Kesulitan menelan saat makan tidak melulu terjadi akibat radang tenggorokan. Keluhan ini juga bisa menjadi gejala dari penyakit akalasia. Pernah dengar tentang penyakit ini?
Akalasia adalah suatu penyakit yang terjadi pada otot kerongkongan, sehingga penderitanya akan sulit menelan. Dalam suatu proses pencernaan, makanan atau minuman normalnya masuk dari mulut untuk selanjutnya melewati kelenjar air liur, lalu menuju ke kerongkongan dan lambung.
Nah, pada orang dengan akalasia, makanan dan minuman yang berada di kerongkongan sulit atau tidak bisa bergerak ke lambung untuk proses pencernaan selanjutnya. Hal ini terjadi karena otot yang terletak di bagian bawah kerongkongan tidak dapat terbuka dengan baik.
Perlu Anda tahu, kerongkongan manusia terbagi menjadi 3.
- Bagian atas. Ini adalah bagian yang terdapat sfingter esofagus atas, yaitu otot yang memisahkan tenggorokan dan kerongkongan untuk mencegah makanan dan minuman kembali ke tenggorokan.
- Bagian utama. Ini adalah ‘tubuh’ kerongkongan.
- Sfingter esofagus bawah. Bagian ini memisahkan kerongkongan dengan lambung, agar makanan, minuman dan asam lambung tidak mudah naik ke kerongkongan.
Pada penderita akalasia, sfingter esofagus bawah tidak mampu untuk relaks dan membuka. Hal ini membuat makanan tidak bisa masuk ke lambung. Selain itu, kerongkongan penderita akalasia juga tidak bisa berkontraksi secara normal sehingga makanan dan minuman tidak dapat didorong masuk ke lambung.
Gejala dan komplikasi akalasia
Beberapa gejala yang dapat timbul akibat penyakit alakasia adalah:
- Kesulitan menelan makanan dan minuman
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada
- Mual
- Muntah
- Penurunan berat badan
Jika tidak segera ditangani, akalasia bisa menyebabkan malnutrisi pada penderitanya. Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan infeksi dan radang paru-paru akibat proses aspirasi makanan.
Tidak hanya itu, akalasia juga dapat membuat kerongkongan semakin lebar dan meningkatkan risiko robeknya dinding kerongkongan. Pada beberapa kasus, akalasia bahkan mampu memicu munculnya kanker esofagus.
Oleh karena itu, penderita akalasia mesti berupaya mengendalikan kondisinya. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memahami dan mempelajari makanan yang tampaknya mudah melewati kerongkongan. Penderita akalasia juga bisa minum lebih banyak air, agar memudahkan makanan melewati kerongkongan.
Jika dengan cara tersebut penderita akalasia masih kesulitan menelan, segera berobat ke dokter agar bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter biasanya akan memantau keparahan kondisi, untuk memutuskan perlu/tidaknya tindakan pembedahan.
Jika tidak butuh tindakan bedah, dokter biasanya akan memberikan obat golongan nitrat dan calcium channel blocker. Obat-obatan ini berguna untuk menurunkan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah agar lebih relaks.
Ada juga terapi menggunakan suntikan botox. Melalui endoskopi, botox disuntikkan ke otot untuk mengendurkan otot-otot yang tegang. Botox bekerja dengan mencegah saraf mengirim sinyal ke otot untuk berkontraksi.
Sementara itu, untuk pembedahan, dokter biasanya akan melakukan tindakan esophagomyotomy. Apa itu? Ini adalah tindakan pembedahan dengan membuat sayatan untuk memasukkan kamera kecil ke dalam kerongkongan. Kamera ini bertugas melihat kondisi sfingter, untuk nantinya dilakukan perubahan bentuk agar makanan dan minuman bisa masuk ke lambung tanpa hambatan.
Setelah tahu bahwa akalasia adalah kondisi yang berbahaya, Anda yang mengalami keluhan sulit menelan sebaiknya segera periksa ke dokter. Jangan dibiarkan terjadi berkelanjutan, agar komplikasi bisa dihindari.
(NB/RPA)