Nama Generik: Favipiravir
Golongan: Obat Keras
Harga Favipiravir: Rp22.500/Tablet (HET)
Pengertian
Saat ini ada beberapa antivirus yang dipakai untuk pengobatan infeksi COVID-19. Salah satu yang direkomendasikan itu Favipiravir.
Favipiravir merupakan obat golongan antivirus yang sering digunakan untuk mengobati influenza.
Obat ini dinilai dapat menghentikan pertumbuhan virus corona dalam tubuh sehingga membantu meringankan gejala.
Namun demikian, belum ada bukti yang cukup untuk membuktikan khasiat Favipiravir dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV-2 itu.
Pengujian dan penelitian mengenai keampuhan obat mengatasi coronavirus masih terus berjalan.
Penggunaan obat Favipiravir hanya diperbolehkan untuk pasien dewasa dengan gejala coronavirus ringan hingga sedang.
Artikel Lainnya: Manfaat Obat Antidepresan untuk Penanganan COVID-19
Keterangan
1. Kategori
Antivirus
2. Kandungan Favipiravir
Favipiravir 200 mg
3. Kemasan
Strip @ 10 Tablet salut selaput
4. Farmasi
Hexpharm Jaya, Amarox Pharma Global, Etercon Pharma, Kimia Farma
Kegunaan
1. Indikasi
Favipiravir mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM untuk mengobati infeksi virus corona pada pasien dewasa dengan gejala ringan hingga sedang.
2. Kontraindikasi:
Jangan gunakan obat ini pada:
- ibu hamil;
- pasien yang alergi terhadap obat ini.
Cek Dosis Umum dan Aturan Pakai
Berikut adalah anjuran dosis umum Favipiravir dan aturan pakainya.
- Hari pertama: 1600 mg, 2 kali sehari
- Hari kedua dan seterusnya: 600 mg, 2 kali sehari
Lama pengobatan 7-14 hari (maksimal 14 hari), bergantung pada pertimbangan klinis dari dokter yang meresepkan.
Artikel Lainnya: Pancaroba dan Pandemi Tak Menentu, Waspadai Gejala Ini!
Efek Samping
Efek samping obat Favipiravir yang paling umum dilaporkan adalah gangguan pada saluran cerna.
Anda dapat mengeluh sakit perut, mual dan muntah, diare, ketidaknyamanan di perut, tukak lambung, serta radang perut.
Favipiravir juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah, gatal, gangguan hati, dan juga eksim.
Bagaimana Cara Penggunaan Favipiravir yang Benar?
- Obat Favipiravir diminum oral sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan oleh dokter.
- Favipiravir akan diberikan hingga maksimum 14 hari, tergantung pertimbangan dokter.
- Obat ini dapat ikut terdistribusi ke dalam sperma.
Pria diharuskan menggunakan kontrasepsi yang efektif (misalnya kondom) selama masa pengobatan dan 7 hari setelah pengobatan berakhir.
Anda juga tidak diperbolehkan berhubungan seksual dengan wanita yang sedang hamil.
- Favipiravir dapat masuk ke dalam ASI. Pada pasien yang menyusui, Anda tidak diperkenankan memberikan ASI selama mengonsumsi obat ini.
- Simpan obat ini pada suhu ruangan (di bawah 30 derajat Celsius), di tempat kering dan terhindar dari cahaya matahari.
Artikel Lainnya: Aturan Vaksinasi untuk Penyintas COVID-19 Gejala Ringan
Apa yang Harus Dilakukan Sebelum Konsumsi Favipiravir?
Yang utama, pastikan Anda tidak punya alergi pada kandungan yang ada di dalam obat ini.
Selain itu, beritahu juga dokter atau petugas medis jika Anda:
- Punya penyakit ginjal
- menderita diabetes atau gula darah rendah
- memiliki penyakit hati atau hepatitis
- ada riwayat penyakit gout, hiperurisemia (tingginya kadar asam urat dalam darah)
- sedang hamil atau merencanakan kehamilan
- sedang menyusui
- punya penyakit serius lainnya,
- sedang mengonsumsi obat-obatan lain, terutama repaglinid, teofilin, pirazinamid, famsiklovir, kloroquin, sulindak, serta oseltamivir.
Bolehkah Saya Konsumsi Favipiravir dengan Obat Lain?
Beberapa obat bisa berinteraksi dengan favipiravir, seperti pirazinamid, repaglinid, teofilin, famsiklovir, sulindak, kloroquin, dan oseltamivir.
Beritahu kepada dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda konsumsi, baik obat resep, obat bebas, atau suplemen makanan.
Artikel Lainnya: Sesak Napas Saat Isolasi Mandiri, Ini Cara Mengatasinya!
Amankah Favipiravir untuk Ibu Hamil dan Menyusui?
Obat Favipiravir tidak bisa digunakan oleh ibu hamil karena dapat menimbulkan efek samping merugikan.
Ibu menyusui juga tidak diperbolehkan memberikan ASI ketika mengonsumsi obat ini.
Kandungan obat ini bisa terdistribusi ke dalam ASI sehingga berisiko menimbulkan efek samping kepada bayi.
Jika Anda sedang hamil atau menyusui, konsultasikan mengenai kondisi Anda kepada dokter.
Pantau informasi lainnya seputar kesehatan dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)
Diperbaharui: Apt. Maria Dyah Kartika L.S., S.Farm
Ditinjau: Apt. Evita Fitriani., S. Farm.