Ibu dengan HIV (human immunodeficiency virus) positif bisa menularkan virus tersebut ke bayinya. Namun, bukan berarti ini tidak dapat diantisipasi. Wajib tahu, ada beberapa cara pencegahan penularan virus HIV dari ibu ke bayi.
Penularan vertikal dari ibu ke anak bisa terjadi pada masa kehamilan, melalui darah ibu yang melewati plasenta (ari-ari) kemudian ke tubuh janin, pada saat persalinan (saat terjadi kontak antara bayi dan cairan tubuh ibu di jalan lahir), dan ketika bayi sudah lahir melalui pemberian ASI.
Meskipun ada fakta-fakta yang disebutkan di atas tadi, jangan langsung panik! Karena, meskipun sang ibu positif HIV, penelitian menyebut bahwa transmisi vertikal hanya terjadi sekitar 40 persen.
Selain itu, ada juga beberapa langkah pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, yang bila diterapkan dapat menurunkan angka penularan hingga 50 persen.
Artikel lainnya: Ibu Positif HIV Bolehkah Menyusui Bayi yang Negatif HIV?
Tips Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Apabila seorang wanita hamil atau ibu menyusui positif HIV, lakukan cara-cara di bawah ini agar virus tersebut tidak menulari bayi.
1. Deteksi Dini
Deteksi dini status HIV adalah langkah pencegahan utama yang paling efektif. Bila status sudah diketahui, maka secepatnya bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan lainnya.
Lakukan konseling secara sukarela, rahasia, jujur, juga pemeriksaan darah sedini mungkin untuk mendeteksi adanya infeksi HIV, terutama bagi wanita pada usia subur.
Bila hasil pemeriksaan positif, maka tindakan pencegahan selanjutnya adalah pemberian obat antiretroviral (ARV). Tujuannya adalah untuk menekan jumlah virus HIV di dalam tubuh.
Artikel lainnya: Mengenal Tahapan AIDS dari Gejala HIV
Dengan begitu, komplikasi akibat virus HIV, yaitu acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yang dapat menurunkan kualitas hidup dan kesehatan bisa dihindari.
2. Pemberian Obat Antiretroviral
Sampai saat ini, belum ada obat yang benar-benar bisa mengobati HIV. Namun, ARV adalah pilihan terbaik untuk membantu menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh, sehingga tidak muncul masalah kesehatan.
Dengan deteksi dini akan status HIV pada ibu, maka pengobatan ARV profilaksis (pencegahan) bisa segera dimulai. Pengobatan dapat dilakukan selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan sebagai cara untuk mencegah menularnya HIV pada masa kehamilan.
Tak perlu khawatir mengonsumsi ARV selama mengandung, karena sampai detik ini belum terbukti adanya efek samping pada kehamilan.
Artikel lainnya: Pentingnya Edukasi Tentang HIV/AIDS pada Anak
Pemberian ARV profilaksis dapat dimulai sejak kehamilan 14 minggu, saat persalinan, dan juga pada bayi selama 4-6 minggu setelah lahir.
Menurut penelitian, pemberian dua jenis kombinasi atau lebih obat ARV terbukti menurunkan angka transmisi vertikal pada masa kehamilan, bila juga dikombinasikan dengan langkah pencegahan lain seperti di bawah ini.
3. Persalinan Caesar
Caesarean section, juga dikenal sebagai C-section atau persalinan Caesar, merupakan salah satu tindakan untuk mencegah penularan HIV pada bayi. Prosedur ini mengurangi kontak langsung antara bayi yang lahir dengan cairan dan darah ibu yang positif HIV.
Seperti yang sudah diketahui, salah satu penularan HIV adalah lewat kontak darah dan cairan tubuh, khususnya yang berada di daerah reproduksi. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah cairan atau lendir vagina.
Artikel lainnya: Bisakah Ibu Pengidap HIV/AIDS Melahirkan Normal?
Bayi yang dilahirkan melalui vagina berisiko berkontak dengan cairan vagina ketika melewati jalan lahir dan menyebabkan luka pada bayi, yang berisiko mengalami kontak dengan darah sang ibu.
Ibu Positif HIV, Perlukah Pemberian ASI?
Seperti yang disebutkan diatas, ASI bisa jadi media penularan HIV dari ibu ke bayi. Padahal, ASI adalah asupan utama bayi.
Di negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, ASI tak lagi diberikan pada bayi dengan ibu yang positif HIV. Ini karena akses air bersih dan asupan pengganti untuk bayi seperti susu formula terjamin.
Namun, berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian ASI di negara berkembang seperti di Indonesia—karena alasan sosial ekonomi—ASI masih boleh tetap diberikan dengan beberapa pertimbangan untung rugi.
Artikel lainnya: Berbagi Makanan dengan ODHA, Bisakah Tertular HIV?
Selama menyusui, sang ibu disarankan untuk tetap rutin mengonsumsi obat ARV untuk menekan jumlah virus di dalam tubuh. Selain itu, puting juga mesti rutin diberi pelembap usai menyusui. Karena, jika sampai kering bisa terjadi luka. Nah, luka tersebut bisa jadi sumber penularan HIV ke bayi.
Selain itu, ASI dapat dipanaskan dengan cara flash heating atau pemanasan cepat. Caranya adalah dengan menempatkan ASI dalam sebuah wadah, letakkan di dalam panci yang berisi air, kemudian panaskan.
Sesaat setelah air mendidih, segera angkat ASI dan biarkan hingga dingin sesuai suhu tubuh. Namun, paling amannya adalah konsultasi terlebih dulu ke dokter spesialis anak untuk mengurangi risiko penularan HIV.
Untuk lebih lengkapnya tentang cara aman ibu positif HIV menyusui bayi yang negatif HIV, silakan baca artikel ini.
Jadi, memang HIV bisa diturunkan ke bayi. Namun, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi yang dijabarkan di atas, risikonya bisa diminimalkan.
Konsultasi dengan dokter tetap penting, ya! Bila ada pertanyaan lebih lanjut, klik fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter.
(RN)