Leukopenia
Dokter spesialis |
Spesialis hematologi |
Gejala |
Demam, diare, kemerahan, pembengkakan, bercak merah, luka mulut. |
Faktor resiko |
Efek samping obat kemoterapi, NSAID, dan antibiotik, gangguan sumsum tulang, infeksi virus, gangguan autoimun, radiasi. |
Metode diagnosis |
Tes darah lengkap, Biopsi sumsum tulang, Tes urine dan X-Ray. |
Pengobatan |
Antibiotik, antivirus, antifungi, Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF), Granulocyte-Macrophage Colony-Stimulating Factor (GM-CSF). |
Obat |
Filgrastim, Pegfilgrastim, Sargramostim. |
Komplikasi |
Pneumonia, anemia aplastik, sepsis. |
Kapan harus ke dokter? |
Muncul gejala infeksi seperti demam tinggi, luka pada area mulut, sakit tenggorokan, keluarnya cairan pada vagina. |
Pengertian Leukopenia
Leukopenia adalah gangguan darah yang ditandai dengan nilai darah putih di bawah normal. Pada kondisi ini, jumlah sel darah putih <4000/µL.
Rendahnya sel darah putih dapat disebabkan oleh efek samping penggunaan obat, infeksi virus, hingga riwayat autoimun.
Ada beberapa jenis leukopenia yang dibedakan berdasarkan jenis sel darah putih yang mengalami penurunan, yakni neutropenia, lymphocytopenia, monocytopenia, eosinopenia, dan basopenia.
Ketidakseimbangan sel darah putih pada tubuh dapat menyebabkan infeksi yang berulang atau tubuh mudah terserang infeksi. Jika kondisi terjadi, seseorang dapat mengalami gejala demam tinggi, sakit tenggorokan, muncul luka pada area mulut, dan berkeringat pada malam hari.
Sel darah putih (leukosit) berperan penting dalam memelihara kekebalan tubuh dan melawan infeksi, sehingga gangguan leukopenia harus diatasi dengan baik agar tidak timbul komplikasi serius, seperti sepsis (keracunan darah).
Artikel lainnya: Penyebab Kadar Leukosit Tinggi dan Cara Mengatasinya yang Harus Kamu Ketahui
Penyebab Leukopenia
Leukopenia dapat terjadi akibat produksi sel darah putih menurun ataupun meningkatnya penggunaan sel darah putih pada tubuh akibat infeksi. Beberapa penyebab leukopenia lainnya yang umum terjadi, di antaranya:
- Efek samping kemoterapi dengan obat Cisplatin, Doxorubicin, Paclitaxel, penggunaan NSAID (Naproxen, Ibuprofen) dan beberapa jenis antibiotik (golongan peniciline, sefalosporin, makrolida).
- Infeksi virus pernah dilaporkan menyebabkan leukopenia, salah satunya pada pasien HIV (human immunodeficiency virus).
- Riwayat penyakit autoimun juga bisa menyebabkan leukopenia, seperti rheumatoid arthritis dan penyakit lupus.
- Gangguan sumsum tulang akan mempengaruhi produksi sel darah putih, salah satunya leukemia (kanker darah) dan anemia aplastik (kekurangan sel darah).
- Kekurangan vitamin B12 atau zat besi dapat mengganggu pematangan sel darah sehingga produksi leukosit akan menurun.
- Terpapar radiasi pada area tubuh yang memiliki sumsum tulang akan berpotensi menyebabkan produksi sel darah putih terganggu.
- Genetik, seperti sindrom kostmann dan penyakit anemia fanconi
Artikel lainnya: 11 Daftar Penyakit yang Terkait Gangguan Kesehatan Pembuluh Darah
Faktor Risiko Leukopenia
Secara umum, faktor risiko leukopenia mempengaruhi produksi, distribusi, atau kelangsungan hidup sel darah putih. Berikut adalah uraian faktor-faktor risiko pasien bisa terkena leukopenia:
- Terpapar radiasi atau bahan kimia beracun yang berpengaruh pada darah
- Kekurangan nutrisi
- Penyakit sumsum tulang
- Penyakit autoimun
- Penggunaan obat-obatan yang berpotensi menimbulkan efek samping kerusakan sumsum tulang sehingga produksi sel darah putih menurun.
- Infeksi virus
- Kondisi genetik
Gejala Leukopenia
Secara umum, leukopenia ditandai dengan infeksi yang berulang atau infeksi kronis dengan gejala berikut:
- Demam tinggi
- Diare
- Sakit tenggorokan
- Batuk parah hingga sesak napas
- Luka pada bibir, lidah, gusi, pipi, atau bagian dalam mulut
- Bercak merah atau putih di mulut
- Nyeri saat buang air kecil atau urin yang berbau tidak sedap
- Luka atau borok yang mengeluarkan nanah
- Keluarnya cairan vagina yang tidak biasa atau gatal-gatal
- Gelisah dan sulit tidur
- Sering berkeringat di malam hari
Artikel lainnya: Kelainan Sel Darah Putih yang Perlu Anda Tahu
Diagnosis Leukopenia
Diagnosis Leukopenia akan ditentukan oleh dokter melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Setelah menanyakan keluhan dan faktor risiko, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Secara umum, berikut pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan:
1. Pemeriksaan darah lengkap (CBC)
Tes darahlengkap (CBC) digunakan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (WBC). Pada kasus leukopenia jumlah sel darah putih akan lebih rendah dari normal. Berikut adalah nilai referensi normal untuk jumlah sel darah putih (WBC) dalam CBC:
- Dewasa: 4,000 - 11,000 sel/mikroliter (μL) darah
- Anak-anak: 5,000 - 10,000 sel/mikroliter (μL) darah
2. Tes sumsum tulang
Tes sumsum tulang digunakan untuk mengevaluasi produksi sel darah dalam sumsum tulang. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi masalah dalam pembentukan sel darah putih. Berikut informasi yang akan Kamu dapatkan setelah melakukan tes ini:
- Jumlah sel darah putih (WBC)
- Jumlah setiap jenis sel darah putih seperti neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil
- Kondisi sumsum tulang secara keseluruhan
3. Tes tambahan
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti tes urine untuk mengetahui infeksi yang terjadi. Pada beberapa kasus leukopenia disebabkan oleh infeksi pneumonia, sehingga pemeriksaan X-ray (rontgen) juga dilakukan untuk memastikan diagnosis.
Artikel lainnya: Kapan Waktu Terbaik Untuk Melakukan Cek Darah?
Pengobatan Leukopenia
Leukopenia diobati berdasarkan penyebab yang mendasari kondisi tersebut. Berikut metode pengobatan leukopenia yang direkomendasikan dokter:
1. Konsumsi obat-obatan
Leukopenia akibat infeksi dapat diberikan antibiotik, antivirus atau antifungal sesuai dengan jenis infeksi yang dialami.
Bila gangguan pembentukan sel darah terjadi pasien yang menjalani kemoterapi atau yang menderita neutropenia kronis, maka akan diberikan Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF), seperti Filgrastim, Pegfilgrastim dan Granulocyte-Macrophage Colony-Stimulating Factor (GM-CSF), seperti Sargramostim.
Pemberian suplementasi vitamin B12 dan folat juga bisa dijadikan sebagai terapi penunjang untuk leukopenia yang disebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi.
2. Mengevaluasi obat yang sedang digunakan
Beberapa obat memiliki efek samping dalam menurunkan sel darah putih, seperti obat kemoterapi, NSAID, dan antibiotik.
Jika pasien menggunakan obat-obatan tersebut, dokter akan mempertimbangkan untuk menghentikan atau menggantikan obat tersebut dengan obat lain yang lebih aman.
3. Memperbaiki pola makan
Beberapa makanan kaya vitamin dan mineral dapat meningkatkan jumlah sel darah putih. Berikut contoh makanannya:
- Buah dan sayur yang bagus untuk leukopenia adalah jambu biji, jeruk, pepaya, kiwi, jeruk, mangga, melon, wortel, labu kuning, labu siam, ubi jalar, bayam, dan kangkung.
- Mengonsumsi protein juga dianjurkan, misalnya ayam, tuna dan telur.
- Bawang putih termasuk makanan bagus untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
4. Olahraga rutin
Berolahraga secara teratur bisa berpengaruh baik atau buruk pada leukopenia tergantung pada seberapa sering dan seberapa keras olahraga dilakukan.
Olahraga ringan hingga sedang biasanya baik untuk sistem kekebalan tubuh, tetapi olahraga yang terlalu berat bisa membuat kekebalan tubuh menurun. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis olahraga yang tepat bagi penderita leukopenia.
Artikel lainnya: Makanan untuk Tingkatkan Sel Darah Putih Usai Kemoterapi
Pencegahan Leukopenia
Berikut beberapa langkah dalam menjaga kesehatan dan menghindari penyebab leukopenia:
- Pastikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi makanan bergizi, kaya serat dan protein.
- Menjaga kebersihan tubuh seperti rajin mencuci tangan, mandi dan memotong kuku jari.
- Menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
- Gunakan peralatan makan dan minum, handuk, pisau cukur serta sikat gigi secara pribadi. Sebaiknya tidak berbagi dengan orang lain.
- Hindari paparan zat kimia dan radiasi atau menggunakan alat pelindung kerja secara lengkap bila berada pada area yang berisiko.
- Berolahraga secara teratur
- Mengontrol stres dengan cara yang tepat
- Tidak merokok
- Tidur yang cukup dan berkualitas
- Terhubung dengan orang tersayang, menumbuhkan self love, atau rutin berjemur untuk mengelola stress.
- Melakukan medical check up atau pemeriksaan berkala bagi yang memiliki faktor risiko.
Komplikasi Leukopenia
Leukopenia akan mengakibatkan menurunnya fungsi sel darah putih dalam melawan infeksi dan mengatasi peradangan. Bila kondisi ini tidak tertangani dengan baik akan memunculkan prognosis yang buruk, seperti:
- Anemia Aplastik
- Hepatitis
- Cytomegalovirus
- Influenza
- Pneumonia
- Infeksi saluran kemih
- Sepsis
- Candidiasis
- SLE (Lupus Eritematosus Sistemik)
- Rheumatoid Arthritis
Obat Terkait Leukopenia
- Filgrastim
- Pegfilgrastim
- Sargramostim
- Suplemen Vitamin B12
- Suplemen Asam Folat
Kapan Harus ke Dokter?
Periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala atau faktor risiko seperti di atas. Jika Kamu ingin tahu lebih banyak seputar leukopenia, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter.
Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online atau buat janji dengan dokter di fitur Temu Dokter.
Kamu bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat, dengan cara booking di layanan medis & lab di KlikDokter!
Gunakan layanan Klik Proteksi untuk asuransi lebih mudah dan cepat. Dengan aplikasi yang sama, Kamu juga bisa membeli obat dan suplemen di KALStore tanpa harus keluar rumah!
(APR)
- Canadian Cancer Society. (2024). Low White Blood Cell Count. https://cancer.ca/en/treatments/side-effects/low-white-blood-cell-count#:~:text=Leukopenia%20or%20neutropenia%20are%20usually,about%20symptoms%2C%20medicines%20and%20treatments
- Cleveland Clinic. (2024). Low White Blood Cell Count (Leukopenia). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17706-low-white-blood-cell-count.
- National Cancer Institute. (2024). Leukemia. https://www.cancer.gov/types/leukemia
- Mayo Clinic. (2024). Aplastic Anemia.https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stomach-cancer/symptoms-causes/syc-20352438
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). HIV/AIDS. https://www.cdc.gov/hiv/default.html
- World Health Organization (WHO). (2024). Hepatitis.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis
- American Cancer Society. (2023). Chemotherapy Side Effects. Link
- MedlinePlus. (2024). White Blood Cell Count. https://medlineplus.gov/ency/presentations/100151_3.htm
- National Cancer Institute. (2024). Radiation Therapy Side Effects. https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/types/radiation-therapy/side-effects
- Lupus Foundation of America. (2024). Lupus and the body. https://www.lupus.org/resources/lupus-and-the-body
- National Institutes of Health (NIH). (2024). Vitamin B12 Deficiency Anemia.https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/vitamin-b12-deficiency-anemia
- Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD). (2024). Kostmann Syndrome.https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/6740/kostmann-syndrome
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). Malaria. https://www.cdc.gov/parasites/malaria/index.html
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). Sepsis. https://www.cdc.gov/sepsis/
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). Fungal. https://www.cdc.gov/fungal/
- National Marrow Donor Program (Be The Match). (2024). Bone Marrow Transplant Side Effects.
- National Institutes of Health (NIH). (2024). Aplastic Anemia. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/aplastic-anemia