Deep vein thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi terjadinya pembentukan bekuan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena yang terletak di lapisan dalam tubuh. Bekuan darah ini sering kali terjadi di area tungkai. DVT lebih sering dialami pada kelompok usia di atas 50 tahun.
Bekuan darah yang terbentuk pada kasus DVT dapat menyumbat aliran darah di pembuluh darah, sehingga menimbulkan gejala bengkak dan merah pada area penyumbatan. Namun, ada pula yang mengalami DVT tapi tak merasakan gejala apa pun.
Gejala yang bisa dialami penderita DVT
Beberapa gejala yang bisa dialami seseorang ketika mengalami DVT meliputi:
- Bengkak, biasanya pada salah satu kaki, pergelangan kaki, atau tungkai
- Nyeri, biasanya diawali pada betis dan dapat terasa seperti kram
- Kulit lebih teraba hangat dibanding area sekitarnya
- Kulit tampak pucat, kemerahan, atau kebiruan
Pembentukan bekuan darah pada DVT bisa disebabkan oleh beberapa hal yang menghambat darah bersirkulasi atau membeku secara normal, misalnya cedera pada pembuluh vena, pascaoperasi, penggunaan obat-obatan tertentu, ataupun kurang aktivitas fisik.
Apakah Anda rentan mengalami DVT?
Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami DVT, di antaranya:
Gangguan pembekuan darah
Pada beberapa orang dengan riwayat gangguan pembekuan darah yang diturunkan secara genetik, mereka lebih mungkin mengalami pembekuan darah. Kondisi tersebut dapat mendukung terjadinya DVT jika dipengaruhi faktor risiko lainnya. Riwayat DVT dalam keluarga juga ikut meningkatkan risiko.
Merokok
Kebiasaan merokok jelas berdampak besar terhadap kesehatan sistem jantung dan pembuluh darah. Merokok dapat mengganggu fungsi pembekuan dan sirkulasi darah sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT.
Pil kontrasepsi dan terapi hormon
Konsumsi keduanya dapat meningkatkan kemampuan tubuh membentuk bekuan darah.
Kehamilan
Saat hamil dapat timbul penekanan yang lebih besar pada pembuluh vena di area panggul dan tungkai. Pada kehamilan juga terjadi perubahan keseimbangan hormon. Nah, dua kondisi tersebut bisa meningkatkan terjadinya DVT. Risiko pun terus berlanjut hingga sekitar 6 minggu setelah proses persalinan. Selain itu, minimnya aktivitas pascapersalinan pun turut meningkatkan risiko DVT.
Cedera
Trauma yang mencederai pembuluh vena dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT karena pembekuan darah terjadi. Tindakan operasi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT, terutama operasi pada area tungkai seperti operasi joint replacement (penggantian sendi yang rusak).
Kurang bergerak
Kurangnya pergerakan dalam jangka waktu yang lama bisa meningkatkan terjadinya DVT. Misalnya ketika seseorang terbaring karena sakit selama berbulan-bulan atau duduk berkendara selama berjam-jam. Dalam kondisi tersebut, otot-otot betis tidak berkontraksi. Padahal, kontraksi otot-otot betis dapat melancarkan peredaran darah di pembuluh vena. Akhirnya, bekuan darah terbentuk di pembuluh vena betis dan DVT bisa terjadi.
Kelebihan berat badan
Kelebihan berat badan ataupun obesitas bisa meningkatkan risiko terjadinya DVT. Hal ini disebabkan karena terjadinya penekanan pada pembuluh vena di area panggul dan tungkai.
Gagal jantung
Pada kondisi gagal jantung, jantung dan paru tidak berfungsi secara maksimal. Artinya, jantung tak lagi bisa memompa darah secara adekuat. Kondisi ini dapat meningkatkan terjadi pembentukan bekuan darah dan DVT.
Didasari penyakit tertentu
Kanker dan penyakit radang usus (dikenal juga sebagai inflammatory bowel disease, kolitis, atau penyakit Crohn) dapat meningkatkan pembentukan bekuan darah sehingga meningkatkan risiko DVT.
Untuk memastikan seseorang mengalami DVT diperlukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan serangkaian pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti ultrasound, venography, CT scan, atau MRI untuk menentukan lokasi bekuan darah. Selain itu, tes darah juga diperlukan untuk menilai kadar D dimer sebagai parameter keparahan dari DVT yang terjadi.
DVT dapat menyebabkan komplikasi berbahaya seperti emboli paru. Emboli paru merupakan kondisi terjadinya penyumbatan pembuluh darah di dalam paru oleh bekuan darah yang berasal dari bagian tubuh lainnya. Biasanya bekuan darah tersebut berasal dari tungkai. Emboli paru dapat mengancam jiwa dan perlu mendapat pertolongan medis darurat segera.
Berbagai cara pengobatan DVT
Prinsip terapi DVT adalah mencegah terjadinya pembentukan bekuan darah yang semakin besar dan pecahnya bekuan darah, serta mencegah terjadinya DVT kembali di kemudian hari. Selain itu, terapi yang tepat juga diperlukan guna menghindari terjadinya komplikasi. Beberapa obat-obatan seperti pengecer darah dan trombolitik (penghancur bekuan) dapat diberikan tergantung tingkat keparahannya.
Jika konsumsi obat-obatan tak memungkinkan, bisa juga dilakukan pemasangan alat filter perlu dilakukan pada vena besar di area perut, yaitu vena cava. Alat ini mencegah bekuan darah yang terlepas dari tempat penyumbatannya berpindah ke pembuluh darah di paru yang dapat menyebabkan emboli paru. Selain itu, pemasangan stocking khusus untuk tungkai juga mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan dan meminimalkan terbentuknya bekuan darah.
Jadi, DVT adalah suatu masalah kesehatan yang harus ditangani secara saksama. Jika Anda merasa mengalami gejala DVT, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Bahkan, lebih baik lagi bila Anda mengunjungi dokter lebih awal jika merasa memiliki faktor risiko dari DVT. Dengan begitu, upaya pencegahan bisa segera dimulai sebelum DVT terjadi.
[RN/ RVS]