Tes HIV bisa digunakan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus HIV – yang juga merupakan virus penyebab AIDS ini. Jenis tes HIV tak hanya satu. Ada beberapa jenis tes HIV yang perlu Anda ketahui.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyakit yang menyebabkan gangguan sistem imun, sehingga penderitanya mudah terkena berbagai infeksi. Deteksi dini penyakit ini diperlukan untuk mencegah seseorang dengan HIV terjangkit infeksi yang membahayakan nyawa.
Deteksi dini juga penting untuk mencegah skenario terburuk, yaitu HIV berkembang menjadi AIDS. Orang dengan AIDS (ODHA) memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat buruk, akibatnya penyakit oportunistik jadi mudah menyerang.
Penyakit oportunistik yaitu infeksi yang pada orang normal tidak menyebabkan penyakit tetapi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk dapat menimbulkan penyakit.
Artikel Lainnya: Benarkah HIV / AIDS Tidak Dapat Disembuhkan?
Berdasarkan penjelasan dari dr. Alvin Nursalim, SpPD, dari KlikDokter, Anda patut waspada tertular infeksi ini jika memiliki beberapa faktor risiko seperti:
- Gonta-ganti pasangan seks.
- Menggunakan jarum suntik secara tidak steril (yang biasanya sering terjadi pada penggunaan obat suntik atau intravenous drug user).
- Terlahir dari ibu yang positif menderita HIV.
Gejala awal HIV
Dokter Alvin meminta Anda untuk mewaspadai gejala awal HIV yang meliputi demam tanpa sebab yang jelas, badan terasa lemas, nyeri tenggorokan, dan penurunan berat badan. Waspadai pula jika timbulkan pembengkakan di beberapa bagian kelenjar tubuh.
“Orang yang terinfeksi HIV juga dapat mengalami pembengkakan pada berbagai kelenjar, seperti daerah leher atau selangkangan,” jelasnya.
Biasanya gejala awal akan muncul setelah 2-6 minggu terinfeksi virus HIV. Karena mirip dengan flu biasa, banyak penderita tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi HIV. Oleh sebab itu, orang dengan faktor risiko HIV sebaiknya tidak meremehkan jika terkena flu, apalagi jika terjadi berkepanjangan.
Artikel Lainnya: Kaum Gay dan Transgender Paling Berisiko HIV/AIDS?
Sekilas Tentang Tes HIV
Dirangkum dari berbagai sumber, tes yang paling lazim untuk HIV adalah tes darah yang cuma makan waktu sekitar 10 menit untuk bisa tahu hasilnya. Darah yang dibutuhkan dalam tes ini tidak lebih dari 1 cc, untuk selanjutnya diteteskan bersama reagen tertentu (cairan untuk mengetahui reaksi kimia).
Apabila hasilnya positif, maka penderitanya disarankan untuk langsung berobat. Sementara, bila hasilnya negatif, orang tersebut tetap dianjurkan untuk memeriksakan darahnya lagi 3 bulan kemudian. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi adanya kemungkinan bahwa virus belum terdeteksi pada tes yang pertama.
Hal itu pun dibenarkan oleh dr. Dyan Mega Inderawati dari KlikDokter. Antibodi HIV biasanya dapat terdeteksi sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi. Masa itu disebut sebagai “periode jendela”. Pada periode tersebut, bisa saja seseorang mendapatkan hasil tes negatif karena antibodinya belum terbentuk.
“Meski antibodinya belum terbentuk, tetapi jika memang mengidap HIV, penderitanya sudah bisa menularkan virus,” jelasnya. Itulah mengapa, sangat penting melakukan pemeriksaan lagi dan tidak melakukan hubungan seksual selama periode tersebut demi mencegah potensi penularan.
Artikel Lainnya: Ini Ciri-ciri Lidah pada Penderita HIV/AIDS
Dulu, tes HIV pada awalnya hanya bisa dilakukan di laboratorium. Namun, sekarang sudah cukup banyak peralatan tes yang ringkas dan cepat. Sehingga, tes HIV bisa dilakukan siapa saja. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mempromosikan metode tes HIV sendiri di beberapa tempat.
Mengenal Jenis-jenis Tes HIV
Terdapat tiga jenis tes HIV, yaitu tes serologi, tes virologis dengan PCR, dan tes HIV antibodi-antigen. Untuk tes serologi dan tes virologis dengan PCR masih ada jenisnya lagi. Untuk detail lebih lengkapnya, bisa dibaca di bawah ini.
-
Tes serologi
Tes serologi terdiri atas tes cepat, tes ELISA, dan tes Western blot.
- Tes cepat dilakukan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan waktu tunggu kurang dari 20 menit. Tes ini sudah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 maupun 2.
- Tes ELISA berfungsi mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay). Sampel darah dimasukkan ke cawan petri yang berisi antigen HIV. Jika darah mengandung antibodi terhadap HIV, darah akan mengikat antigen.
Lalu, enzim akan ditambahkan ke cawan petri untuk mempercepat reaksi kimia. Jika isi cawan berubah warna, kemungkinan besar orang yang menjalani tes terinfeksi HIV. Untuk memastikannya, dokter akan menyarankan tes lanjutan dengan tes Western blot.
- Tes Western blot adalah tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Jika hasilnya positif, akan muncul serangkaian pita yang menandakan adanya pengikatan spesifik antibodi terhadap protein virus HIV. Ini hanya dilakukan untuk menindaklanjuti skrining ELISA yang positif.
Artikel Lainnya: 10 Hoaks tentang HIV/AIDS yang Perlu Anda Tahu
-
Tes virologis dengan PCR
Tes HIV ini perlu dilakukan terhadap bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang positif mengidap HIV. Tes virologis dengan PCR memang dianjurkan untuk mendiagnosis anak yang berumur kurang dari 18 bulan.
Ada dua jenis tes virologis, yakni HIV DNA kualitatif (EID) dan HIV RNA kuantitatif.
- Tes HIV DNA kualitatif berfungsi mendeteksi virus dan tidak bergantung pada keberadaan antibodi (kerap digunakan pada bayi).
- Tes RNA kuantitatif mengambil sampel dari plasma darah. Tak cuma bayi, tes tersebut juga dapat digunakan untuk memantau terapi antiretroviral (ART) pada orang dewasa.
-
Tes HIV antibodi-antigen
Tes HIV satu ini mendeteksi antibodi terhadap HIV-1, HIV-2, dan protein p24. Protein p24 adalah bagian dari inti virus (antigen dari virus). Meski antibodi baru terbentuk berminggu-minggu setelahnya terjadinya infeksi, tetapi virus dan protein p24 sudah ada dalam darah. Sehingga, tes tersebut dapat mendeteksi dini infeksi.
Artikel Lainnya: Ini Bedanya Demam Akibat HIV/AIDS dengan Demam Biasa
Bagaimana Jika Hasilnya Positif?
Menurut Yayasan Spiritia, kelompok dukungan sebaya oleh dan untuk orang yang hidup dengan HIV, hasil positif atau reaktif berarti Anda mempunyai antibodi terhadap HIV, dan itu berarti Anda terinfeksi HIV.
Hasil tes seharusnya disampaikan oleh konselor, yang akan memberi tahu apa dampaknya pada kehidupan Anda, dan bagaimana Anda dapat memperoleh layanan dan dukungan kesehatan serta emosional.
Ingat, hasil positif bukan berarti AIDS. Banyak orang-orang dengan HIV positif tetap sehat untuk beberapa tahun dan tidak tentu langsung perlu pengobatan AIDS.
Menerima diagnosis HIV sering kali sangat sulit. Namun, Anda tidak sendirian. Bertemu dengan teman-teman “senasib” bisa sangat membantu. Di kota-kota besar, tak sedikit yayasan atau kelompok dukungan sebaya yang bisa memudahkan proses tersebut.
Itulah jenis-jenis tes HIV yang wajib Anda ketahui. Jika memiliki faktor risiko HIV dan apalagi sudah tampak gejala awal yang khas, maka tes HIV sangat dianjurkan. Jika terdeteksi pada fase awal, perkembangan infeksi dan penularannya bisa ditekan seminimal mungkin. Jadi, jangan takut untuk tes HIV, ya.
(RN/ RVS)