Ethambutol
Golongan | Obat Keras (Perlu Resep Dokter) |
Kategori Obat | Antituberkulosis |
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan Anak |
Bentuk obat | Tablet |
Ethambutol untuk ibu hamil dan menyusui | Kategori C: Studi pada hewan percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin. Namun, belum ada studi kontrol pada wanita hamil. Peringatan Menyusui: Diberikan untuk wanita menyusui hanya jika jelas diperlukan. Risiko dan manfaat harus didiskusikan dulu dengan dokter. |
Merek Dagang
Santibi, Tibitol, Lilung, Arsitam, Kalbutol, Rizatol, Tibigon, Bacbutol
Pengertian
Ethambutol adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis atau TBC.
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Selama menjalani pengobatan dengan Ethambutol, Anda disarankan untuk tetap mengonsumsinya selama jangka waktu tertentu, meski kondisi dirasa sudah membaik.
Hal ini bertujuan agar kondisi benar-benar pulih dan tidak kambuh lagi.
Ethambutol juga sering dikombinasikan dengan obat-obatan lain dalam pengobatan TBC.
Berikut penjelasan lengkap seputar Ethambutol yang perlu Anda tahu.
Artikel Lainnya: Alasan Pengidap TBC Lebih Rentan Terkena Virus
Keterangan
- Golongan: obat keras
- Kelas terapi: antituberkulosis
- Kandungan: Ethambutol 500 mg; Ethambutol 400 mg; Ethambutol 250 mg
- Kemasan: strip @10 tablet
- Farmasi: Bernofarm; Indofarma; Kimia Farma; Phapros; Mersifarma Tirmaku Mercusana
- Harga Ethambutol 250 mg: Rp26.271/kotak 10 x 10 tablet
- Harga Ethambutol 500 mg: Rp36.584/kotak isi 10 x 10 tablet
Kegunaan
Ethambutol digunakan untuk mengobati tuberkulosis paru.
Dosis dan Aturan Pakai
Ethambutol termasuk dalam golongan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan dan digunakan berdasarkan resep dokter.
Berikut anjuran dosis umum Ethambutol.
- Tujuan: Pencegahan dan Pengobatan Primer
- Bentuk: Tablet
Untuk pencegahan dan pengobatan primer, dapat diberikan 15 mg/kg berat badan/hari.
- Tujuan: Perawatan Ulang
- Bentuk: Tablet
Bagi pasien dengan perawatan ulang dapat diberikan 25 mg/kg berat badan/hari selama 60 hari.
Kemudian, dilanjutkan dengan dosis 15 mg/kg berat badan/hari.
Artikel Lainnya: Mengenal IGRA Test, Pemeriksaan Darah untuk Deteksi TBC
Cara Menggunakan
Ikuti petunjuk atau informasi yang diberikan dokter. Jangan melebihkan atau mengurangi dosis yang dianjurkan.
Dokter akan menjelaskan dua metode pengobatan dengan Ethambutol, yaitu dengan mengonsumsi setiap hari atau 2 kali seminggu.
Dosis ditentukan berdasarkan kondisi, umur, berat badan, obat lain dan respons tubuh terhadap obat.
Untuk menghindari lupa mengonsumsi obat, minum Ethambutol pada jam yang sama setiap harinya.
Jika Anda melupakan satu dosis, segera konsumsi jika jeda dengan waktu minum selanjutnya masih lama.
Namun, jika jeda dengan waktu minum berikutnya pendek, lupakan saja dosis yang tertinggal. Jangan menggandakan dosis pada waktu bersamaan.
Jangan menghentikan pengobatan tanpa terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter. Hal ini bisa membuat bakteri terus tumbuh dan infeksi kambuh lagi.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping penggunaan Ethambutol yang mungkin terjadi adalah:
- trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari normal)
- leukopenia (jumlah leukosit kurang dari normal)
- neutropenia (kadar neutrofil dalam darah kurang dari normal)
- mual, muntah, sakit perut, dan gangguan pencernaan
- badan lemas, demam
- reaksi hipersensitivitas, eritema multiforme
- asam urat
- sakit kepala, pusing
- gatal
Artikel Lainnya: Menilik Pola Hidup Sehat Ibu Hamil yang TBC
Overdosis
Overdosis Ethambutol dapat memicu berbagai keluhan, seperti: gangguan penglihatan, sakit kepala, pusing, halusinasi, gangguan saluran pencernaan, dan demam.
Untuk menanganinya, pembilasan lambung bisa dilakukan apabila diperlukan.
Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Kontraindikasi
Sebaiknya Ethambutol tidak diberikan pada pasien dengan riwayat:
- hipersensitif pada Ethambutol
- neuritis optik dan retrobulbar
Interaksi Obat
Efektivitas obat ini akan berkurang jika diberikan bersamaan dengan Al hidroksida.
Peringatan dan Perhatian
Informasikan dokter jika Anda memiliki riwayat :
- alergi Ethambutol
- kecanduan alkohol
- penyakit ginjal
- penyakit asam urat (gout)
- penyakit liver
- gangguan penglihatan
- retinopati diabetik
- katarak
- neuritis optik
Hindari minum alkohol selama menjalani terapi dengan Ethambutol karena bisa meningkatkan risiko efek samping.
Informasikan dokter jika Anda sedang menjalani terapi Ethambutol sebelum menjalani vaksinasi. Alasannya, obat ini dapat mengurangi efektivitas vaksin hidup.
Informasikan dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, baik herbal maupun kimiawi.
Artikel Lainnya: Kompleksitas Problem Penanganan Tuberkulosis di Indonesia
Kategori Kehamilan
FDA mengategorikan Ethambutol ke dalam Kategori C.
Yakni, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya).
Belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan.
Peringatan Kehamilan
Konsumsi Ethambutol pada ibu hamil bisa berefek buruk pada janin. Konsultasikan dulu kepada dokter bila bumil harus minum obat ini.
Obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi besarnya risiko yang mungkin timbul pada janin.
Artikel Lainnya: Sering Terapi Uap Jadi Penyebab Paru-Paru Basah?
Peringatan Menyusui
Obat Ethambutol bisa ikut diserap ke dalam ASI. Ibu menyusui sebaiknya tidak meminum obat ini tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Penyakit Terkait
Rekomendasi Obat Sejenis
Dapatkan info lain seputar kesehatan dan gaya hidup dengan mengunduh aplikasi KlikDokter.
(HNS/AYU)
- E-katalog LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Diakses 2021. Ethambutol.
- ISO Farmakoterapi (2013). Ethambutol
- MIMS Indonesia. Diakses 2021. Ethambutol
- Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses 2021. Ethambutol