Pengertian
Penyakit hashimoto, atau dikenal juga dengan istilah tiroiditis hashimoto, merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid. Penyakit ini menyebabkan kelenjar tiroid meradang, terdestruksi, dan akhirnya kelenjar tersebut tidak mampu lagi menghasilkan hormon tiroid.
Kelenjar tiroid terletak di leher bagian depan. Kelenjar ini bekerja menghasilkan hormon tiroid, yaitu hormon yang berperan dalam metabolisme tubuh. Rusaknya kelenjar tiroid akibat penyakit hashimoto menyebabkan penderita penyakit hashimoto berada dalam kondisi hipotiroidisme (kadar hormon tiroidnya rendah).
Penyebab
Penyebab pasti dari penyakit hashimoto belum diketahui dengan jelas. Namun pada kebanyakan penderita penyakit ini ditemukan antibodi yang menghambat reseptor tirotropin (hormon dari otak yang merangsang keluarnya hormon tiroid). Hal ini menyebabkan ‘kekacauan’ pada kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tiroid tak lagi mampu menghasilkan hormon.
Penyakit hashimoto lebih banyak dialami oleh kaum wanita. Usia terbanyak penderita berkisar antara usia 30–50 tahun.
Diagnosis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik. Bila terdapat dugaan penyakit hashimoto, sebagai pemeriksaan laboratorium awal, dokter akan menganjurkan penderita untuk melakukan pemeriksaan hormon tiroid, berupa pemeriksaan TSH (thyroid stimulating hormone) dari darah dan T4 bebas. Pada penderita hashimoto, akan ditemukan kadar TSH yang meningkat dan kadar T4 bebas yang rendah atau normal.
Setelah itu, akan dilakukan pula pemeriksaan antibodi yaitu anti-TPO (anti thyroid peroxidase). Sebagian besar penderita hashimoto memiliki anti-TPO yang positif di dalam darahnya. Untuk memastikan diagnosis, biopsi kelenjar tiroid perlu dilakukan. Hasil biopsi penyakit hashimoto akan menunjukkan banyaknya sel limfosit pada kelenjar tiroid.
Gejala
Penderita penyakit hashimoto menunjukkan gejala hipotiroidisme. Gejala yang sering ditemukan adalah mudah lelah, berat badan cenderung makin bertambah meskipun tidak makan banyak, dan kulit cenderung kering.
Selain itu, gejala lain yang dapat terjadi adalah:
- Tidak tahan dingin
- Terdapat benjolan di leher yang merupakan tanda pembesaran kelenjar tiroid
- Gangguan konsentrasi dan mudah lupa
- Kram pada tulang dan otot
- Rambut mudah rontok
- Nyeri atau kesemutan pada tangan dan kaki
- Haid tidak teratur dan gangguan kesuburan
- Mengorok saat tidur
Pengobatan
Penderita penyakit hashimoto akan berada dalam kondisi hipotiroid (kadar hormon tiroid dalam tubuh yang rendah) seumur hidupnya. Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat levotiroksin yang dikonsumsi seumur hidup. Levotiroksin merupakan ‘pengganti’ hormon tiroid. Konsumsi levotiroksin akan membuat kadar hormon tiroid tetap normal sehingga metabolisme tubuh berjalan baik.
Pengobatan penyakit ini dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam, terutama yang memiliki keahlian dalam bidang endokrin metabolik. Penderita penyakit hashimoto harus kontrol ke dokter dan memeriksa kadar hormon tiroid di dalam darahnya secara rutin. Hal ini penting untuk mencegah kekurangan atau kelebihan levotiroksin yang dikonsumsi.
Pada tahap awal pengobatan, pemeriksaan hormon tiroid umumnya dilakukan tiap 1–2 bulan sekali. Bila kadar hormon tiroid sudah stabil, pemeriksaan dan kontrol ke dokter umumnya dilakukan setiap 6–12 bulan sekali.
Mengonsumsi levotiroksin berlebihan tanpa pengawasan yang baik dari dokter berisiko menyebabkan osteoporosis, menambah beban kerja jantung, menambah ketebalan otot jantung, dan menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh.
Sementara itu, tidak mengonsumsi levotiroksin akan menyebabkan kondisi hipotiroid yang bisa menyebabkan komplikasi berupa koma miksedema, yaitu penurunan kesadaran dan bengkak di seluruh tubuh akibat hormon tiroid yang terlalu rendah.
Pencegahan
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit hashimoto.