Trauma dada, seperti benturan benda keras saat kecelakaan atau tulang rusuk robek, dapat menyebabkan perdarahan di paru-paru. Nah, penumpukan darah di paru ini dikenal dengan hemothorax.
Apakah kondisi ini berbahaya? Yuk, kenali kondisi gejala dan penyebabnya di penjelasan berikut.
Penyebab Hemothorax dan Gejalanya
Dijelaskan oleh dr. Reza Fahlevi, “Hemothorax adalah kondisi berkumpulnya darah di dalam rongga paru yang disebut dengan pleura, yaitu antara dinding paru-paru dan dada.”
Gangguan penumpukan darah di dalam rongga pleura tersebut ditandai dengan:
- nyeri dada, terutama saat bernapas;
- kulit yang menjadi dingin, pucat, dan lembap;
- detak jantung yang berdetak cepat;
- tekanan darah yang rendah;
- shallow breathing atau napas pendek dan cepat;
- sulit untuk bernapas; dan
- gelisah.
Artikel Lainnya: Waspadai Tanda-Tanda Masalah Paru-paru Ini
Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan lainnya. Itulah sebabnya, hemothorax butuh segera penanganan dokter.
Penyebab hemothorax umumnya adalah cedera dada. Hemothorax traumatis dapat memicu selaput pleura, yakni yang melapisi dada, pecah. Bahkan, cedera terkecil pada dinding dada atau paru-paru bisa menyebabkan hemothorax.
Selaput yang pecah tersebut dapat mengalirkan darah menuju rongga pleura dan tidak dapat dikeringkan.
Itu sebabnya, usai terjadi kecelakaan atau benturan keras di dada, pemeriksaan paru-paru telah menjadi prosedur standar untuk pasien.
Selain trauma dan cedera, kelompok tertentu lebih berisiko mengalami hemothorax, tergantung kondisi yang mendasari. Kondisi yang disebut hemothorax spontan itu memengaruhi orang dalam kondisi:
- infeksi paru-paru, misalnya tuberkulosis;
- memiliki keganasan atau kanker tertentu, termasuk kanker paru-paru dan pleura;
- emboli paru, yakni bekuan darah di dalam paru-paru;
- adanya gangguan pembekuan darah, seperti akibat konsumsi obat antikoagulan dan kondisi hemofilia;
- tidak berfungsinya jaringan paru-paru, misalnya infark paru; serta
- ada robekan pada pembuluh darah paru sehingga memicu tekanan darah yang amat tinggi.
Hemothorax dapat pula disebabkan prosedur medis, misalnya operasi jantung ataupun pemasangan kateter vena. Pada kasus yang jarang, hemothorax juga bisa terjadi secara spontan.
Kondisi lain yang dapat diakibatkan oleh trauma dada adalah pneumothorax, yakni penumpukan udara di rongga dada. Apabila seseorang menderita keduanya (hemothorax dan pneumothorax), maka disebut dengan hemopneumothorax.
Artikel Lainnya: Bisakah Manusia Hidup dengan Sebelah Paru? Ini Faktanya
Diagnosis dan Penanganan Hemothorax
Menurut dr. Reza, “Ada beberapa cara untuk mendiagnosis hemothorax, yaitu dengan klinis dan foto rontgen.”
Ketika pemeriksaan fisik berlangsung, suara pernapasan yang tidak normal akan dideteksi melalui stetoskop. Dengan stetoskop, dokter dapat mengetahui apakah ada cairan dalam paru-paru Anda.
Cara untuk mendiagnosis hemothorax lainnya termasuk:
- Rontgen : cairan di rongga dada bisa terlihat melalui citra rontgen dengan jelas. Paru-paru yang penuh dengan cairan pleura akan berwarna hitam dan darah akan berwarna putih di dalam X-ray.
- CT scan : melalui CT Scan, dokter akan mendapatkan hasil lengkap tentang keadaan paru-paru dan rongga pleura Anda. CT scan yang dilakukan di dada akan dapat mengungkapkan bagaimana hemothorax dapat terjadi dan bagaimana pengobatan terbaik untuk pasien.
- Ultrasonografi : citra ultrasonografi dapat memberikan hasil yang cepat dan akurat mengenai rongga dada yang mengalami hemothorax.
Dokter juga mungkin akan mengambil sampel cairan dari pleura untuk didiagnosis.
“Caranya adalah diambil cairannya sedikit, ditusuk ke dada dan dilihat. Kalau ternyata keluarnya darah, berarti itu hemothorax,” jelas dr. Reza.
Jika memang hemothorax, penanganan segera harus dilakukan. Pengobatan dilakukan untuk mengeluarkan seluruh penumpukan darah di rongga paru, serta menyetop penyebab perdarahan.
Artikel Lainnya: Mengenal Bagian Paru-Paru dan Fungsinya dalam Menunjang Kehidupan
Dokter dapat memasukkan jarum ataupun kateter ke dalam dada lewat tulang rusuk. Dalam kondisi darurat, dokter dapat menggunakan penghilang rasa sakit sebelum memasukkan kateter.
Pengeluaran darah akan terus dilakukan hingga paru-paru pasien sudah bisa bekerja lagi dengan baik.
Akan tetapi, bila perdarahan masih saja terjadi, jalan operasi dapat ditempuh dokter untuk mengetahui sumber perdarahan.
Hemothorax dapat berbahaya jika tidak ditangani tepat dan cepat. Yakni, sulit bernapas, penyumbatan cairan di rongga dada, infeksi saluran pernapasan, pleuritis, dan fibrosis paru.
Dalam kasus yang berat, hemothorax dapat menyebabkan syok akibat kekurangan oksigen dan darah.
Bila masih punya pertanyaan atau keluhan seputar gangguan kesehatan ini, sampaikan kepada dokter melalui fitur LiveChat dari aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)