Setiap 25 menit, terdapat satu orang baru terinfeksi HIV di Indonesia. Demikian data yang dilaporkan oleh UNICEF Indonesia. Jumlah penderita HIV semakin meningkat setiap tahunnya, dan sekitar 50 persen penderita HIV juga mengalami AIDS. Meski HIV sering kali berbarengan dengan AIDS, perlu diketahui bahwa HIV dan AIDS merupakan kondisi yang tak sama.
Perbedaan HIV dan AIDS
HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. Penyebab HIV adalah melalui hubungan intim dengan penderita HIV, bertukar jarum suntik, atau jika ada luka di kulit yang terpajan dengan cairan tubuh penderita HIV.
Infeksi HIV sangat serius dan berbahaya karena virus ini menyerang sel T, yaitu sel yang berperan besar menjaga daya tahan tubuh dan untuk melawan berbagai penyakit. Jika seseorang terinfeksi HIV, jumlah sel T dalam tubuhnya akan berkurang drastis. Akibatnya, daya tahan tubuh akan turun, serta rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dan kanker.
Hingga kini, HIV belum bisa disembuhkan. Belum ada pengobatan yang dapat menghilangkan virus HIV sepenuhnya dari tubuh penderitanya. Namun dengan terapi antiretroviral (antiretroviral therapy/ART) yang diminum rutin setiap hari sesuai dengan panduan dokter, infeksi HIV dapat dikendalikan. Penderitanya bisa tetap hidup layaknya orang sehat dan tidak menularkan virus HIV-nya pada orang lain.
Artikel Lainnya: Benarkah HIV / AIDS Tidak Dapat Disembuhkan?
Sebaliknya, jika penderita HIV tidak berobat dengan baik, virus HIV akan melumpuhkan daya tahan tubuhnya. Ciri- ciri HIV yang telah menyerang adalah korban akan rentan mengalami berbagai infeksi berat, termasuk infeksi oportunistik (infeksi akibat bakteri, jamur, virus, atau parasit tertentu yang hanya terjadi pada orang yang kekebalan tubuhnya sangat buruk). Kondisi inilah yang disebut dengan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
Jadi, HIV dan AIDS merupakan penyakit yang serupa tetapi tak sama. Seseorang yang mengalami HIV belum tentu akan mengalami AIDS. Jika penderita HIV berobat teratur, kemungkinan untuk menderita AIDS sangat kecil. Akan tetapi, seseorang yang mengalami AIDS, sudah pasti didahului dengan infeksi HIV.
Tahapan Infeksi HIV
Jika tak diobati dengan benar, perjalanan infeksi HIV umumnya terdiri dari tiga tahap yaitu:
-
Stadium infeksi HIV akut
Tahap ini terjadi 2-4 minggu setelah terjangkit HIV. Gejalanya sangat mirip dengan selesma, yaitu berupa demam, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, serta sakit kepala.
Pada tahap ini, virus HIV berkembang biak dengan cepat dan sel T dalam tubuh turun drastis jumlahnya. Namun demikian, karena gejalanya sangat mirip dengan flu biasa, sering kali penderita HIV belum sadar bahwa dirinya sakit. Oleh karena itu, tak banyak orang mulai menjalani pengobatan HIV pada tahap ini.
-
Stadium klinis laten
Laten merupakan istilah medis untuk menggambarkan kondisi kuman penyakit berkembang biak dalam tubuh, tapi tak menimbulkan gejala apa pun. Pada tahap ini, meski penderita HIV tak mengalami gejala khas apa pun, dia tetap bisa menularkan infeksi HIV pada orang lain.
Stadium klinis laten bisa berlangsung bertahun-tahun. Sekitar 50 persen penderita HIV yang tak minum obat mengalami stadium ini selama 10 tahun. Namun pada beberapa kasus, stadium ini bisa berlangsung lebih pendek.
-
AIDS
Setelah stadium klinis laten, penderita HIV yang tidak mendapat pengobatan yang benar akan mengalami AIDS. Pada tahap ini, berbagai infeksi dan kanker akibat buruknya daya tahan tubuh bisa terjadi.
Banyak penderita HIV yang meninggal dunia akibat infeksi berat pada stadium ini. Meski demikian, AIDS bukanlah akhir segalanya. AIDS bisa diobati. Jika semua infeksi telah berhasil ditangani, penderitanya akan mendapatkan pengobatan ART untuk memperbaiki kekebalan tubuh sehingga tak berada dalam stadium AIDS lagi.
Dalam rangka Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember, mulailah langkah sederhana di atas untuk dapat terhindar dari bahaya HIV dan AIDS. Anda dapat pula menumbuhkan kesadaran terhadap wabah HIV dan AIDS kepada keluarga dan lingkungan terdekat Anda.
[HNS/ RVS]