Isoniazid
Golongan | Obat Keras (Perlu Resep Dokter) |
Kategori | Obat Antituberkulosis |
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan Anak |
Bentuk obat | Tablet |
Isoniazid untuk ibu hamil dan menyusui | Kategori C: Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya). Namun, tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan. Peringatan Menyusui: Isoniazid diekskresikan melalui ASI dalam jumlah yang rendah. |
Merek Dagang Isoniazid
Tablet: INH Ciba, Inoxin, Pehadoxin, Pyravit, Pro TB, Rimactazid, Rifastar, Rifanh, TB Vit 6, Rimcure Paed, Rimcure 3-FDC, Suprazid, Bacbutinh
Pengertian Isoniazid
Isoniazid adalah obat antituberkulosis yang biasanya dikombinasikan dengan antibiotik lain seperti ethambutol, pyrazinamide, atau rifampicin.
Obat ini dapat diresepkan oleh dokter selama 6-12 bulan untuk mengobati TBC aktif dan laten.
Pada TBC aktif, penderitanya akan mengalami gejala-gejala TBC seperti batuk berkepanjangan.
Sementara, TBC laten adalah infeksi TBC yang belum berkembang dan tidak menunjukkan gejala.
Namun, sewaktu-waktu TBC laten bisa menjadi TBC aktif.
Isoniazid bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Artikel Lainnya: Alasan Pengidap TBC Lebih Rentan Terkena Virus
Keterangan Isoniazid
- Golongan: obat keras
- Kelas Terapi: antituberkulosis
- Kandungan: Isoniazid 100 mg; Isoniazid 300 mg
- Bentuk: tablet
- Penjualan: strip
- Kemasan: strip @10 tablet
- Farmasi: Kimia Farma; Holi Pharma; Phyto Kemo Agung Farma
- Harga Isoniazid: Rp1.500 - Rp15.000/strip
Kegunaan Isoniazid
Isoniazid digunakan untuk mengobati tuberkulosis yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis.
Dosis dan Aturan Pakai Isoniazid
Tujuan: tuberkulosis aktif
Bentuk: tablet
- Dewasa: 5 mg/kg BB per hari (4-6 mg/kg BB per hari). Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per hari 200 mg diberikan dalam dosis tunggal.
Untuk pasien dengan BB >45 kg, dosis per hari 300 mg diberikan dalam dosis tunggal.
- Anak: 10 mg/kg BB per hari (10-15 mg/kg BB per hari).
Tujuan: tuberkulosis laten
Bentuk: tablet
- Dewasa: 300 mg per hari, diberikan sedikitnya 6 bulan.
- Anak: 10 mg/kg BB per hari (maksimal 300 mg/hari). Diberikan sedikitnya 6 bulan. Tablet isoniazid 300 mg tidak boleh diberikan untuk anak dengan BB kurang dari 25 kg.
Artikel Lainnya: Mengenal IGRA Test, Pemeriksaan Darah untuk Deteksi TBC
Cara Menggunakan Isoniazid
- Ikuti petunjuk penggunaan obat Isoniazid sesuai dengan penjelasan dokter atau apoteker. Jangan mengurangi atau menambah dosis
- Konsumsi obat ini saat perut kosong, kira-kira 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan
- Telan tablet utuh dengan segelas air. Cobalah untuk mengonsumsi obat pada jam yang sama setiap harinya supaya tidak terlupa
- Jika lupa, minum obat segera setelah Anda ingat
- Bila Anda baru ingat ketika sudah dekat dengan jadwal minum obat selanjutnya, abaikan saja dosis yang terlupa
- Dosis dan lamanya pengobatan akan ditentukan dokter berdasarkan kondisi dan tingkat keparahan infeksi
- Konsumsi obat dengan rutin selama jangka waktu yang sudah ditentukan dokter agar mendapatkan hasil pengobatan yang efektif
Cara Penyimpanan
Simpan pada tempat yang sejuk dan kering, lindungi dari paparan sinar matahari langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Efek Samping Isoniazid
Efek samping yang mungkin terjadi adalah:
- Neuropati perifer
- Anemia
- Agranulositosis (sumsum tulang gagal membentuk granulosit)
- Trombositopenia (jumlah trombosit darah kurang dari normal)
- Eosinofilia (kadar eosinofil darah lebih tinggi dari normal)
- Reaksi hipersensitivitas
- Demam
- Mual, muntah
- Mulut kering
- Sembelit
- Vertigo
- Hepatotoksisitas
Jika Anda mengalami efek samping yang tercantum di atas, atau efek samping lainnya, konsultasikan kepada dokter.
Artikel Lainnya: Kompleksitas Problem Penanganan Tuberkulosis di Indonesia
Overdosis
Penggunaan obat Isoniazid yang melebihi dosis dapat menimbulkan gejala mual, muntah, pusing, bicara cadel, penglihatan kabur, dan halusinasi visual.
Distres pernapasan dan depresi sistem saraf pusat, berkembang pesat dari pingsan menjadi koma, kejang berat yang tidak dapat diatasi, asidosis metabolik, asetonuria, dan hiperglikemia dapat terjadi setelah overdosis.
Oleh karena itu penting untuk selalu memperhatikan dosis yang sudah dianjurkan untuk Anda.
Jika terjadi overdosis, bawa ke fasilitas medis terdekat agar mendapatkan pertolongan yang tepat.
Kontraindikasi
Isoniazid tidak boleh digunakan pada kondisi berikut:
- diketahui memiliki alergi terhadap Isoniazid
- pasien dengan penyakit hati akut atau riwayat cedera hati terkait isoniazid
- pasien yang mengalami efek samping berat pada penggunaan Isoniazid sebelumnya
- penderita epilepsi
- pasien yang mengalami gangguan psikis
- pasien dengan gangguan fungsi ginjal
Interaksi Isoniazid dengan Obat Lain
Obat-obat berikut berisiko menimbulkan interaksi jika digunakan bersama dengan Isoniazid:
- Phenytoin, carbamazepine, valproat
- Obat kelompok benzodiazepine (diazepam, flurazepam, triazolam, midazolam)
- Klorpromazin, haloperidol
- Warfarin
- Alfentanil
- Teofilin
- Prednisolone
- Paracetamol
- Aluminium hidroksida
- Disulfiram
Jika Anda mengonsumsi salah yang tercantum di atas, atau obat lainnya, suplemen, maupun herbal, beritahu dokter.
Artikel Lainnya: Kondisi Serius di Balik Batuk Berdarah
Peringatan dan Perhatian
Beritahukan dokter jika Anda mengalami kondisi di bawah ini:
- kondisi yang tercantum pada kontraindikasi
- diabetes
- infeksi HIV
- status gizi buruk, misalnya kurang gizi
- porfiria (kelainan bawaan yang menyebabkan kelainan kulit atau sistem saraf)
- neuropati (kerusakan saraf yang menyebabkan kesemutan, mati rasa, dan nyeri)
- hamil dan menyusui
Obat ini dapat menyebabkan hepatotoksisitas jika digunakan dalam jangka panjang. Dokter akan melakukan monitoring dan wawancara rutin pada Anda.
Segera laporkan kepada dokter jika mengalami gejala mual, muntah, urine berwarna gelap, perasaan lelah terus-menerus, merasa lemas lebih dari 3 hari, nyeri perut terutama pada bagian kanan atas.
Obat ini berisiko menimbulkan hepatitis. Kelompok yang berisiko tinggi mengalami hepatitis:
- pasien dengan usia > 35 tahun,
- pengonsumsi alkohol,
- pasien dengan penyakit hati kronik aktif, dan
- pengguna narkoba
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan isoniazid ke dalam Kategori C.
Artinya, studi pada hewan menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya).
Tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia.
Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
Artikel Lainnya: Bayi Diduga Tertular TBC dari Ciuman, Ini Penjelasan Dokter
Peringatan Menyusui
Isoniazid diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah yang rendah. Namun tidak ada efek samping pada bayi yang dilaporkan.
Meski demikian, tetaplah berkonsultasi dengan dokter sebelum busui minum obat ini.
Penyakit Terkait Obat Isoniazid
Rekomendasi Obat Sejenis Isoniazid
Jangan kelewatan informasi kesehatan lainnya dengan mengunduh aplikasi KlikDokter. Gratis, lho!
(HNS/AYU)
- E-katalog LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Diakses 2021. Isoniazid.
- MedlinePlus. Diakses 2021. Isoniazid.
- MIMS Indonesia. Diakses 2021. Isoniazid.
- Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses 2021. Isoniazid.