Virus HIV (human immunodeficiency virus) dapat menginfeksi siapa saja, termasuk bayi dan anak-anak. Jumlahnya pun tidak sedikit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat HIV telah menginfeksi sekitar 4 juta anak di dunia dan menyebabkan kematian hingga 3 juta anak.
Penularan infeksi HIV pada anak terjadi secara vertikal, yaitu transmisi dari ibu ke anak. Umumnya penularan tersebut terjadi saat proses persalinan dan menyusui.
Selain itu, ada pula anak yang terinfeksi HIV karena penggunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Namun, hal tersebut lebih jarang terjadi dibandingkan infeksi dari ibu ke anak.
Bila pada orang dewasa gejala infeksi HIV bervariasi mulai dari gejala awal HIV yang tidak khas hingga infeksi tahap lanjut, yaitu AIDS, pada anak sedikit berbeda.
Artikel Lainnya: Kenali Gejala HIV dan AIDS Berdasarkan Fase Infeksi
Gejala HIV pada anak sudah mulai tampak sejak awal terinfeksi hingga usia 8 tahun. Gejala tersebut terutama sangat terlihat pada tahun pertama kehidupannya. Beberapa di antaranya adalah:
Berat Badan Tidak Bertambah
Tanda awal yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya, bayi akan terus bertambah berat badannya setiap bulan hingga mencapai tiga kali berat lahir pada usia satu tahun. Namun, bayi yang terinfeksi HIV akan sulit bertambah berat badannya.
Pada grafik pertumbuhan akan cenderung tampak mendatar atau bahkan menurun. Hal ini disebabkan karena infeksi HIV menyebabkan metabolisme lemak tubuh terganggu, sehingga berat badan anak akan sulit bertambah dan tampak kurus. Infeksi HIV juga mengakibatkan resistensi terhadap insulin sehingga gula dari makanan tidak dapat diserap dan digunakan untuk pertumbuhan.
Gangguan Perkembangan
Bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, anak yang terinfeksi HIV akan lebih lambat perkembangannya. Ia akan lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti duduk, tengkurap, merangkak, atau berdiri.
Hal ini sebenarnya masih berhubungan dengan gangguan pertumbuhan yang dialaminya. Berat badan yang sulit bertambah menyebabkan otot anak cenderung lebih kecil sehingga se\cara tidak langsung akan menghambat perkembangan motoriknya.
Artikel Lainnya: Tanda dan Gejala HIV pada Minggu Pertama
Sariawan Berulang
Sama halnya dengan infeksi HIV pada orang dewasa, anak yang terinfeksi HIV pun akan sering mengalami sariawan. Berbeda dengan sariawan biasa, sariawan pada pasien HIV sering kali disebabkan oleh jamur Candida, bersifat berat, dan menyebabkan penderitanya kesulitan makan.
Selain sariawan, anak dengan infeksi HIV pun akan mudah mengalami infeksi lain seperti infeksi telinga dan infeksi paru dengan gejala klinis yang berat. Infeksi HIV menyebabkan kekebalan tubuh penderitanya turun sehingga infeksi yang ringan saja dapat menimbulkan gejala yang berat, bahkan mengancam nyawa.
Kejang
Anak dengan infeksi HIV akan sering mengalami kejang dan gangguan saraf lainnya seperti gangguan berjalan. Kejang dapat terjadi kapan saja tanpa didahului demam, sehingga berbeda dengan kejang demam yang dialami anak-anak pada umumnya.
Artikel Lainnya: Kenali Berbagai Cara Penularan Infeksi HIV/AIDS dan Pencegahannya
Ruam Kemerahan
Kulit anak yang mengalami infeksi HIV sering kali tampak ruam kemerahan yang tidak menonjol. Selain itu, berbagai infeksi kulit juga dapat terjadi seperti herpes zoster, infeksi jamur (tinea), dan infeksi bakteri (pioderma).
Bila anak mengalami cacar air (varicella) umumnya akan bersifat berat dan dapat berulang. Hal ini lagi-lagi terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga menjadikan anak yang terinfeksi HIV mudah terserang penyakit infeksi.
Selain melihat beberapa gejala di atas, untuk mendiagnosis adanya infeksi HIV pada seorang bayi dan anak diperlukan serangkaian pemeriksaan laboratorium.
Karenanya, bila anak sudah diketahui memiliki risiko, yaitu lahir dari ibu yang terinfeksi HIV dan mengalami gejala-gejala di atas, saatnya membawa anak untuk melakukan pemeriksaan lebih lengkap. Diagnosis penyakit sedini mungkin akan memperlambat terjadinya infeksi HIV tahap lanjut atau AIDS.
(RN/ RH)