Meski belum mengambil langkah ekstrem seperti lockdown, ada dua cara yang diimbau oleh pemerintah demi mencegah virus corona, yaitu social distancing dan work from home (WFH) atau kerja dari rumah.
Gubernur DKI Jakarta pun sudah menutup beberapa fasilitas umum dan hiburan di Jakarta milik pemerintah, agar kurva penyebaran COVID-19 itu tak semakin meruncing.
Tak cuma Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saja yang telah menyarankan masyarakat untuk menerapkan social distancing dan work from home, Presiden Indonesia pun menyatakan hal serupa melalui media massa.
Namun, karena sifatnya masih imbauan alias belum diwajibkan, banyak yang belum paham mengapa dua metode tersebut penting untuk dilakukan.
Dipicu Kenaikan Jumlah Pasien Virus Corona di Indonesia
Sampai dengan Minggu (15/03), jumlah pasien virus corona di Indonesia berjumlah 117 orang. Bahkan salah satu yang menjadi pasiennya bukanlah orang ‘biasa’. Beliau adalah Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Pasien yang terinfeksi COVID-19 ini tersebar di delapan wilayah, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Banten. Sudah lebih dari 1.000 spesimen yang diperiksa terkait virus corona.
Sementara itu, Anies mengatakan per 1 Maret pasien pemantauan tercatat sebanyak 129 orang, sedangkan per 12 Maret, jumlahnya 586 orang!
Untuk pasien dalam pengawasan, per 1 Maret jumlahnya hanya 39 orang. Sedangkan 12 Maret, jumlahnya meningkat jadi 261 orang. Diramalkan, ini akan terus membludak bila tak ada tindakan lebih lanjut.
Artikel lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya
Apa Itu Social Distancing dan Seberapa Penting Upaya Tersebut?
Social distancing menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak antarmanusia. Tujuannya, tentu saja untuk menekan jumlah infeksi dari suatu penyakit.
Dari KlikDokter, dr. Sepriani Timurtini Limbong mengatakan, social distancing sangat penting diterapkan di masa outbreak seperti sekarang ini.
Sebab, ini bisa memperlambat penularan dan menyediakan waktu untuk sistem kesehatan mempersiapkan serta mengobati orang-orang yang sudah lebih dulu terinfeksi.
“Social distancing memang tak menjamin seseorang untuk benar-benar nggak sakit. Tapi tujuannya adalah untuk buying time. Memastikan setiap orang yang telah sakit mendapatkan perawatan kesehatan dan melindungi mereka yang rentan, contohnya lansia,” jelas dr. Sepri.
“Kalau mau belajar dari kasus Wuhan, mereka lockdown dan itu ngaruh banget untuk menurunkan angka kejadian. Bahkan sekarang, satu rumah sakit emergency sudah ditutup. Kalau negara kita belum memungkinkan untuk lockdown, social distancing ini bisa jadi alternatif,” dr. Sepri melengkapi.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa social distancing memang diperlukan untuk mencegah penyebaran SARS-CoV-2. Butuh kerja sama yang baik antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat untuk memaksimalkan metode preventif ini.
Artikel lainnya: Benarkah Bekerja dari Rumah Lebih Baik dibanding di Kantor?
Apa yang Bisa Dilakukan saat Tak Bisa Social Distancing?
Seperti yang sudah disinggung di atas, social distancing dan WFH alias metode kerja dari rumah ini sifatnya masih berupa imbauan. Jadi, masih banyak yang belum menerapkannya.
Selain itu, baru dibuatnya kebijakan soal pembatasan waktu dan jalur transportasi umum membuat penumpukan penumpang di beberapa titik. Alhasil, kerumunan masyarakat pun tak terelakkan dan bisa meningkatkan risiko penularan SARS-CoV-2, bukan?
Apabila Anda terpaksa tidak bisa melakukan social distancing, maka lakukan beberapa cara supaya risiko penularan bisa diminimalkan, yaitu:
- Hindari berkontak fisik dengan orang lain. Jangan cipika-cipiki atau bersalaman. Cukup lambaikan tangan atau sampaikan salam dengan cara yang lain –seperti menggunakan salam Namaste yang kini ramai digunakan. Intinya tidak menyentuh tangan.
- Sehabis pulang kerja, lebih baik langsung pulang ke rumah. Hindari acara kumpul-kumpul apalagi sampai larut malam.
- Kalau belum membersihkan tangan, jangan memegang area wajah, terutama hidung, mulut, dan mata.
- Sehabis pegang fasilitas umum, bersihkan tangan. Benda-benda pribadi yang sering digenggam sebaiknya juga dibersihkan (contohnya smartphone).
- Pemakaian masker memang lebih diutamakan pada orang yang sakit. Tapi, jika terjebak di keramaian (di mana arah droplet bisa datang dari mana saja), maka gunakan masker untuk berjaga-jaga.
- Bawa hand sanitizer. Itu cara praktis yang bisa dilakukan bila tidak menemukan air dan sabun di dekat Anda.
- Perhatikan kondisi tubuh. Kalau memang tak enak badan, jangan paksa diri untuk beraktivitas di luar. Periksakan diri ke dokter bila ada gejala demam, batuk, dan sesak napas.
- Begitu kembali ke rumah, ganti pakaian dan mandi. Jangan memeluk atau menyentuh anggota keluarga lain bila Anda belum membersihkan diri.
- Terakhir, jaga daya tahan tubuh. Konsumsi makanan bergizi (akan lebih baik perbanyak asupan makanan bervitamin C) dan cukup istirahat. Bila perlu, konsumsi suplemen.
Itu dia penjelasan soal pentingnya social distancing untuk mencegah virus corona. Bila Anda masih punya pertanyaan seputar virus berbahaya tersebut atau penyakit lainnya, segera konsultasikan pada dokter kami via Live Chat di aplikasi KlikDokter!
(FR/ RH)