Varian virus COVID-19 C.1.2 pertama kali terdeteksi pada Mei 2021. Para peneliti dari National Institute for Communicable Diseases, Afrika Selatan, mengatakan varian ini telah menyebar di Afrika Selatan dan tujuh negara lain yang mencakup Afrika, Eropa, Asia, dan Oseania.
Varian baru virus COVID-19 C.1.2 menarik perhatian para ilmuwan karena memiliki mutasi dalam genom yang mirip dengan varian Delta. Benarkah varian ini lebih berbahaya dari varian Delta?
Benarkah Varian C.1.2 Lebih Berbahaya dari Delta?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan varian virus corona baru C.1.2 tampaknya tidak menyebar.
Juru bicara WHO, Margaret Harris, mengatakan varian berlabel C.1.2. saat ini belum diklasifikasikan sebagai "varian yang menjadi perhatian".
Artikel Lainnya: Mengenal Virus Mutasi Lokal COVID-19 di Indonesia
Sampai saat ini para peneliti masih meneliti frekuensi dan perilaku dari varian C.1.2. Maka dari itu, belum dapat dipastikan apakah varian baru virus corona ini lebih berbahaya dari Delta atau tidak.
Penelitian juga melihat mutasi ini terhadap infeksi dan resistensi vaksin. Sejauh ini virus tersebut belum memenuhi kriteria WHO sebagai variant of concern (VoC) atau variant of interest (VoI).
Variant of concern (misalnya Delta) adalah mutasi virus yang memperlihatkan peningkatan penularan, perubahan pada penyakit, serta penurunan efektivitas dalam penanganan kesehatan masyarakat.
Variant of interest adalah mutasi virus yang terbukti menimbulkan penularan di beberapa kelompok dan ditemukan di banyak negara. Namun, varian ini belum tentu terbukti lebih ganas atau menular.
Seorang ahli virus dan dosen bidang imunologi dan penyakit menular di Central Clinical School University of Sydney, dr. Megan Steain, mengatakan para ahli memberikan peringatan tentang varian C.1.2 karena dianggap memiliki beberapa mutasi.
Menurut Steain, setiap kali ada mutasi virus corona, para peneliti akan mengawasi varian tersebut untuk melihat apa yang akan dilakukannya. Tindakan ini meliputi efeknya pada respons imun dan kecepatan penularan.
Butuh beberapa waktu bagi para ilmuwan untuk melakukan tes laboratorium demi melihat apakah virus baru C.1.2 lebih berbahaya atau tidak.
Artikel Lainnya: Efektifkah Booster Secretome untuk Melengkapi Vaksin COVID?
Efektifkah Vaksin Melawan Varian C.1.2?
Dokter Dyah Novita Anggraini menjelaskan mutasi virus akan terus ada selama virus masih bisa menyerang manusia. Karena, tubuh manusia merupakan tempat virus hidup dan mutasi menjadi cara virus bertahan hidup.
Menurut dr. Dyah Novita, varian baru COVID-19 C.1.2 yang diduga memiliki kemiripan dengan varian Delta mungkin dapat menghindari sebagian dari respons imun. Vaksin yang ada mungkin tidak akan menetralisir sebaik saat melawan strain aslinya.
Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah vaksin menjadi tidak efektif melawan varian C.1.2 karena masih dalam penelitian.
“Vaksin masih akan menawarkan perlindungan tingkat tinggi terhadap rawat inap dan kematian. Vaksinasi jadi salah satu contoh untuk mencegah mutasi, karena di tubuh akan terbentuk antibodi untuk menyerang virus,” jelas dr. Dyah Novita.
Saran dr. Dyah Novita, cegah terjangkit mutasi virus corona baru dengan makanan bergizi seimbang, vaksinasi, dan protokol kesehatan.
Lakukan 5M yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Bila ingin tanya lebih lanjut seputar infeksi virus corona, konsultasi lebih mudah lewat LiveChat dokter. Anda juga bisa download aplikasi Klikdokter di sini.
(FR/AYU)