Anemia Hemolitik
Dokter spesialis | kolaborasi antarmultidisiplin ilmu tergantung penyebab penyakit, seperti dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit dalam konsultan hematologi dan onkologi medik, dan lain-lain |
Gejala | kulit pucat; kulit, mata, dan mulut berwarna kuning; kelelahan, kelemahan, pusing, sesak napas, detak jantung melebihi normal, bunyi jantung tidak normal, pembesaran kelenjar getah bening, organ hati dan limpa membesar, urine berwarna gelap atau merah |
Faktor risiko | anemia hemolitik yang diturunkan atau didapat |
Cara diagnosis | wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang |
Pengobatan | transfusi darah, kortikosteroid, imunoglobulin intravena, antibodi monoklonal, imunosupresan, operasi pengangkatan limpa, suplementasi asam folat |
Obat | kortikosteroid, imunoglobulin intravena, antibodi monoklonal, imunosupresan, suplementasi asam folat |
Komplikasi | tromboemboli, gagal ginjal akut, gangguan irama jantung, kardiomiopati, gagal jantung |
Kapan harus ke dokter? | periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala dan tanda anemia hemolitik; Segera ke instalasi gawat darurat, bila terdapat gejala sesak napas, denyut jantung yang cepat, atau tampak pucat |
Pengertian Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah penyakit anemia akibat penghancuran sel darah merah sebelum waktunya. Pada kondisi normal, masa hidup sel darah merah adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik, usia sel darah merah memendek dan hancur lebih cepat dari pembentukannya.
Sel darah merah berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Bila tubuh mengalami penurunan jumlah sel darah merah (anemia), maka tubuh tidak bekerja secara normal.
Gejala anemia hemolitik berupa kulit pucat, penyakit kuning (kulit, mata, dan mulut berwarna kuning), dan kelelahan. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan bekuan dan sumbatan di aliran darah (tromboemboli) yang mengancam jiwa.
Artikel Lainnya: 10 Minuman Penambah Darah untuk Bantu Atasi Anemia
Jenis Anemia Hemolitik
Berikut jenis-jenis anemia hemolitik yang perlu kamu tahu:
- Anemia hemolitik imun (anemia hemolitik autoimun) terjadi ketika antibodi menyerang sel darah merah sehingga umurnya menjadi pendek.
- Anemia hemolitik non-imun terjadi tanpa keterlibatan imunoglobulin.
Penyebab Anemia Hemolitik
Penyebab anemia hemolitik adalah faktor keturunan dan didapat dari kondisi lain selain faktor keturunan. Berikut penjelasannya:
- Anemia hemolitik yang diturunkan, terjadi ketika ada gen tertentu yang diwariskan oleh orang tua ke anak.
- Anemia hemolitik didapat, tidak berhubungan dengan faktor genetik yang dibawa sejak lahir.
Faktor Risiko Anemia Hemolitik
Faktor risiko anemia hemolitik berhubungan dengan penyebab anemia hemolitik, yaitu:
1. Anemia hemolitik yang diturunkan
Berikut kondisi yang berhubungan dengan anemia hemolitik terkait keturunan, yaitu:
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
- Thalassemia (kelainan darah akibat hemoglobin tidak berfungsi dengan baik)
- Defisiensi piruvat kinase (kekurangan enzim yang ada di dalam darah)
- Sferositosis herediter (kerusakan pada membran sel darah merah)
- Anemia sel sabit (kelainan sel darah merah yang berbentuk bulan sabit)
- Defisiensi glukosa fosfat isomerase
- Defisiensi glutathione reduktase
2. Anemia hemolitik didapat
Berikut keadaan yang berkaitan dengan anemia hemolitik didapat:
- Infeksi bakteri dan virus: malaria, babesiosis (penyakit akibat infeksi parasit Babesia), bakteri Clostridium, tifus bakteri E. coli, Haemophilus influenzae type B, human immunodeficiency virus (HIV), Epstein-Barr virus, dan hepatitis autoimun.
- Penggunaan obat: antibiotik (penisilin, piperacillin, ceftriaxone, cefotetan, levofloxacin, nitrofurantoin), obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dapsone, levodopa, dan methyldopa.
- Penyakit autoimun: lupus, rheumatoid arthritis, sindrom Sjogren, kolitis ulseratif, dan penyakit Hashimoto.
- Mikroangiopati (penyakit pembuluh darah kecil): trombotik trombositopenia purpura, hipertensi maligna, sindrom uremik hemolitik, koagulasi intravaskular diseminata, dan eklampsia.
- Kondisi lainnya: kanker darah (leukemia limfositik kronis), reaksi terhadap transfusi darah, dan hipersplenisme (kerusakan sel darah akibat pembesaran limpa).
Gejala Anemia Hemolitik
Gejala anemia hemolitik bervariasi tergantung penyebab dan faktor risikonya. Secara umum, gejala dan tanda anemia hemolitik, meliputi:
1. Penyakit Kuning
Jaundice atau penyakit kuning menyebabkan kulit, dan bagian putih mata (sklera) berubah warna menjadi kuning.
Kondisi ini dapat terjadi pada pengidap anemia hemolitik karena kadar bilirubin yang tinggi akibat rusaknya sel darah merah.
2. Kelelahan
Anemia hemolitik dapat menyebabkan tubuh kelelahan yang mengganggu aktivitas harian. Kondisi ini dapat terjadi karena sel darah merah yang terlalu cepat hancur.
Padahal sel darah merah dibutuhkan untuk mengantarkan oksigen ke sel, jaringan, dan organ tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar pembentukan energi. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini juga menyebabkan kulit pucat.
3. Sesak Napas
Selain kelelahan, anemia juga bisa menimbulkan gejala sesak napas. Kondisi ini terjadi akibat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
4. Takikardia
Detak jantung lebih cepat (takikardia) dapat terjadi pada pengidap anemia hemolitik. Ketika jantung berdetak terlalu cepat, tidak ada cukup waktu di antara detak jantung untuk terisi darah. Pada akhirnya, jantung tidak dapat memasok oksigen yang dibutuhkan tubuh.
5. Pembesaran Limpa atau Hati
Hati dan limpa menyaring sel darah merah saat sel bergerak ke seluruh tubuh. Sel darah merah yang rusak atau mati terperangkap di dalam limpa dan hati, yang kemudian menghancurkan sel-sel tersebut.
Kondisi ini dapat menyebabkan pembesaran limpa dan hati yang disebut hepatosplenomegali.
6. Gejala Anemia Hemotilik Lainnya
Di samping gejala di atas, jenis anemia ini juga bisa menyebabkan gejala berikut:
- Pusing
- Bunyi jantung tidak normal
- Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati)
- Urine berwarna gelap atau merah
Artikel Lainnya: Makanan yang Wajib Dihindari Penderita Anemia
Diagnosis Anemia Hemolitik
Diagnosis anemia hemolitik ditentukanmelalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berikut pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan:
- Tes darah untuk menilai jumlah sel-sel darah (darah perifer lengkap), hitung retikulosit, lactate dehydrogenase (LDH), bilirubin, Haptoglobin, fungsi ginjal dan hati.
- Tes urine (urinalisis) untuk memeriksa urobilinogen, bilirubin, dan hemoglobinuria (hemoglobin dalam urine dengan tanda urine berwarna merah).
- Tes Coombs (direct antiglobulin test) untuk mendeteksi antibodi yang menyerang sel darah merah, biasanya ditemukan pada anemia hemolitik autoimun.
- Aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk menilai ukuran, kematangan, dan jumlah sel darah, serta sel abnormal.
Pengobatan Anemia Hemolitik
Secara umum, pengobatan anemia hemolitik melibatkan kolaborasi antarmultidisiplin ilmu tergantung penyebab penyakit.
Berikut cara mengobati anemia hemolitik:
- Transfusi darah untuk meningkatkan volume sel darah merah, terutama pada kasus anemia berat dan perdarahan aktif.
- Pemberian Kortikosteroid (prednison, metilprednisolon, deksametason) untuk memperlambat pelepasan hemoglobin akibat kerusakan sel darah merah (hemolisis).
- Terapi imunoglobulin intravena untuk mengobati gangguan sistem kekebalan tubuh dan peradangan.
- Rituximab (antibodi monoklonal) untuk mengobati anemia hemolitik autoimun.
- Konsumsi obat imunosupresan (azathioprine, cyclophosphamide) untuk mengobati anemia hemolitik autoimun yang tidak respons dengan kortikosteroid.
- Operasi pengangkatan limpa (splenektomi) untuk mengatasi anemia dan hemolisis.
- Mengonsumsi suplemen asam folat (vitamin B9), B12, vitamin C untuk memenuhi peningkatan kebutuhan produksi sel darah merah. Makanan yang kaya vitamin B12, B9, dan C dianjurkan bagi pengidap anemia, contohnya bayam, daging merah, tomat, brokoli, ikan dan kacang polong.
Dokter akan menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi dan pilihan pengobatan. Kesembuhan anemia hemolitik tergantung berbagai faktor, seperti penyebab, usia, seberapa dini penyakit ini didiagnosis dan diobati, serta penyakit penyerta.
Beberapa literatur melaporkan bahwa risiko kematian pada kasus anemia hemolitik meningkat pada lansia, penyakit ginjal kronis, dan adanya kanker.
Artikel Lainnya: Berbagai Makanan Sehat Penambah Darah
Pencegahan Anemia Hemolitik
Pencegahan anemia hemolitik adalah mengendalikan penyebab dan faktor risikonya. Sampai saat ini, belum ada metode efektif untuk mencegah anemia hemolitik yang diturunkan.
Berikut upaya mengurangi risiko anemia hemolitik didapat:
- Rajin mencuci tangan dengan air bersih dan sabun atau hand sanitizer
- Menerapkan etika bersin dan batuk
- Menerima vaksin Hib
- Minum obat sesuai anjuran dokter
- Menjalani pemeriksaan kecocokan golongan darah sebelum transfusi darah
- Rutin berolahraga
- Diet gizi seimbang
Komplikasi Anemia Hemolitik
Komplikasi anemia hemolitik tergantung pada penyebab. Bila tidak diobati dengan tepat, anemia hemolitik berisiko menyebabkan komplikasi yang beragam. Berikut komplikasi anemia hemolitik:
- Gagal ginjal akut
- Aritmia (gangguan irama jantung)
- Tromboemboli
- Kardiomiopati (otot jantung kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh)
- Gagal jantung
Kapan Harus ke Dokter?
Periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala dan tanda di atas. Segera ke instalasi gawat darurat, bila terdapat gejala sesak napas, denyut jantung yang cepat, atau tampak pucat.
Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang anemia hemolitik, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.
Di aplikasi KlikDokter kamu juga bisa pesan layanan pemeriksaan kesehatan secara online. Yuk, download aplikasinya sekarang!
(APR)
- Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. InternaPublishing. 2015.
- Rinaldi I, Sudoyo AW. Anemia Hemolitik Non Imun. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 6. InternaPublishing. 2014.
- Taroeno-Hariadi KW, Pardjono E. Anemia Hemolitik Imun. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 6. InternaPublishing. 2014.
- Baldwin C, Pandey J, Olarewaju O. Hemolytic anemia. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558904/ diakses 15 November 2023.
- Schär DT, Daskalakis M, Mansouri B, Rovo A, Zeerleder S. Thromboembolic complications in autoimmune hemolytic anemia: retrospective study. European Journal of Haematology. 2022.
- Sardar S, Abdurabu M, Abdelhadi A, Habib MB, Jamshaid MB, Hajjar AH, Ageila MA, Abdalla T, Kartha A, Farooqui K. Artesunate-induced hemolysis in severe complicated malaria–A diagnostic challenge: A case report and literature review of anemia in malaria. IDCases. 2021.
- Garratty G. Drug-induced immune hemolytic anemia. 2009. https://ashpublications.org/hematology/article/2009/1/73/19772/Drug-induced-immune-hemolytic-anemia diakses 15 November 2023.
- Orf K, Cunnington AJ. Infection-related hemolysis and susceptibility to Gram-negative bacterial co-infection. Frontiers in microbiology. 2015.
- Oh YR, Carr-Lopez SM, Probasco JM, Crawley PG. Levofloxacin-induced autoimmune hemolytic anemia. Annals of Pharmacotherapy. 2003.
- Hill A, Hill QA. Autoimmune hemolytic anemia. Hematology 2014, the American Society of Hematology Education Program Book. 2018.
- Autore F, Pasquale R, Innocenti I, Fresa A, Sora’ F, Laurenti L. Autoimmune hemolytic anemia in chronic lymphocytic leukemia: a comprehensive review. Cancers. 2021.
- Shurin SB, Anderson P, Zollinger J, Rathbun RK. Pathophysiology of hemolysis in infections with Hemophilus influenzae type b. The Journal of clinical investigation. 1986.
- MedlinePlus. Drug-induced immune hemolytic anemia. https://medlineplus.gov/ency/article/000578.htm diakses 15 November 2023.
- Cleveland Clinic. Hemolyitc Anemia. 2022. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22479-hemolytic-anemia diakses 15 November 2023.
- Johns Hopkins Medicine. Hemolytic Anemia. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hemolytic-anemia diakses 15 November 2023.