Desas desus obat virus corona terus terdengar di Indonesia. Kabar hoaks pun bermunculan terkait temuan obat COVID-19 yang diklaim beberapa pihak. Padahal, hingga kini belum ada obat pasti untuk mencegah dan mengobati virus corona.
Meski begitu, bukan berarti lembaga-lembaga kesehatan tidak berusaha untuk mencari dan membuat obat untuk COVID-19.
Seperti halnya dengan PT Bintang Toedjoe yang bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan uji klinis terhadap khasiat tanaman herbal jahe merah sebagai imunomodulator coronavirus.
Jahe Merah sebagai imunomodulator COVID-19
Perwakilan dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, Adi Wira Septama, PhD., mengatakan bahwa jahe merah memang memiliki sejumlah kandungan dan zat yang telah terbukti mampu menjadi imunomodulator bagi tubuh manusia.
Imunomodulator sendiri bekerja menekan reaksi imunitas pada keadaan yang berlebihan atau disebut dengan imunosupresi. Selain itu, imunomodulator berkhasiat meningkatkan reaksi imunitas pada keadaan defisiensi.
Imunomodulator juga dapat memperbaiki reaksi imunitas pada keadaan yang tidak seimbang (imunorestorasi).
“Pada jahe merah, ada sangat banyak kandungan yang memang bisa dijadikan sebagai imunomodulator. Salah satunya adalah antiinflamasinya yang bisa meningkatkan imunitas tubuh sehingga virus penyebab penyakit tidak bisa masuk ke dalam tubuh,” ujar Adi dalam webinar “LIPI Uji Klinis Jahe Merah sebagai Imunomodulator COVID-19”, Senin (31/8).
“Hanya saja, perlu diingat bahwa jahe merah ini bukanlah obat untuk COVID-19. Melainkan obat herbal yang nantinya bisa bekerja sebagai imunomodulator atau pembentuk imun untuk meminimalkan kemungkinan seseorang terserang penyakit,” lanjut Adi.
Artikel Lainnya: Resah Gelisah Para Penyintas, Corona Itu Nyata
Dra. Mayagustina Andarini, M. Sc., APT, selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM RI mengatakan, tahap uji klinis jahe merah sebagai imunomodulator memang nantinya akan dijadikan obat untuk meningkatkan sistem imun, bukan sebagai obat untuk mengatasi virus corona.
“Bukan berarti kita tidak boleh pakai obat konvensional. Penggunaan obat konvensional ini juga dibutuhkan untuk tahap penyakit lebih berat. Sebagai metode pencegahan penyakit masuk ke dalam tubuh, ada baiknya kita mencoba menggunakan obat herbal,” ujar Mayagustina.
“Dalam uji ini, tentunya dengan menggunakan ekstrak dari jahe merah. Tapi ini bukan sebagai obat penyembuh, melainkan sebagai obat untuk mencegah penyakit masuk,” dia menegaskan lagi.
Sementara itu, ada beberapa alasan jahe merah dipercaya mampu menjadi imunomodulator untuk COVID-19, yakni:
- Jahe merah secara tradisional telah digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit.
- Data secara saintifik menunjukan bahwa jahe merah memiliki potensi dalam memodulasi sistem imunitas.
- Dan jahe merah juga berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk fitofarmaka (produk uji pada manusia), melalui pembuktian secara klinis.
Artikel Lainnya: Lipsus: Perjuangan Tenaga Medis, dari Takut Jadi OTG sampai Stigma Negatif
Konsumsi Jahe Merah Dikombinasikan dengan Protokol Kesehatan
Namun, selain memperkuat imunitas, penerapan protokol kesehatan juga menjadi pilar utama dalam pencegahan COVID-19.
“Selain merawat yang sakit, yang penting juga dilakukan adalah menjaga yang sehat agar jangan sampai sakit. Hal yang paling utama itu menjaga protokol kesehatan supaya tidak tertular,” tutur Ketua Umum PB IDI dr. Daeng M. Faqih yang turut menjadi narasumber.
“Jadi, dengan protokol kesehatan ditambah kondisi tubuh yang prima, imunitas yang bagus, maka meski kita tertular dan terpapar, imunitas dalam tubuh bisa melawan sehingga kita tidak jatuh sakit,” dr. Daeng menambahkan.
Jangan lewatkan berita-berita terbaru seputar virus corona dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)