Pengertian Cyclophosphamide
Cyclophosphamide adalah obat yang digunakan untuk membantu mengobati kanker payudara, kanker paru, kanker ovarium (kondisi di mana tumor ganas tumbuh berkembang di dalam indung telur, dimana sel-sel telur juga hormon wanita (estrogen dan progesteron) dihasilkan), limfogranulomatosis (tumor ganas jaringan limfoid), limfosarkoma (kanker yang muncul dalam sel-sel lemak di jaringan lunak, seperti: paha), sarkoma sel retikulum (tumor pada sel retikulum), leukemia (kanker darah yang berawal dalam sumsum tulang belakang, tempat sel darah dibuat), multipel mieloma (adalah jenis kanker yang menyerang sel plasma, yaitu salah satu jenis sel darah putih, pada sumsum tulang penderita).
Keterangan Cyclophosphamide
- Golongan: Obat Keras.
- Kelas Terapi: Kemoterapi sitotoksik.
- Kandungan: Cyclophosphamide 200 mg; Cyclophosphamide 1000 mg
- Bentuk: Serbuk Injeksi.
- Satuan Penjualan: Vial.
- Kemasan: Vial @ 200 mg; Vial @ 1000 mg
- Farmasi: Dankos Farma.
- Merk dagang yang beredar di Indonesia: Cyclovid, Endoxan.
Kegunaan Cyclophosphamide
Cyclophosphamide digunakan untuk mengobati kanker.
Dosis & Cara Penggunaan Cyclophosphamide
Cyclophosphamide adalah Obat Keras. Penggunaannya harus berdasarkan Resep Dokter dan Tenaga Medis Profeisonal. Anjuran penggunaan Cyclophosphamide.
Dewasa:
- Regimen dosis rendah: 2-6 mg / kg berat badan setiap minggu sebagai dosis tunggal.
- Regimen dosis sedang: 10-15 mg / kg berat badan setiap minggu sebagai dosis tunggal.
- Regimen dosis tinggi: 20-40 mg / kg berat badan sebagai dosis tunggal setiap 10-20 hari. Atau, 80-300 mg / m2 setiap hari sebagai dosis tunggal, atau 300-600 mg / m2 setiap minggu sebagai dosis tunggal, atau 600-1.500 mg / m2 sebagai dosis tunggal atau infus pendek dengan jangka waktu 10 hingga 20 hari.
- Diberikan melalui injeksi intravena (pembuluh darah).
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 25 derajat Celciu atau pada suhu di bawah 25 derajat Celcius, di tempat kering dan sejuk.
Efek Samping Cyclophosphamide
Efek samping yang mungkin muncul selama penggunaan Cyclophosphamide, antara lain:
- Hiperpigmentasi (area kulit tertentu menjadi lebih gelap) kulit dan kuku
- Mual dan muntah
- Kebotakan
- Sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat
- Gangguan metabolisme karbohidrat
- Berpotensi fatal: Reaksi alergi berat, gagal sumsum tulang, imunosupresi berat, kardiotoksisitas (kerusakan pada otot jantung), hiponatremia (kadar natrium dalam darah lebih rendah).
Kontraindikasi Cyclophosphamide
Hindari penggunaan Cyclophosphamide pada pasien:
- Pasien dengan aplasia sumsum tulang
- Obstruksi aliran keluar urin
- Infeksi saluran kemih
- Infeksi akut
- Toksisitas urothelial akibat obat atau radiasi
- Wanita hamil.
Interaksi Obat Cyclophosphamide
- Meningkatkan risiko kardiotoksisitas jika di berikan bersamaan dengan doksorubisin atau obat kardiotoksik lainnya.
- Dapat meningkatkan hematotoksisitas dan / atau imunosupresi jika di berikan bersamaan dengan inhibitor ACE, natalizumab, paclitaxel, diuretik thiazide, AZT.
- Dapat meningkatkan toksisitas paru jika di berikan bersamaan dengan amiodarone.
- Dapat meningkatkan nefrotoksisitas bersama amfoterisin B.
- Dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas jika di berikan bersamaan dengan azatioprin.
- Dapat meningkatkan insidensi penyakit veno-oklusif hati dan mucositis jika di berikan bersamaan busulfan.
- Dapat meningkatkan risiko sistitis hemoragik jika di berikan bersamaan dengan radioterapi sebelumnya atau bersamaan.
- Dapat mengakibatkan ensefalopati akut jika di berikan bersamaan dengan metronidazole.
- Dapat meningkatkan risiko komplikasi tromboemboli.
- Dapat mengubah efek warfarin.
- Dapat meningkatkan efek imunosupresif siklosporin.
- Dapat berakibat apnea yang berkepanjangan jika di berikan bersamaan dengan relaksan otot depolarisasi (misalnya: Suxamethonium).
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Cyclophosphamide ke dalam Kategori D:
Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).
Overdosis
- Gejala: Urotoksisitas, mielosupresi (penekanan produksi darah), kardiotoksisitas (termasuk gagal jantung), stomatitis (peradangan yang muncul di mulut), penyakit hati veno-oklusif.
- Penatalaksanaan: Perawatan suportif. Dapat dipertimbangkan dilakukan tindakan hemodialisis (cuci darah). Cegah sistitis dengan mesna mungkin berguna untuk mengatasi urotoksisitas.