Rasanya masalah yang diakibatkan oleh pandemi virus corona memang tidak ada habisnya. Belum selesai dengan pertambahan jumlah kasus, kini WHO baru saja melaporkan sekitar 73 negara di dunia terancam kehabisan obat untuk HIV/AIDS karena dampak pandemi COVID-19.
73 Negara Terancam Kehabisan Obat HIV/AIDS akibat Pandemi
Berdasarkan survei terbaru, WHO baru saja menunjukkan akses obat-obat HIV yang berkurang secara signifikan akibat pandemi virus corona. Ada 73 negara yang telah melaporkan mereka berisiko kehabisan obat antiretroviral (ARV).
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, berdasarkan survei tersebut, beberapa negara memiliki stok ARV yang sangat rendah dan hampir habis.
Hal ini dikarenakan adanya kendala pemasok untuk memberikan ARV secara tepat waktu, serta sulitnya akses layanan transportasi darat dan udara.
Kondisi ini semakin diperburuk akibat terbatasnya layanan kesehatan di sejumlah negara akibat pandemi virus corona.
Menurut laporan terbaru dari UNAIDS, ada sekitar 1,7 juta kasus infeksi HIV baru selama masa pandemi. Padahal, infeksi HIV sendiri sudah berkurang sebesar 38 persen sejak 2010 di Afrika bagian timur dan selatan.
Namun, infeksi di Eropa bagian timur dan Asia bagian tengah telah mengalami peningkatan sekitar 72 persen sejak 2010. Infeksi baru juga ditemukan meningkat di Timur Tengah dan Afrika Utara yakni sebesar 22 persen, dan 21 persen di Amerika Latin.
“Pandemi COVID-19 telah berdampak serius pada respons AIDS. Gangguan total enam bulan dalam pengobatan HIV dapat menyebabkan lebih dari 500.000 kematian tambahan di Afrika sub-Sahara selama tahun berikutnya,” ujar pihak UNAIDS.
Artikel Lainnya: Fase Gejala HIV yang Wajib Anda Tahu
4.500 Anak Remaja Tertular HIV/AIDS
Meski ada kemajuan di Afrika bagian timur dan selatan, tapi penyebaran infeksi HIV/AIDS justru semakin melonjak tinggi di Afrika sub-Sahara. Sebanyak 4.500 anak remaja dan wanita harus jadi korban penyakit yang mematikan ini.
Hal ini diakibatkan oleh sedikitnya anak muda yang menggunakan kondom saat berhubungan seks.
Selain itu, di Eropa bagian timur dan Asia bagian tengah, hampir setengah dari korban infeksi HIV/AIDS berasal dari pengguna narkoba suntikan. Hanya 63 persen orang yang mengetahui dirinya terkena HIV dan sedang dalam perawatan.
COVID-19 merupakan ancaman tambahan terhadap penyakit HIV/AIDS, karena dapat menghambat orang untuk berobat.
UNAIDS memperkirakan, jika pasien HIV terputus dari pengobatan selama enam bulan, dapat menyebabkan setengah juta kematian lebih banyak di Afrika sub-Sahara selama tahun berikutnya. Hal ini membuat wilayah itu kembali ke tingkat kematian AIDS pada 2008.
Artikel Lainnya: Inilah Ciri Lidah Penderita HIV yang Patut Diwaspadai
Bila Negara Kekurangan Obat HIV/AIDS, Apa yang Terjadi?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ketika seseorang tidak mendapatkan pengobatan HIV/AIDS selama enam bulan, maka risiko kematian akan sangat tinggi. Hal ini pun disetujui oleh dr. Devia Irine Putri.
“Obat HIV/AIDS berguna untuk memperlambat pertumbuhan virus. Jadi, ketika penderita HIV/AIDS tidak minum obatnya secara rutin, maka secara otomatis progresivitas penyakitnya akan semakin bertambah. Jika semakin parah dan terus bertambah, kemungkinan untuk meninggal akan lebih cepat terjadi,” jelas dr. Devia.
“Ketika virus yang bereplikasi bertambah, ini akan semakin memengaruhi imunitas tubuh. Saat imunitas tubuhnya terus menurun, semakin mudah juga untuk penyakit lainnya masuk ke dalam tubuh, salah satunya virus corona. Kemungkinan untuk meninggal akan semakin tinggi,” tambahnya.
Perlu dicatat, pasien HIV/AIDS yang tertular COVID-19 juga berisiko tinggi terhadap kematian. Ini karena virus memangsa sistem kekebalan yang melemah.
Ini dia alasan mengapa sangat penting bagi Kamu untuk menjaga kesehatan dan menjaga imunitas tubuh. Selain mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi, olahraga dan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 juga wajib dilakukan!
Bila Kamu ingin konsultasi seputar pengobatan HIV/AIDS di tengah pandemi, jangan ragu chat dokter kami via Live Chat di aplikasi KlikDokter. Lakukan pemeriksaan diri dengan tes coronavirus online dari KlikDokter.
(FR/AYU)