Pengertian
Yafix merupakan salah satu Sediaan Sirup Kering dan Tablet Selaput Salut yang mengandung Cefixime, obat ini diproduksi oleh Pratapa Nirmala. Yafix Tablet dan Sirup digunakan untuk infeksi bakteri, seperti sinusitis ( inflamasi atau peradangan pada dinding sinus), otitis (infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah) yang disebabkan oleh bakteri S. pyogenes. Perbedaan Sediaan berfungsi untuk memudahkan pasien yang sulit menelan dan menutupi rasa yang tidak enak pada obat.
Cefixime bekerja dengan menghambat biosintesis dinding sel bakteri yang mengakibatkan kematian sel bakteri. Yafix termasuk dalam golongan Antibiotik Sefalosporin, penyalahgunaan Antibiotik yang tidak tepat dosis dan tujuan dapat menyebabkan resistensi (kebal) terhadap bakteri dan penurunan efektifitas kerja obat ini, sehingga antibiotik harus dihabiskan. Penggunaan Sirup Kering antibiotik sebelum dilarutkan, maka obat masih dapat digunakan hingga waktu kedaluwarsa (expired date) yang diberikan oleh pabrik. Namun, setelah mengalami pelarutan dengan air, obat hanya bisa digunakan dalam batas waktu tertentu, biasanya hanya 7 atau 14 hari sejak tanggal obat dilarutkan.
Keterangan
- Yafix Sirup Kering:
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Antibiotik golongan sefalosforin
- Kandungan: Cefixime Trihydrate 100 mg/5 mL
- Bentuk: Sirup
- Satuan Penjualan: Botol
- Kemasan: Botol 30 mL
- Farmasi: Pratapa Nirmala.
- Yafix Tablet:
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Antibiotik golongan sefalosforin
- Kandungan: Cefixime 100 mg
- Bentuk: Tablet
- Satuan Penjualan: Strip
- Kemasan: Strip @ 10 Tablet
- Farmasi: Pratapa Nirmala.
Kegunaan
Yafix digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti:
- Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi
- Faringitis (penyakit peradangan yang menyerang tenggorok)
- Tonsilitis (radang amandel)
- Otitis (infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah). Selain itu, obat ini juga dapat digunakan sebagai antibiotik untuk melawan demam tifoid.
Dosis & Cara Penggunaan
Dosis dan Cara Penggunaan Yafix, harus dengan Resep Dokter:
- Penyakit menular seksual dewasa dan lansia :
Dosis: 1 g sebagai dosis tunggal. - Indikasi lain
Dosis: 500 mg 1 kali sehari selama 3 hari. - Anak
Dosis: 10 mg/kg BB/hari selama 3 hari.
Dosis alternatif (pemberian selama 5 hari)
Dosis: 10 mg/kg BB/hari pada hari ke-1, lalu di lanjutkan dengan dosis 5 mg/kg B.
Dosis penggunaan Yafix juga harus dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaan nya berbeda-beda setiap individu tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan Yafix adalah:
- Gangguan pencernaan: Mual dan muntah, Kejang perut, kembung, diare.
- Kelelahan, mengantuk
- Pusing dan sakit kepala
- Gugup
- Malaise (perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu)
- Dispepsia (nyeri/sakit pada bagian atas perut)
- Anoreksia (gangguan makan yang menyimpang)
- Pruritus (rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang)
- Mulut kering.
Kontraindikasi:
Hindari penggunaan Yafix pada pasien yang memiliki indikasi:
Hipersensitif atau reaksi alergi yang berlebihan terhadap cefixime trihydrate.
Interaksi Obat:
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Yafix:
- Peningkatan konsentrasi carbamazepine plasma jika di berikan bersamaan dengan penggunaan bersamaan
- Peningkatan bioavailabilitas jika di berikan bersamaan dengan nifedipine
- Konsentrasi serum meningkat jika di berikan bersamaan dengan probenesid
- Warfarin dapat meningkatkan waktu protrombin (dengan atau tanpa pendarahan) jika di berikan bersamaan dengan antikoagulan.
Kategori Kehamilan:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Yafix ke dalam Kategori B:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).