Pengertian
Obucort Swinghaler adalah sediaan obat dalam bentuk serbuk inhaler yang diproduksi oleh Otsuka Indonesia. Obucort Swinghaler digunakan untuk meringankan gejala asam pada penderita asma bronkial. Obucort Swinghaler mengandung zat aktif Budesonide yang bekerja dengan cara mencegah atau mengendalikan peradangan.
Keterangan
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Antiasthmatic dan Anti COPD (chronic obstructive pulmonary disease)
- Kandungan: Budesonide 200 mcg
- Bentuk: Serbuk Inhaler
- Satuan Penjualan: Plastic Inhalation Device
- Kemasan: Plastic Inhalation Device @ 200 Dosis (40 mg)
- Farmasi: Otsuka Indonesia.
- Harga: Rp118.000 - Rp265.000/ Pcs
Kegunaan
Obucort Swinghaler digunakan untuk meringankan gejala asam pada penderita asma bronkial.
Dosis & Cara Penggunaan
Obucort Swinghaler merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras, sehingga pada setiap pembelian dan penggunaannya harus menggunakan resep dokter.
Dosis dan Cara Penggunaan Obucort Swinghaler:
- Dewasa: 200-1.200 mcg / hari dalam 2-4 dosis terbagi.
- Dosis pemeliharaan: 200-400 mcg dua kali sehari (pagi dan malam), dapat ditingkatkan hingga 1.200 mcg pada asma berat.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Obucort Swinghaler, antara lain:
- Gatal ringan pada trakea di tenggorokan
- Suara serak
- Batuk
- Iritasi tenggorokan
- Tukak hidung
- Perforasi septum hidung
- Mimisan
- Iritasi mukosa hidung
Kontraindikasi
Pasien dengan riwayat hipersensitif atau alergi terhadap Budesonide.
Interaksi Obat
Dapat berinteraksi dengan obat Cimetidine.
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan Obucort Swinghaler ke dalam Kategori B:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).