskan sekali lagi, uji vaksin Sinovac di Indonesia masih berjalan dan artinya penelitian belum selesai! Jadi, untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya memang harus menunggu uji dari BPOM.
Artikel Lainnya: Ini Alasan Pemberian Vaksin Virus Corona Tak Cukup Sekali
Apa Keunggulan Sinovac Dibanding Kandidat Vaksin Lain?
Gang Zeng, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi, mengatakan CoronaVac bisa menjadi pilihan yang menarik. Pasalnya, vaksin bisa disimpan di dalam suhu lemari es normal yang berkisar 2 hingga 8 derajat Celcius dan dapat stabil hingga tiga tahun ke depan.
Zeng mengungkapkan, memilih vaksin dari Sinovac dianggap menguntungkan. Sebab, vaksin tersebut dapat didistribusikan ke daerah-daerah sulit, yang tidak tersedia kulkas atau akses pendingin.
Bagaimana dengan kandidat vaksin lainnya? Vaksin corona yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna membutuhkan penyimpanan yang jauh lebih dingin. Vaksin tersebut diketahui menggunakan mRNA untuk mengaktifkan sistem kekebalan terhadap virus.
Vaksin Pfizer harus disimpan dan diangkut dengan suhu -70 derajat celcius. Sedangkan vaksin Moderna, bisa stabil di dalam suhu lemari es normal selama 30 hari. Akan tetapi, untuk penyimpanan hingga enam bulan ke depan perlu disimpan pada suhu -20 derajat celcius.
Di samping Indonesia, Brasil disebut-sebut juga akan membeli vaksin Sinovac pada Januari mendatang.
Itu dia beberapa informasi mengenai efektivitas vaksin CoronaVac dari Sinovac. Mari kita berdoa agar vaksin terbaik untuk mencegah infeksi corona bisa segera ditemukan. Sementara menunggu vaksin, kita harus terus menerapkan protokol kesehatan agar bisa terhindar dari COVID-19.
Cari tahu informasi tentang vaksin virus corona lainnya dengan membaca artikel kesehatan di aplikasi Klikdokter. Untuk konsultasi dengan dokter, gunakan fitur Live Chat 24 Jam.
(OVI/JKT)