Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah serokonversi atau infeksi akut, yang merupakan periode waktu tertentu ketika antibodi HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus. Tahap kedua adalah masa ketika tidak ada gejala HIV yang muncul. Tahap akhir, jika pasien dengan infeksi HIV tidak mendapatkan terapi yang memadai, maka ia akan memasuki stadium akhir infeksi yang dikenal dengan stadium AIDS.
Stadium AIDS ini dikenal dengan fase dimana penderitanya akan mendapatkan banyak infeksi bakteri, virus, atau jamur. Berbagai infeksi ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan untuk mengalami perburukan, bahkan kematian. Beragam tanda atau gejala ini sangat penting untuk diketahui.
Berikut ini adalah beberapa gejala infeksi HIV tahap akhir:
- Terkena infeksi jamur
Salah satu infeksi yang dapat dijumpai pada infeksi HIV adalah infeksi jamur. Seorang pasien dapat mengeluh adanya plak keputihan pada lidah. Pada wanita, dirinya akan mengeluh adanya keputihan yang gatal. Infeksi jamur dapat dijumpai pada berbagai organ seperti mukosa mulut, saluran cerna, atau alat kelamin.
Pada tahap yang lebih berat, infeksi jamur ini dapat menyebabkan infeksi sistemik pada darah pasien. Pemberian antijamur yang tepat sangat diperlukan untuk mengatasi infeksi jamur ini.
- Batuk dan sesak napas
Batuk dan sesak napas adalah tanda dari infeksi paru. Kondisi ini merupakan infeksi yang umum ditemui pada penderita HIV. Salah satu infeksi paru lainnya yang juga sering ditemui pada penderita HIV adalah tuberkulosis. Pada infeksi ini, pasien akan mengeluh batuk, sesak, dan berkeringat pada malam hari.
Dalam keadaan status imun yang sangat rendah, pasien HIV dapat mengalami infeksi tuberkulosis pada berbagai organ, yaitu paru, saluran cerna, serta susunan saraf pusat. Pemberian obat tuberkulosis diperlukan untuk menyembuhkan penderita.
- Infeksi otak oleh toksoplasma
Penyakit ini disebabkan oleh parasit yang bernama Toxoplasma gondii. Pasien menderita infeksi ini karena reaktivasi kista jaringan laten. Pasien memiliki risiko tinggi mengalami infeksi toksoplasma jika nilai CD4 di bawah 50 sel per mikroliter. Infeksi parasit ini dapat menyebabkan infeksi otak dan menyebabkan gejala seperti sakit kepala, gangguan motorik, dan demam.
Pada keadaan yang berat, pasien akan mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Diagnosis pasti dari penyakit ini dapat dilakukan dengan menemukan adanya Toxoplasma gondii pada cairan otak yang diambil melalui pungsi lumbal cairan otak. Identifikasi lesi (keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh) dapat dilakukan dengan melakukan CT scan kepala.
- Keganasan
Keganasan juga dapat ditemukan pada pasien HIV. Salah satu bentuk keganasan yang ditemukan adalah limfoma. Limfoma adalah kanker yang terjadi pada kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh dan melindungi tubuh dari infeksi kuman. Seseorang dengan limfoma akan mengeluhkan adanya pembesaran kelenjar getah bening, demam berkepanjangan, mudah lelah, sesak napas, dan nyeri perut. Limfoma dapat ditangani dengan pemberian kemoterapi.
- Infeksi cytomegalovirus (CMV)
Infeksi ini disebabkan oleh cytomegalovirus dan menyebabkan berbagai gejala seperti infeksi pada retina, peradangan usus, dan infeksi paru-paru. Penegakan diagnosis cytomegalovirus cukup sulit dilakukan karena gejala yang tidak khas. Infeksi ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), antibodi CMV, dan endoskopi pada kasus kolitis CMV. Pemberian antivirus diperlukan pada kasus infeksi CMV.
Infeksi HIV tahap akhir dapat menyebabkan berbagai keluhan seperti yang sudah disebutkan di atas. Karena itu, perlu penanganan infeksi HIV yang tepat untuk mencegah perburukan infeksi HIV pasien. Berbagai gejala HIV tahap akhir dapat dicegah dengan menghindari perilaku yang berisiko. Jadi hindari pola hidup tidak sehat seperti hubungan seksual yang bebas dan tidak aman, serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
[RN/ RVS]