Leukoplakia
Dokter Spesialis |
Dokter Gigi, dokter spesialis penyakit dalam |
Gejala |
Bercak atau plak berwarna putih pada rongga mulut |
Faktor Risiko |
Merokok, konsumsi alkohol, infeksi jamur, HIV |
Cara Diagnosis |
Anamnesis, pemeriksaan fisik |
Pengobatan |
Berdasarkan penyebab utama yang mendasari, bila perlu antijamur, pembedahan |
Obat |
Antijamur |
Komplikasi |
Lesi meluas, gizi kurang |
Kapan Harus ke Dokter? |
Jika lesi semakin luas, mudah berdarah, penurunan berat badan signifikan |
Pengertian Leukoplakia
Leukoplakia adalah plak atau bercak berwarna putih yang ditemukan pada mulut.
Meskipun umumnya muncul di lidah, bercak-bercak ini juga bisa ditemukan di bagian lain di mulut, misalnya langit-langit rongga mulut, gusi, atau bibir.
Bercak yang muncul akibat leukoplakia sering kali mengalami penebalan dan tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok.
Perlu diketahui, leukoplakia kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker mulut.
Artikel Lainnya: Kelainan Lidah yang Perlu Anda Waspadai
Penyebab Leukoplakia
Penyebab pasti leukoplakia masih ditelusuri. Akan tetapi, para ahli meyakini kalau penyebab leukoplakia adalah iritasi kronis di mulut.
Gejala Leukoplakia
Gejala leukoplakia tampak dalam bentuk plak berwarna putih yang dapat ditemukan pada lidah (paling sering), dasar mulut, langit-langit mulut, dinding bagian dalam pipi, gusi, dan bibir bawah.
Plak ini berbatas tegas, permukaannya dapat lebih tinggi dibandingkan area sekitarnya, dan tidak dapat dihilangkan walau sudah digosok.
Artikel Lainnya: Penyebab Iritasi Lidah dan Cara Mengatasinya
Faktor Risiko Leukoplakia
Leukoplakia bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
- Merokok. Kebiasaan buruk ini dapat menimbulkan perubahan selaput lendir mulut akibat panas dan zat iritatif dalam rokok
- Konsumsi alkohol. Minum alkohol berisiko menyebabkan iritasi pada rongga mulut
- Frictional keratosis atau gesekan berulang dapat mengiritasi selaput lendir mulut. Misalnya, kebiasaan menggigit bagian dalam pipi atau penggunaan gigi palsu yang tidak pas
- Candidiasis (infeksi jamur)
- Kekurangan vitamin A atau B
- HIV yang bisa menyebabkan hairy leukoplakia
Diagnosis Leukoplakia
Untuk menegakkan diagnosis, dokter biasanya akan melakukan wawancara medis serta pemeriksaan fisik.
Dokter juga akan langsung melihat bila terjadi gambaran leukoplakia pada mulut pasien untuk menentukan diagnosis.
Pada beberapa kasus bisa dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa biopsi untuk menentukan kondisi sel pada leukoplakia.
Pengobatan Leukoplakia
Beberapa hal bisa dilakukan untuk mengatasi leukoplakia, antara lain:
- Berhenti merokok
- Berhenti mengonsumsi alkohol
- Menjalani pengobatan antijamur, jika masalah disebabkan oleh infeksi jamur
- Pembedahan dilakukan untuk membuang leukoplakia, terutama disarankan jika hasil pemeriksaan biopsi menemukan sel abnormal pada leukoplakia
Artikel Lainnya: Benarkah Teh Hijau Bisa Mencegah Kanker Mulut? Cek Faktanya
Pencegahan Leukoplakia
Penyakit leukoplakia dapat dicegah dengan cara menjalani pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, hindari atau hentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol.
Komplikasi Leukoplakia
Jika kondisi leukoplakia tidak ditangani dengan baik, infeksi dapat meluas. Jika sudah cukup berat, dapat mengganggu nafsu makan yang dapat menyebabkan penurunan asupan dan bisa berujung pada gizi kurang hingga buruk.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika lesi semakin luas, disertai dengan gejala lain seperti mudah berdarah dan penurunan nafsu makan hingga berat badan turun drastis, sangat disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.
Dokter akan mencari tahu penyebab utama keluhan dan dapat mengobatinya sesuai indikasi.
Konsultasikan masalah gigi dan mulut kamu langsung kepada dokter di fitur Tanya Dokter dan Temu Dokter. Jangan tunggu sakit makin parah! #JagaSehatmu sedari dini.
[HNS/NM]
Bhat, N. et al., 2020. Leukoplakia: A comprehensive review. Asian Pacific Journal of Health Sciences, 7(2), pp.33–35. van der Waal, I., 2019. Oral leukoplakia: Present views on diagnosis, management, communication with patients, and research. Current Oral Health Reports, 6(1), pp.9–13. MIMS