Setiap orang mungkin pernah mengalami radang tenggorokan dalam hidupnya. Rasa nyeri saat menelan, gatal, dan terbakar bukanlah hal yang menyenangkan dan dapat mengganggu aktivitas Anda.
Sering kali gejala ini juga dibarengi dengan gejala lain, seperti batuk terus-menerus atau flu.
Bagi penderita radang tenggorokan yang enggan memeriksakan diri ke dokter, obat batuk kerap dijadikan opsi utama dalam mengatasi penyakit tersebut.
Namun, seberapa efektif penggunaan obat batuk untuk radang tenggorokan? Mari cari tahu jawabannya di bawah ini.
Aturan Minum Obat Batuk untuk Radang Tenggorokan
Perlu diketahui dulu bahwa radang tenggorokan bisa disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
Gejala yang dapat ditimbulkan dari radang tenggorokan, baik yang dipicu oleh virus maupun bakteri, adalah demam, tenggorokan merah dan panas, nyeri, serta batuk berdahak.
Jika Anda mengalami radang tenggorokan serta batuk secara bersamaan, Anda bisa konsumsi obat batuk untuk meringankan batuk dan radang tenggorokan tersebut.
Jenis obat batuk terbagi menjadi tiga sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk mengencerkan dahak (mengandung asetilsistein), untuk menekan refleks batuk (mengandung kodein), dan untuk mengurangi peradangan (OAINS).
Artikel lainnya: Daftar Obat untuk Anak yang Radang Tenggorokan
Pada dasarnya, semua jenis obat batuk hanya berfungsi untuk meminimalkan gejala dan bukan untuk membunuh virus atau bakteri yang menginfeksi tenggorokan.
Misalnya, radang tenggorokan yang Anda alami menghasilkan gejala batuk berdahak yang sulit sekali dikeluarkan sehingga mengganggu pernapasan, maka obat batuk yang mengandung asetilsistein bisa meredakan batuk.
Atau misalkan, batuk Anda terjadi terus-menerus dan di dalam tenggorokan tampak merah sekali, maka obat batuk OAINS dapat membantu meredakan hal itu.
Lain lagi kalau radang tenggorokan Anda disebabkan oleh bakteri. Obat batuk yang Anda konsumsi harus dibarengi dengan antibiotik yang diresepkan oleh dokter agar bisa sembuh maksimal.
Jika tidak, proses penyembuhan bisa memakan waktu lama akibat bakteri yang belum benar-benar mati karena tidak mengonsumsi antibiotik.
Dengan demikian, obat batuk memang bisa membantu meminimalkan gejala dari radang tenggorokan, seperti batuk dan iritasi (kemerahan), tetapi obat batuk tidak dapat menyembuhkan radang tenggorokan.
Untuk mengatasi radang tenggorokan, Anda membutuhkan sejumlah bala bantuan dari obat lain, seperti antidemam, antinyeri, antibiotik, serta cairan yang banyak.
Biasanya dokter pun akan meresepkan antibiotik untuk diminum minimal selama 5 hari, agar benar-benar sembuh dari radang tenggorokan yang dipicu oleh bakteri.
Artikel lainnya: Manfaat Lemon untuk Mengatasi Radang Tenggorokan
Kapan Perlu ke Dokter?
Radang tenggorokan umumnya merupakan gejala yang ringan dan bisa sembuh dengan pengobatan yang tepat. Bahkan, jika radang tenggorokan Anda disebabkan oleh virus, maka gejala tersebut dapat sembuh sendiri sekitar 5-7 hari.
Tetapi, ada kalanya radang tenggorokan bisa menjadi lebih serius dan perlu penanganan oleh dokter. Berikut adalah gejala yang perlu Anda waspadai pada radang tenggorokan:
- Sakit tenggorokan yang berulang
- Semakin sulit menelan
- Kesulitan membuka mulut
- Demam tinggi
- Pembengkakan pada wajah atau leher
- Pembengkakan pada kelenjar getah bening yang berada di leher atau rahang
- Terdapat darah pada dahak atau air liur
- Nyeri telinga
Jika radang tenggorokan Anda sudah lebih dari 7 hari dan terdapat gejala-gejala tambahan di atas, maka jangan tunda lama untuk memeriksakan diri ke dokter. Apabila ada kesulitan bernapas, segera datang ke UGD rumah sakit terdekat.
Minum obat batuk untuk radang tenggorokan boleh-boleh saja. Namun pahamilah, tindakan tersebut tidak menyembuhkan penyakit Anda secara maksimal.
Ini karena, radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri hanya ampuh diatasi dengan antibiotik.
Jadi, jangan sembarangan mengonsumsi obat batuk untuk radang tenggorokan Anda. Apalagi jika diminum secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama. Ini justru akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan dari obat batuk tersebut.
Jika Anda masih punya pertanyaan mengenai topik ini, jangan ragu konsultasi dengan dokter via Live Chat di aplikasi KlikDokter.
[RS]