Kasus positif virus corona kini telah menyentuh angka 1,7 juta lebih. Bohong kalau masyarakat tak merasa panik dengan hal ini. Sayangnya, di tengah kesusahan dunia, ada beberapa oknum yang malah memanfaatkan kondisi ini dengan cara menjual obat virus corona palsu!
Hingga kini, belum ada obat pasti untuk mematikan virus SARS-CoV-2 tersebut. Semua obat yang diberikan hanya untuk menekan gejala, sementara khasiat terapi plasma darah sedang diteliti lebih lanjut.
Apa Itu Obat Virus Corona Palsu dan Apa Bahayanya?
Dilansir dari Detik.com, salah satu tenaga ahli Badan Kesehatan Dunia (WHO), Pernette Bourdillon Esteve, menjelaskan bahwa nilai peredaran obat palsu di negara dengan pendapatan menengah (negara berkembang) bisa mencapai 470 triliun rupiah!
Ini semua terjadi akibat rasa panik masyarakat yang meningkat, sehingga dengan mudahnya percaya bahwa obat-obatan tersebut bisa menyembuhkan pasien virus corona.
Perlu diketahui, obat palsu yang dimaksud oleh WHO adalah obat yang sudah tercemar, beda bahan zat aktif, dan juga obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.
Menurut Pernette, efek samping obat virus corona palsu untuk kasus yang “beruntung” adalah mereka tidak merasakan efek apapun, baik itu efek positif maupun efek negatif.
Sedangkan, bagi kasus tidak beruntung, obat virus corona palsu punya efek yang justru dapat memperparah gejala COVID-19.
Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya
Bahkan, obat palsu ini dapat menimbulkan gejala lain dan merusak fungsi organ tubuh karena kandungannya sudah tercemar dan bahan aktifnya berbeda
Dilansir dari AFP, operasi yang didukung oleh Europol telah menyita 4,4 juta unit obat-obatan palsu yang mengklaim bisa mencegah serta menyembuhkan COVID-19.
Selain itu, Food and Drugs Administration di Amerika (FDA), juga sedang gencar mengimbau lembaga keagamaan yang menjual obat virus corona palsu.
FDA meminta mereka berhenti menjual klorin yang diklaim sebagai “cairan ajaib” dan dapat digunakan untuk menyembuhkan infeksi coronavirus.
Cairan klorin yang dijual lewat website lembaga agama tersebut tidak lain berfungsi sebagai bahan pembersih air kolam renang.
Padahal, jika sampai dikonsumsi manusia, menenggak klorin dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, jantung, dan menyebabkan kematian.
Hati-hati, Obat Klorokuin Paling Sering Dipalsukan!
Dari sekian banyak obat yang diklaim bisa menyembuhkan Anda dari infeksi virus corona, klorokuin adalah obat yang paling populer ditemukan di situs penjualan online dan paling sering dipalsukan.
Buat yang belum ngeh betul terhadap klorokuin, obat ini sebenarnya digunakan untuk mengatasi penyakit malaria.
Jadi, obat ini bukanlah obat yang baru muncul saat pandemi COVID-19. Dengan kata lain, klorokuin adalah obat lama yang kini sedang naik daun lagi!
Sebetulnya, penjual obat virus corona palsu tidak akan meraup keuntungan apabila masyarakat tidak tergiur untuk membelinya. Maka dari itu, konsumen wajib punya pengetahuan cukup mengenai obat-obatan yang akan dikonsumsi, tujuannya agar tidak mudah tertipu oknum penjual.
Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!
Sementara itu, dr. Alvin Nursalim, Sp.PD mengatakan, klorokuin belum terbukti ampuh untuk mengatasi infeksi virus corona.
“Sebenarnya, ini masih berbasis pengalaman dokter sebelumnya di negara-negara lain. Memang dijumpai adanya perbaikan pada pasien dengan obat ini. Jadi, pada beberapa kasus corona yang tak bisa sembuh dengan sendirinya atau dengan mudah, diberikanlah obat ini,” jelasnya.
Kendati demikian, dr. Alvin berpesan pada masyarakat, obat tersebut hanya boleh dikonsumsi apabila sudah mendapat pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
“Jangan langsung panic buying dan membeli obat ini secara bebas. Obat tersebut memiliki efek samping. Ingat, klorokuin bisa berdampak pada irama jantung dan gangguan mata bila dosisnya salah atau tidak disesuaikan dengan kondisi fisik penderita!” tegas dr. Alvin.
Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona
Percayakan Obat Virus Corona Pada Ahli Medis
Perlu ditekankan sekali lagi, vaksin dan obat pasti untuk menyembuhkan virus corona belum ditemukan.
Semua obat yang diberikan kepada pasien hanya untuk meringankan gejala yang diderita, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Intinya, jangan pernah membeli obat yang dilabelkan sebagai obat virus corona, baik di apotek maupun online!
Dunia medis kini sedang berupaya keras untuk segera menemukan pencegahan dan pengobatan yang paling efektif.
Sembari menunggu peneliti memberikan kabar baik, terapi plasma darah, yaitu memberikan plasma darah dari pasien yang sembuh ke pasien yang kritis juga sedang diuji coba.
Menurut dr. Devia Irine Putri, donor plasma darah mungkin bisa jadi alternatif untuk jadi terapi. Sebab, orang yang sudah sembuh memiliki antibodi spesifik yang bisa membantu proses penyembuhan pasien COVID-19.
“Ya, ini bisa membantu dan menjadi pilihan terapi. Tapi, perlu diingat juga, saat ini, terapi plasma darah juga masih dalam penelitian. Jadi, belum bisa dipastikan jadi obat virus corona.
Tergantung juga seberapa parah infeksinya, mengingat setiap orang gejalanya berbeda-beda dan respons terhadap terapi juga berbeda-beda,” jelas dr. Devia.
Jangan mempertaruhkan keselamatan diri dan orang yang Anda sayangi dengan memberikannya obat palsu virus corona. Pasalnya, bahaya atau efek samping dari obat palsu tersebut tak main-main. Bukannya sembuh dari COVID-19, itu justru bisa berakibat fatal.
Kalau para ahli saja tidak berani mengklaim sebuah obat sebagai obat virus corona, tentu sangat tidak bijaksana bahwa orang awam seperti kita merasa sudah menemukan obat tersebut.
Percayakan saja pengobatan virus corona kepada ahli medis. Semoga peneliti segera memberikan kabar baik tentang perkembangan vaksin dan obat penyakit yang telah merenggut lebih dari 100.000 jiwa itu.
KlikDokter juga telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona.
Kalau mau tahu lebih lanjut seputar penyakit virus corona, gunakan fitur Live Chat untuk konsultasi langsung dengan dokter. Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.
(OVI/AYU)