Pengertian
Neo Kaolana adalah obat yang mengandung Kaolin dan Pectin sebagai zat aktifnya. Neo Kaolana digunakan untuk menghilangkan gejala diare yang tidak spesifik. Neo Kaolana termasuk golongan absorben untuk menyerap toksin baik yang berupa gas atau bahan beracun lainnya yang merangsang dari saluran usus, selanjutnya membentuk lapisan pelindung pada dinding usus. Pektin sebagai bahan yang berfungsi untuk menghilangkan hasil pertumbuhan bakteri yang bersifat racun.
Keterangan
- Golongan: Obat Bebas
- Kelas Terapi: Antidiare
- Kandungan: Kaolin, Pectin
- Bentuk: Suspensi
- Satuan Penjualan: Botol
- Kemasan: Botol @ 120 mL
- Farmasi: Sanbe Farma
- Harga: Rp 14.000 - Rp 30.000 / Botol.
Kegunaan
Neo Kaolana merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan yang hanya untuk menghilangkan gejala diare yang tidak spesifik.
Dosis dan Cara Penggunaan
Penggunaan Neo Kaolana secara umum adalah:
- Dewasa dan anak umur lebih dari 12 tahun: diminum 2 sendok takar sesudah BAB.
- Anak 6-12 tahun: diminum 1 sendok takar sesudah BAB.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Neo Kaolana yaitu dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dengan meningkatkan kehilangan natrium dan kalium dalam tinja, terutama pada orang tua, anak-anak dan diare berat.
Kontraindikasi
Hindari penggunaan Neo Kaolana pada pasien yang memiliki indikasi penderita dengan hambatan pata usus atau usus tersumbat.
Interaksi Obat
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Neo Kaolana:
Dapat mengurangi penyerapan sejumlah obat (Tetrasiklin, lincomycin, digoxin, aspirin, kloroquin, hidroksi kloroquin, fenotiazin).
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan Neo Kaolana ke dalam Kategori B:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).