Pengertian
Intidrol adalah obat yang mengandung Methylprednisolone sebagai zat aktifnya. Intidrol digunakan untuk membantu mengobati peradangan, reaksi alergi yang parah, kondisi peradangan pada mata, penyakit kulit, status asmatikus (asma yang parah). Intridrol mengurangi respon sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit untuk mengurangi gejala seperti pembengkakan, nyeri dan reaksi alergi. Intidrol dapat digunakan dengan obat lain pada gangguan hormon. Hindari penggunaan Intidrol pada ibu hamil dan menyusui.
Keterangan
- Intidrol Tablet
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Kortikosteroid
- Kandungan: Methylprednisolone 16 mg; Methylprednisolone 4 mg
- Bentuk: Tablet
- Satuan Penjualan: Tablet
- Kemasan: Strip @ 10 Tablet
- Farmasi: Interbat.
- Intidrol Vial
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Kortikosteroid
- Kandungan: Methylprednisolone 125 mg
- Bentuk: Serbuk Injeksi
- Satuan Penjualan: Vial
- Kemasan: Vial @ 125 mg
- Farmasi: Interbat.
Kegunaan
Intidrol digunakan sebagai obat alergi dan peradangan.
Dosis & Cara Penggunaan
Intidrol merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Selain itu, dosis penggunaan Intidrol juga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaannya berbeda-beda setiap individu. Penggunaan Intidrol injeksi harus dibantu oleh tenaga ahli medis. Penggunaan Intidrol secara umum adalah:
Aturan penggunaan Intidrol Tablet:
- Dewasa dan anak ≥12 thn: Umumnya 4-48 mg/hari sebagai dosis tunggal atau terbagi.
- Sklerosis: 160 mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan 64 mg/hari selama 1 bulan.
Aturan penggunaan Injeksi:
Antiinflamasi (anti peradangan): 10-80 mg sehari sekali.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 20-25 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul adalah reaksi alergi berat, gangguan kejiwaan (depresi), eufhoria (kegembiraan yang berlebihan), insomnia, perubahan suasana hati, perubahan kepribadian, peningkatan kerentanan dan keparahan infeksi, hipertensi, tukak peptik, atrofi kulit, jerawat, kelemahan otot.
Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan infeksi jamur sistemik kecuali terapi anti infeksi khusus digunakan.
Interaksi Obat
- Resiko hipokalaemia jika diberikan bersamaan dengan agen penipisan K (misalnya: Amfoterisin B, diuretik).
- Penurunan celarance jika diberikan bersamaan dengan antibiotik macrolide.
- Dapat menurunkan kadar isoniazid dalam serum. Meningkatkan clearance jika diberikan bersamaan dengan kolestyramine.
- Risiko kejang jika diberikan bersamaan dengan siklosporin. Meningkatkan risiko aritmia jika diberikan bersamaan dengan digitalis glikosida.
- Menurunkan metabolisme jika diberikan bersamaan dengan estrogen, termasuk kontrasepsi oral.
- Meningkatkan metabolisme jika diberikan bersamaan dengan penginduksi CYP3A4 (misalnya: Rifampisin, barbiturat).
- Meningkatkan konsentrasi plasma jika diberikan bersamaan dengan penghambat CYP3A4 (misalnya: Ketoconazole, erythromycin).
- Risiko efek saluran pencernaan jika diberikan bersamaan dengan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid lain.
- Dapat meningkatkan efek antikoagulan warfarin. Dapat mengurangi efek terapeutik antidiabetik.