Pengertian
Pharflox adalah obat yang di produksi oleh Pharos Indonesia. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet salut selaput dan kaplet salut selaput. Obat ini mengandung Ofloxacin yang diindikasikan untuk infeksi saluran kemih, prostatitis akut atau kronis, infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi genital tanpa komplikasi karena Chlamydia trachomatis; Cervicitis / uretritis non-gonokokal akibat Chlamydia trachomatis, penyakit radang panggul.
Keterangan
- Pharflox Tablet
- Golongan: Obat Keras
- Terapi: Antibiotik Kuinolon
- Kandungan: Ofloxacin 200 mg
- Bentuk: Tablet Salut Selaput
- Satuan Penjualan: Strip
- Kemasan: Box, 3 Strip @ 10 Tablet
- Farmasi: Pharos Indonesia
- Harga: Rp72.000 - Rp136.000/ Strip
- Pharflox Kaplet
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Antibiotik Kuinolon
- Kandungan: Ofloxacin 400 mg
- Bentuk: Kaplet Salut Selaput
- Satuan Penjualan: Strip
- Kemasan: Box, 3 Strip @ 10 Kaplet
- Farmasi: Pharos Indonesia
- Harga: Rp150.000 - Rp210.000/ Strip
Kegunaan
Pharflox diindikasikan untuk infeksi saluran kemih, prostatitis akut atau kronis, infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi genital tanpa komplikasi karena Chlamydia trachomatis; Cervicitis / uretritis non-gonokokal akibat Chlamydia trachomatis, Penyakit radang panggul.
Dosis & Cara Penggunaan
Pharflox merupakan golongan obat keras. Obat ini memerlukan resep dokter untuk pembelian serta penggunaannya.
- Cervicitis / uretritis non-gonokokal akibat Chlamydia trachomatis, Infeksi Genital Tanpa Komplikasi karena Chlamydia trachomatis
Dewasa: 400 mg setiap hari dalam dosis tunggal atau terbagi selama 7 hari. - Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Dewasa: 400 mg setiap hari lebih disukai di pagi hari, dosis ditingkatkan menjadi2 x sehari 400 mg sesuai kebutuhan. - Penyakit Radang Panggul
Dewasa: 2 x sehari 400 mg selama 14 hari. - Infeksi Saluran Kemih
Dewasa: 200-400 mg setiap hari lebih disukai di pagi hari. Jika perlu, tingkatkan dosis menjadi 2 x sehari 400 mg. - Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
Dewasa: 2 x sehari 400 mg untuk 5-10 hari. - Prostatitis
Dewasa: Akut atau kronis: 2 x sehari 200 mg selama 28 hari.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul adalah:
- Gangguan saluran pencernaan (misalnya mual, muntah, sakit perut, tidak nyaman atau kram, diare, perut kembung, sembelit)
- Tendinitis (iritasi pada tendon)
- Ruptur tendon (robeknya tendon)
- Efek sistem saraf pusat (misalnya sakit kepala, insomnia, pusing)
- Neuropati perifer (gangguan yang terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf tepi)
- Ruam, pruritus (gatal)
- Pruritus genital eksternal (gatal pada organ kelamin bagian luar)
- Peningkatan AST dan / atau ALT serum
- Eosinofilia (tingginya rasio eosinofil dalam darah)
- Leukopenia (jumlah leukosit pada darah rendah)
- Anemia
- Ketidaknyamanan mata dan iritasi
- Batuk
- Henti pernapasan
Overdosis
- Gejala: Pusing, kebingungan, gangguan kesadaran, peningkatan interval QT, kejang-kejang, mual.
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:
- Hipersensitif terhadap ofloksasin atau terhadap kuinolon lainnya.
- Memiliki riwayat gangguan tendon yang berhubungan dengan penggunaan kuinolon, epilepsi, atau penurunan ambang kejang.
Interaksi Obat
- Penggunaan bersamaan dari IA kelas (misalnya. Quinidine, procainamide) atau kelas III (misalnya. Amiodarone, sotalol) agen antiaritmia dapat meningkatkan risiko perpanjangan interval QT.
- Konsentrasi serum dan urin menurun dengan antasid yang mengandung Mg, Al atau Ca.
- Aktivitas antibakteri aditif dengan aminoglikosida (misalnya. Amikasin, tobramycin).
- Kortikosteroid dapat meningkatkan risiko gangguan tendon berat.
- Meningkatnya risiko stimulasi sistem saraf pusat (misalnya. Kejang) dengan obat anti inflamasi non steroid.
- Konsentrasi teofilin serum yang lebih tinggi dan berkepanjangan dan peningkatan risiko efek samping yang terkait dengan teofilin.
Kategori Kehamilan
Kategori C (perhatian khusus pada kehamilan trimester 1): Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.