Berdasarkan data dari UNAIDS (The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS) pada tahun 2017, terdapat 36,9 juta penduduk dunia yang mengidap HIV/AIDS. Sementara itu, data Kemenkes menyatakan ada 48.300 kasus HIV positif yang ditemukan selama tahun 2017.
Sekitar 9.280 di antaranya masuk dalam kategori AIDS. Parahnya, menurut UNICEF Indonesia, setiap 25 menit terdapat satu orang baru yang terinfeksi HIV di Indonesia. Oleh sebab itu, penyakit ini tak boleh diabaikan.
Seputar HIV dan penularannya
Human immunodeficiency virus atau disingkat HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 atau biasa disebut dengan sel T, yang seharusnya berfungsi untuk melawan infeksi pada tubuh
Seiring berjalannya waktu, jumlah sel CD4 dapat terus menurun jika infeksi HIV tidak ditangani dengan baik. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh pun akan semakin berkurang.
HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderitanya, misalnya melalui darah, air mani, cairan ejakulasi, cairan vagina, cairan dubur, dan air susu ibu.
Sebagai contoh, penularan HIV terhadap individu yang sehat dapat terjadi melalui hubungan intim dengan pengidap HIV atau penggunaan jarum suntik bersama-sama lebih dari satu orang. Selain itu, HIV juga dapat ditularkan dari ibu ke anak ketika hamil, melahirkan, serta menyusui.
Artikel Lainnya: Penggunaaan Antibiotik Menurunkan Jumlah Kematian Pasien HIV
Penyakit AIDS sendiri merupakan tahap akhir dari perjalanan penyakit HIV. Perkembangan penyakit HIV dari awal hingga mencapai AIDS dapat berlangsung selama 10 tahun, bahkan lebih atau kurang. Bisa dikatakan Penyebab AIDS sendiri adalah virus HIV.
Keparahan penyakit HIV juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya genetik, kondisi kesehatan sebelum terinfeksi, jumlah virus HIV dalam tubuh, kecepatan diagnosis HIV, pola hidup, dan kepatuhan dalam melakukan pengobatan.
Individu yang sudah mengalami AIDS akan memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat buruk, sehingga mudah terkena penyakit oportunistik, yaitu infeksi yang pada individu normal (tanpa HIV) sebenarnya tidak menyebabkan penyakit. Bila seseorang telah terdeteksi terinfeksi HIV, maka pengobatan harus segera dilakukan untuk menghindari kondisi yang semakin buruk.
Pengobatan yang Harus Dijalani
Orang yang sudah terinfeksi akan terus memiliki virus HIV seumur hidupnya. Dengan begitu, pengobatan HIV pada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) juga harus dilakukan seumur hidup. Sayangnya, hingga kini belum ada pengobatan yang benar-benar dapat menghilangkan virus HIV dari dalam tubuh.
Pengobatan HIV yang digunakan yaitu antiretroviral (ARV), terdiri dari beberapa jenis. ARV yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus, meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV, serta menurunkan risiko penularan.
Artikel Lainnya: Jarum Suntik di Bawah Kursi Bioskop Bisa Tularkan HIV?
Mengonsumsi obat ARV secara tepat setiap hari dapat mencegah atau memperlambat perburukan menjadi AIDS. Selama pengobatan, kadar virus HIV dan CD4 dalam tubuh akan terus dipantau untuk melihat respon pengobatan. Kadar CD4 ini dapat diperiksa setiap 3 sampai 6 bulan.
Sementara itu, kadar virus HIV dapat diperiksa saat awal pengobatan dan selanjutnya setiap 3 sampai 4 bulan selama pengobatan HIV dilakukan.
Pengobatan diharapkan dapat menurunkan kadar virus HIV, hingga tidak dapat terdeteksi. Bila kadarnya sudah tidak terdeteksi dalam pemeriksaan, maka risiko penularan HIV kepada orang lain bisa lebih berkurang.
Dapat dikatakan HIV/AIDS belum dapat disembuhkan secara total. Namun, dengan perkembangan teknologi kedokteran, pengobatan HIV tetap dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV.
Jika Anda berisiko terkena HIV, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Diagnosis HIV lebih awal akan lebih baik, sehingga dapat segera mendapatkan pengobatan dan penanganan yang lebih baik. Namun, alangkah lebih baik bila Anda menghindari faktor risiko HIV/AIDS, seperti melakukan seks bebas atau pun penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
[NP/ RVS]