Menyelami dasar laut adalah hal yang mengasyikkan. Saat menyelam mata akan dimanjakan dengan indahnya pemandangan bawah laut yang memikat, seperti kawanan ikan yang lalu-lalang, rumput laut hingga terumbu karang yang bersinar terang. Saat ini olahraga menyelam sedang menjadi tren. Banyak orang mencari lisensi untuk bisa menikmati keindahan bawah laut. Namun, para penyelam juga perlu waspada dan berhati-hati, karena olahraga ini berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran.
Barotrauma, “musuh” para penyelam
Jenis gangguan pendengaran yang paling sering dialami oleh para penyelam adalah barotrauma akibat dekompresi. Menurut dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter, barotrauma diartikan sebagai baro (tekanan) dan trauma (cedera). Secara sederhana, barotrauma diartikan sebagai cedera (pada telinga) yang terjadi akibat (perubahan) tekanan.
“Barotrauma terjadi ketika tuba eustachius mengalami penyumbatan. Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan bagian telinga tengah dengan hidung dan tenggorokan,” jelas dr. Astrid.
“Risiko terjadinya barotrauma bisa sangat meningkat jika Anda memiliki alergi, sedang flu, atau mengalami infeksi di telinga,” lanjutnya.
Tak cuma itu, dr. Astrid juga mengatakan bahwa barotrauma sebenarnya sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, khususnya jika Anda bepergian ke dataran tinggi.
“Pasti pernah merasa telinga seperti pekak dan berbunyi ‘plop’ saat menguap atau menelan ludah? Nah, itu adalah barotrauma,” dr. Astrid menerangkan.
Waspadai gejala barotrauma
Barotrauma yang dialami para penyelam dapat terjadi dari derajat ringan hingga sangat serius dan mengganggu fungsi pendengaran sepenuhnya. Tanda atau gejala dari keadaan tersebut biasanya dimulai dengan telinga yang terasa penuh seperti saat sedang berada dalam pesawat terbang. Gejala ini dapat disertai dengan berkurangnya kemampuan pendengaran ringan dan sakit kepala berputar atau vertigo.
Pada kasus yang parah dan cukup serius, barotrauma bisa menyebabkan keluhan nyeri hebat pada telinga orang yang mengalaminya. Selain itu, penderita juga berpotensi besar untuk mengalami mimisan, kerusakan gendang telinga, dan kehilangan fungsi pendengaran sama sekali (tuli).
"Tubuh akan berusaha mengompensasi terjadinya barotrauma dengan menarik cairan dari darah dan mengeluarkannya di telinga bagian tengah untuk ‘menyeimbangkan’ perbedaan tekanan udara yang ada. Hal inilah yang dapat merusak tuba eustachius dan gendang telinga, serta dapat menyebabkan keluarnya darah dari telinga," tutur dr. Astrid.
Mengingat adanya risiko barotrauma, Anda yang punya hobi menyelam atau baru ingin melakukannya dianjurkan untuk lebih waspada dan berhati-hati akan segala kemungkinan yang ada. Selalu taati regulasi terkait keamanan dan patuhi arahan instruktur demi keamanan sekaligus keselamatan Anda saat menyelam. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang merujuk pada gangguan pendengaran, jangan sungkan untuk segera berkonsultasi lebih lanjut pada dokter.
(NB/ RVS)