Naproxen
Golongan |
Obat keras |
Kategori obat |
Obat antinyeri |
Dikonsumsi oleh |
Dewasa |
Bentuk obat |
Tablet |
Naproxen untuk ibu hamil dan menyusui |
Kategori C (menurut TGA/Therapeutic Goods Administration): Studi pada hewan percobaan memperlihatkan adanya risiko pada janin. Namun, belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. Namun, menurut FDA (Food Drug Administration), Naproxen belum dikategorikan. Peringatan Menyusui: Naproxen diketahui dapat terserap ke ASI. Jangan menggunakannya sebelum berkonsultasi dengan dokter. |
Merek Dagang
Kaplet: Alif, Xenifar
Pengertian
Naproxen adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri atau peradangan. Obat ini sering digunakan pada kondisi dismenorea, tendinitis, asam urat, demam, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, serta nyeri ringan sampai sedang.
Obat golongan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) tersebut bekerja dengan cara mengurangi hormon penyebab peradangan dan rasa sakit di tubuh.
Naproxen tablet merupakan obat keras yang hanya diperoleh dengan resep dokter. Simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Keterangan
- Golongan: obat keras
- Kelas terapi: obat antinyeri
- Kandungan: naproxen 220 mg; 500 mg
- Kemasan: tablet
- Produksi: -
- Harga Naproxen: -
Kegunaan
Naproxen digunakan untuk meredakan rasa nyeri atau peradangan pada kondisi:
- Gangguan muskuloskeletal akut (gangguan pada fungsi sendi, otot, ligamen, saraf, tendon, dan juga tulang belakang)
- Dismenore
- Tendinitis
- Asam urat
- Demam
- Ankylosing spondylitis
- Osteoarthritis
- Rheumatoid arthritis
- Mengatasi nyeri ringan sampai sedang
- Juvenile idiopathic arthritis
Artikel lainnya: Asam Urat Tinggi, Apa Penyebabnya?
Dosis dan Aturan Pakai
Naproxen tergolong obat keras. Penggunaan obat ini harus dengan anjuran dan resep dokter.
Tujuan: mengatasi gangguan muskuloskeletal akut, dismenorea, tendinitis
Bentuk: tablet
- Dewasa: dosis awal 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 6-8 jam. Maksimal 1.250 mg per hari pertama, hari selanjutnya maksimal 1.000 mg per hari.
Tujuan: mengatasi asam urat
Bentuk: tablet
- Dewasa: dosis awal 750 mg, lalu dapat dilanjutkan 250 mg setiap 8 jam hingga serangan mereda.
Tujuan: mengatasi demam
Bentuk: tablet
- Dewasa: dosis awal 200-400 mg dalam 1 jam pertama, dilanjutkan dengan 200 mg setiap 8-12 jam berdasarkan kondisi pasien. Dosis maksimal 600 mg per hari.
- Anak 12 tahun: sama seperti dengan dosis dewasa.
Tujuan: mengatasi ankylosing spondylitis, osteoarthritis, rheumatoid arthritis
Bentuk: tablet
- Dewasa: dosis 500-1.000 mg setiap hari sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi.
Tujuan: mengatasi nyeri ringan sampai sedang
Bentuk: tablet
- Dewasa: dosis awal 500 mg, dilanjutkan 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 6-8 jam sesuai kondisi pasien. Maksimal 1.250 mg pada hari pertama, kemudian 1.000 mg per hari berikutnya.
- Anak 12 tahun: sama seperti dengan dosis dewasa.
Tujuan: mengatasi juvenile idiopathic arthritis
Bentuk: tablet
- Anak 2 tahun: 10 mg/kg berat badan setiap hari dalam 2 dosis terbagi dengan jarak 12 jam. Dosis maksimal 1.000 mg per hari.
Cara Menggunakan
- Ikuti anjuran dokter sebelum menggunakan Naproxen. Baca juga instruksi aturan penggunaan yang tertera pada kemasan
- Naproxen tablet dapat diminum bersamaan dengan makanan
- Telan tablet secara utuh bersama air putih. Jangan dikunyah, dibelah, atau dihancurkan
- Dianjurkan meminum Naproxen secara teratur pada jam yang sama setiap harinya
- Bila kamu terlupa, segera minum jika jeda jadwal minum obat berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat. Jangan menggandakan dosis
Cara Penyimpanan
Simpan obat Naproxen pada suhu ruang, tempat yang kering, serta terhindar dari paparan sinar matahari. Hindarkan obat dari jangkauan si kecil.
Efek Samping
Efek samping Naproxen yang umumnya terjadi seperti:
- Gangguan pencernaan, seperti mulas, sakit perut, dan mual
- Sakit kepala, pusing, mengantuk
- Memar, gatal, ruam, bengkak
- Telinga berdenging
Overdosis
Overdosis Naproxen bisa memicu gejala, seperti:
- Mual, muntah
- Gangguan pencernaan, termasuk diare dan mulas
- Nyeri perut
- Sakit kepala
- Mengantuk
- Pusing
- Pendarahan saluran cerna
- Gangguan hati
- Peningkatan risiko pendarahan
- Telinga berdenging
- Pingsan
- Hipertensi
- Gagal ginjal akut
- Kejang
- Kesulitan bernapas
- Koma
Apabila kamu mengalami gejala-gejala di atas, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat.
Artikel lainnya: Awas, Rheumatoid Arthritis Bisa Sebabkan Penyakit Paru!
Kontraindikasi
Kamu tidak disarankan mengonsumsi Naproxen apabila memiliki:
- Hipersensitivitas terhadap Naproxen
- Riwayat asma
- Polip hidung
- Rhinitis
- Angioedema
- Urtikaria atau reaksi alergi yang mengkonsumsi aspirin, ibuprofen, atau NSAID lainnya
- Tukak peptik atau riwayat pendarahan saluran cerna
- Dispepsia kronis
- Gagal jantung berat
- Pengobatan nyeri pasca operasi CABG
- Gagal ginjal (CrCl <30 ml/menit)
- Hamil trimester ketiga
Interaksi Obat
Beberapa obat yang diberikan bersamaan dengan Naproxen bisa menurunkan efektivitas ataupun meningkatkan toksisitas. Berikut beberapa di antaranya.
- Naproxen bisa mengurangi efek antihipertensi obat, seperti ACE Inhibitor, Angiotensi II reseptor bloker, serta diuretik seperti furosemide dan thiazid
- Obat ini bisa meningkatkan risiko gangguan ginjal bila diberikan bersama ACE Inhibitor dan Angiotensi II reseptor bloker
- Meningkatkan kadar Naproxen dalam darah jika diberikan dengan probenesid
- Meningkatkan kadar lithium, methotrexate, dan digoxin dalam darah darah
- Peningkatan risiko nefrotoksik (kerusakan ginjal) dengan siklosporin dan tacrolimus
- Naproxen bisa mengurangi efek dari mifepristone
- Peningkatan risiko toksisitas kerusakan sel darah dengan zidovudine
- Mengurangi penyerapan Naproxen dengan antasida, kolestiramin, dan sukralfat
Demi menghindari risiko interaksi obat tersebut, beritahu dokter semua obat yang kamu konsumsi saat ini.
Peringatan dan Perhatian
- Beritahu dokter jika kamu alergi terhadap kandungan Naproxen
- Infokan dokter apabila kamu sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan
- Beritahu dokter jika kamu memiliki riwayat:
- Penyakit jantung
- Hipertensi
- Kolesterol tinggi
- Diabetes
- Merokok
- Serangan jantung
- Stroke
- Pembekuan darah
- Asma
- Gangguan hati dan ginjal
- Retensi cairan
- Sedang mengonsumsi aspirin untuk mencegah serangan jantung atau stroke
- Jika seorang anak usai mengonsumsi obat ini mengalami penurunan berat badan, segera beritahu dokter
- Jangan berikan Naproxen pada anak usia di bawah 2 tahun
- Segera temui dokter jika kamu mengalami alergi, overdosis, atau efek samping yang serius setelah menggunakan Naproxen
Artikel lainnya: Jangan Asal Pilih Salep Nyeri dan Pegal, Perhatikan Ini!
Kategori Kehamilan
Menurut TGA (Therapeutic Goods Administration), Naproxen masuk dalam kategori C untuk ibu hamil.
Studi pada hewan percobaan memperlihatkan adanya risiko pada janin, tapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Namun, menurut FDA (Food Drug Administration), obat ini belum dikategorikan (kategori N).
Peringatan Kehamilan
Informasikan dokter jika kamu akan menggunakan Naproxen saat hamil atau sedang menjalankan program kehamilan.
Namun, pemakaian obat golongan NSAID sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester ketiga.
Peringatan Menyusui
Naproxen diketahui dapat terserap ke ASI. Jangan menggunakannya sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Penyakit Terkait
- Gangguan musculoskeletal
- Dismenorea
- Tendinitis
- Ankylosing spondylitis
- Osteoarthritis
- Rheumatoid arthritis
- Juvenile idiopathic arthritis
Rekomendasi Obat Sejenis
- Alif
- Xenitra
Manfaatkan layanan konsultasi dengan dokter di Tanya Dokter. Jangan tunggu sakit, ya. #JagaSehatmu setiap hari.
[HNS/NM]
- Drugs.com. 10 Agustus 2022. Naproxen
- Medscape. 10 Agustus 2022. Naproxen
- Mims Indonesia. 10 Agustus 2022. Naproxen