Tak disangka, mutasi virus corona berjalan lebih cepat dari yang dibayangkan. Baru saja muncul varian Delta atau B.1.617.2 di India, kini sudah ada turunannya yang disebut “Delta Plus” atau AY.1.
Varian ini diklaim lebih mudah menular dan menurunkan efektivitas vaksin. Benarkah hal tersebut? Berikut fakta-fakta seputar mutasi COVID Delta Plus.
Fakta soal Virus Corona Delta Plus
Agar Anda bisa lebih mewaspadai, berikut beberapa fakta terbaru mengenai mutasi virus corona Delta Plus:
1. Muncul Pertama Kali di India
Laporan kemunculan Delta Plus pertama kali dilaporkan di India pada Oktober 2020. Varian ini disebut 40-50 persen lebih menular daripada varian Alfa yang pertama kali dilaporkan di Inggris.
2. Terjadi Mutasi Protein Spike
Delta Plus adalah mutasi virus corona dari strain B.1.617.2 yang lebih agresif. Strain inilah yang mendorong gelombang kedua infeksi COVID-19 di India.
Karakteristik varian ini adalah adanya mutasi K417N pada protein spike virus SARS-CoV 2, virus penyebab infeksi corona. Protein spike-lah yang membantu virus masuk dan menginfeksi sel manusia.
Artikel lainnya: Nama Mutasi Virus Corona Kini Menggunakan Alfabet Yunani
3. Kebal terhadap Pengobatan
Hingga saat ini memang belum ada bukti pasti soal seberapa parah infeksi yang disebabkan oleh varian Delta Plus.
Namun, karena adanya mutasi K417N, varian baru ini disebut lebih kebal terhadap vaksin dan terapi obat.
4. Sudah Ada Sejak Maret
Dr. VK Paul, anggota NITI Aayog (badan resmi transformasi India), mengatakan, varian Delta Plus sebenarnya sudah ada sejak Maret lalu. Namun, saat itu varian ini belum terlalu mengkhawatirkan.
5. Sudah Menyebar di Sejumlah Negara
Menurut PHE, sejauh ini ada 63 genom B.1.617.2 dengan mutasi K417N yang telah diidentifikasi. Enam di antaranya berasal dari India.
Sementara itu, ada 36 kasus Delta Plus yang dikonfirmasi di Inggris. Angka tersebut menyumbang sekitar 6 persen kasus di AS. Dua kasus di Inggris ditemukan lebih dari 14 hari setelah program vaksinasi dosis kedua.
Artikel lainnya: Benarkah Vaksin Corona Bisa Sebabkan Hipernatremia?
Negara lain yang sudah melaporkan keberadaan kasus Delta Plus, antara lain, 1 kasus di Kanada, Jerman dan Rusia; 2 kasus di Nepal; 4 dari Swiss; 9 dari Polandia; 12 dari Portugal; 13 dari Jepang; serta 14 dari Amerika Serikat.
Lantas, apakah Delta Plus sudah ada di Indonesia? Sejauh ini, otoritas kesehatan setempat belum memastikannya. Namun, varian Delta diketahui sudah ada di Indonesia dan menyebar di sejumlah daerah.
6. Masyarakat Diminta Tidak Khawatir
Anurag Agrawal, Direktur Institut CSIR-Genomics and Integrative Biology (IGIB) Delhi, meminta masyarakat tidak khawatir soal mutasi Delta Plus.
Pasalnya, laporan mengenai varian ini juga masih sedikit. Indikasi soal keparahan strain ini juga belum ada.
Agrawal menyarankan agar plasma darah orang-orang yang sudah divaksinasi lengkap diuji ketahanannya terhadap varian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah benar terjadi penurunan efektivitas vaksin yang signifikan.
Artikel lainnya: Medfact: Bawang Merah dan Lemon Cegah Virus Corona?
7. Efektivitas Vaksin terhadap Mutasi Delta Plus Belum Diketahui
Studi AIIMS mengindikasikan, vaksin—bahkan setelah dosis lengkap—mungkin saja tidak terlalu melindungi seseorang dari infeksi Delta Plus. Namun demikian, sejauh ini belum ada studi untuk memastikannya.
Delta Plus, Berbahaya atau Tidak?
Menanggapi hal ini, dr. Sara Elise Wijono, M. Res mengatakan, “Hingga saat ini, belum bisa dipastikan atau belum ada tanda-tanda bahwa varian Delta Plus lebih berbahaya.”
“Meskipun demikian, masyarakat tetap diminta untuk tetap waspada dan tidak menganggap remeh semua varian mutasi baru virus corona, termasuk Delta Plus,” katanya.
Dokter Sara menegaskan agar masyarakat lebih taat lagi terhadap protokol kesehatan. Terlebih, varian Delta sudah ditemukan ada dan menyebar di beberapa daerah di Indonesia.
Tetap disiplin lakukan protokol kesehatan, antara lain dengan menggunakan masker dengan benar saat bepergian, rajin mencuci tangan, hindari menyentuh hidung dan area wajah, segera mandi setelah bepergian, dan menghindari kerumunan.
Segera periksa ke dokter apabila menemukan gejala, seperti demam, batuk-batuk, flu, dan sesak napas.
Dapatkan informasi lainnya seputar COVID-19 dan mutasinya dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
[HNS/JKT]