Ginjal yang sehat dapat menyaring, membersihkan darah, dan mengeluarkan cairan berlebih melalui urine.
Ketika penyakit ginjal yang sangat parah terjadi, kemampuan fungsi organ ini pun menurun drastis.
Akibatnya, ginjal tidak sanggup lagi membuang limbah dan cairan berlebih dari darah. Kondisi ini membuat pengidapnya mengalami gejala, seperti mual, muntah, pembengkakan, hingga kelelahan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan terapi cuci darah hemodialisis. Terapi ini dilakukan menggunakan mesin cuci darah bernama dialisis.
Mesin tersebut berperan sebagai ginjal buatan, yang dapat mengeluarkan produk limbah dalam darah, termasuk urea, kreatinin, kalium, dan cairan lain sejenisnya.
Artikel Lainnya: Fakta tentang Cuci Darah yang Perlu Anda Tahu
Kenali Mesin Cuci Darah Lebih Dekat
Mesin dialisis memiliki penyaring khusus yang disebut sebagai dialyzer. Untuk dapat memasukkan darah ke dalamnya, dokter harus membuka akses pembuluh darah di lengan.
Setelah itu, dokter akan memasangkan dua selang dialyzer di area tersebut. Dialyzer terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berfungsi untuk mengalirkan darah pasien.
Sementara itu, bagian selanjutnya berfungsi untuk mengalirkan cairan pencuci darah yang disebut sebagai dialisat.
Dialisat merupakan larutan yang terdiri dari air, elektrolit, dan garam. Selama proses cuci darah berlangsung, dialisat membantu membersihkan darah di dalam dialyzer. Caranya adalah dengan membuang produk limbah dan menyeimbangkan elektrolit.
Cara Kerja Mesin Cuci Darah
Dijelaskan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, secara sederhana cara kerja mesin dialisis adalah dengan mengalirkan darah yang diambil dari tubuh untuk dimasukkan ke dalamnya.
“Lalu, disaring dengan dialyzer, kemudian masuk kembali ke tubuh,” jelas dr. Astrid.
Selengkapnya, berikut cara kerja mesin dialisis:
-
Darah Dialirkan ke Selang Dialyzer
Pertama, dua selang dialyzer dipasangkan melalui pembuluh darah di lengan. Darah kemudian mengalir dari tubuh ke mesin dialisis melalui salah satu selang dialyzer.
Dokter mungkin juga akan meresepkan obat pengencer darah. Hal ini dilakukan agar mencegah darah pasien mengalami pembekuan ketika berada di dalam mesin.
Guna menjaga aliran darah pada tingkat yang tepat, dokter akan mengawasi melalui monitor dan pompa mesin cuci darah.
Artikel Lainnya: Gagal Ginjal, Haruskah Hemodialisis Seumur Hidup?
-
Limbah dalam Darah Disaring dan Dibuang
Darah kemudian memasuki dialyzer dan disaring. Larutan dialisat akan masuk ke dalam membran dialyzer.
Setelah itu, dialisat akan menarik limbah, seperti urea, kreatinin, kalium, dan cairan berlebih lainnya dari darah.
Larutan dialisat bersama limbah darah akan dipompa ke luar dari mesin dan dibuang.
-
Darah Dialirkan Kembali ke dalam Tubuh
Darah yang sudah dibersihkan akan dialirkan kembali melalui selang dialyzer kedua yang terpasang di pembuluh darah lengan pasien.
Seluruh proses cuci darah menggunakan alat tersebut diperkirakan memakan waktu sekitar 4 jam.
Itu dia cara kerja mesin dialisis untuk cuci darah pasien gangguan ginjal parah. Prosedur perawatan menggunakan alat tersebut dapat dilakukan di rumah sakit, pusat dialisis, maupun di rumah dengan pengawasan dari dokter.
Untuk tahu lebih lanjut tentang cuci darah pada pasien gangguan ginjal parah, Anda bisa melakukan konsultasi lebih lanjut kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)