Beberapa waktu lalu, beredar pernyataan pria yang mengklaim dirinya sebagai profesor dan mengaku menemukan obat herbal untuk atasi virus corona. Tentunya, ini menjadi perbincangan yang ramai di media dan masyarakat.
Obat herbal yang dibuat pria tersebut sederhananya mengandungi buah manggis, kelapa, gula aren, dan kunyit.
Lantas, benarkah campuran herbal itu bisa menyembuhkan COVID-19? Mari simak fakta dan penjelasan tentang obat herbal coronavirus menurut ahlinya berikut ini.
Benarkah Obat Herbal Bisa Membunuh Virus Corona?
Saat ditanya tentang obat herbal penawar virus corona, Ahmad Rusdan Utomo, Ph.D, ahli dan peneliti biologi molekuler, menepis kebenaran berita tersebut.
Menurutnya, obat herbal tidak bisa membunuh atau membasmi virus corona di dalam tubuh. Namun, dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi masalah peradangan
“Obat herbal ini nggak bisa membunuh virus corona. Ketika orang kena peradangan atau infeksi, ada kemungkinan bisa fatal akibatnya. Jenis obat ini memang ada efek antioksidan yang secara umum dapat menekan peradangan,” jelasnya saat diwawancarai.
Kata Ahmad Rusdan Utomo, ada baiknya sebelum obat herbal digunakan, perlu diketahui dulu kondisi fatal yang bisa terjadi saat seseorang terinfeksi COVID-19.
“Saat terinfeksi, kemungkinan kita bisa meninggal karena jumlah virus atau bakteri yang banyak dan nggak habis-habis. Saat virus dan bakteri sudah hilang, ada kalanya peradangan di dalam tubuh tidak juga hilang,” kata Ahmad Utomo.
Ia juga menjelaskan, jika ingin mengobati infeksi virus, hanya sel imun di dalam tubuh yang bisa melakukannya.
“Kalau membunuh virus corona, setahu saya cuma pakai antibodi limfosit, sel T dan sel B. Jadi, infeksi virus corona ini dilihat dari patogennya dan bisa diatasi dengan sel imun. Kalau tinggal efek inflamasinya, obat herbal mungkin bisa membantu meredakan.”
Artikel Lainnya: 2 Obat Herbal Virus Corona Kalbe Farma Ikut Uji Klinis
Apa Herbal Ini Aman untuk Tubuh?
Pria yang ahli di bidang genetik kanker dan inflamasi di paru ini menjelaskan ramuan herbal sebenarnya aman dikonsumsi. Asalkan obat herbal diminum dengan dosis wajar, tidak berlebihan.
“Untuk penunjang kesehatan, obat herbal nggak apa-apa diminum. Konsumsi herbal tapi jangan terlalu banyak juga. Ini karena inflamasi jangan selalu dimusuhi,” jelasnya.
“Kita butuh inflamasi untuk mendukung tubuh membasmi virus dan bakteri. Kalau sama sekali nggak ada inflamasi, kita berisiko terkena segala macam patogen. Intinya inflamasi tetap perlu untuk keseimbangan,” jelas Ahmad Utomo melengkapi.
Lalu, apa herbal juga bisa mencegah infeksi virus corona? Lulusan Postdoctoral Fellowship Harvard Medical School, Amerika Serikat, ini menyatakan pencegahan virus corona yang paling efektif sampai sekarang hanya dengan melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Namun, apabila mau mencegah gejala penyakit lain yang tidak disebabkan virus, minum herbal kemungkinan bisa membantu.
“Kalau pencegahan untuk gejala batuk atau tenggorokan sakit, minum obat herbal kaya jahe nggak apa-apa. Namun, kalau untuk penyembuhan virus corona, ini lebih kompleks lagi,” ujar Ahmad Utomo.
“Mewanti-wanti juga, tidak perlu diberi embel-embel obat anti-corona. Bilang saja untuk penyegaran dan stamina tubuh. Kalau ada embel-embel anti-corona nanti melanggar regulasi,” tegasnya menambahi.
Artikel Lainnya: Heboh Kalung Anti Corona, Efektifkah Eucalyptus Cegah COVID-19?
Adakah Antivirus yang Menunjukkan Kemajuan untuk Mengobati COVID-19?
Kata Ahmad Utomo, sampai saat ini, belum ada yang bisa menemukan obat antivirus COVID-19 yang benar-benar efektif hasilnya.
“Misalnya, uji klinis obat klorokuin. Setelah di-review, tidak begitu menunjukkan efek. Memang jumlah virusnya jadi menurun, tapi secara klinis tidak ada perbaikan. Pasien masih sakit,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan, saat diteliti secara in vitro (laboratorium), kondisi ini kemungkinan disebabkan karena sel tubuh yang tidak cocok dengan zat di dalam obat.
“Kita masih butuh uji klinis obat lain, tunggu saja. Paling yang digunakan saat ini dexamethasone untuk kondisi kritis. Dexamethasone dilaporkan bisa menurunkan risiko kematian 30 persen. Itu pun tidak seratus persen manjur,” ungkapnya.
Dalam masalah pengobatan, Ahmad Utomo pun menegaskan adanya kemungkinan obat antivirus tidak mempan untuk semua pasien.
“Mungkin, bisa digunakan di fase awal atau gejala ringan yang berpotensi menjadi berat. Kalau sudah berat, pendekatannya bukan antivirus, mungkin antiinflamasi dan antikoagulasi untuk mencegah pembekuan di paru. Maka itu, menemukan obat virus corona nggak gampang,” katanya.
Klikdokter telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona.
Apabila mau tahu lebih lanjut seputar COVID-19 gunakan fitur LiveChat 24jam untuk konsultasi langsung dengan dokter di aplikasi Klikdokter!
(AYU/ARM)