Tumor Pituitari (Tumor Hipofisis)
Dokter spesialis |
Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrin, Spesialis Bedah Saraf. |
Gejala |
Penglihatan ganda, kesulitan dalam menggerakkan mata ke arah tertentu, pembatasan gerakan dan posisi mata, kelopak mata atas bisa turun (ptosis), penglihatan kabur hingga kehilangan penglihatan (buta, sakit kepala yang terus-menerus, kesemutan, nyeri pada wajah, pusing, kehilangan kesadaran. |
Faktor resiko |
Mutasi genetik, pasca menopause, melahirkan pada usia dini, paparan radiasi, paparan bahan kimia berbahaya, kondisi genetik tertentu, peradangan atau infeksi. |
Metode diagnosis |
Pemeriksaan fisik, tes mata, tes darah, CT Scan (Computed Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging). |
Pengobatan |
Terapi medis (obat-obatan), pembedahan, radiasi. |
Obat |
Cabergoline, bromocriptine, octreotide, lanreotide, ketokonazol, metyrapone, mitotane. |
Komplikasi |
Apopleksi pituitari, epistaksis (perdarahan dari hidung), hiposmia atau penurunan kemampuan penciuman, kebocoran CSF, peradangan atau infeksi pada sinus sphenoid, meningitis. |
Kapan harus ke dokter? |
Bila tumor tumbuh semakin besar dan menimbulkan berbagai gejala seperti sakit kepala hebat hingga gangguan penglihatan. |
Pengertian Tumor Pituitari
Tumor pituitari atau tumor hipofisis adalah pertumbuhan sel yang tidak normal di dalam kelenjar pituitari (kelenjar kecil yang ada di otak). Tumor ini dapat bersifat mikroadenoma (berukuran kecil sekitar < 10 mm) dan makroadenoma (berukuran besar > 10 mm).
Tumor pituitari dapat mempengaruhi produksi hormon yang penting di dalam tubuh, seperti:
- Menimbulkan gangguan menstruasi dan peningkatan ASI pada wanita yang tidak melahirkan jika tumor menghasilkan hormon prolaktin.
- Menyebabkan akromegali (pembesaran anggota tubuh, termasuk wajah) bila tumor menghasilkan hormon pertumbuhan (somatotropin).
- Memicu sindrom Cushing berupa berat badan meningkat, wajah bulat seperti bulan dan mudah mengalami memar jika menghasilkan hormon adrenokortikotropik (ACTH).
- Mengganggu siklus haid dan hot flashes (kemerahan pada kulit yang diikuti dengan rasa dingin) jika tumor memproduksi hormon gonadotropin secara berlebihan.
- Menimbulkan gejala detak jantung yang cepat atau tidak teratur, penurunan berat badan, dan sulit tidur karena tumor menghasilkan hormon TSH (Thyroid-Stimulating Hormone).
Tumor pituitari yang terus tumbuh dan menekan struktur jaringan di sekitarnya dapat menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya perdarahan dalam kelenjar pituitari (apopleksi pituitari) dan mengganggu produksi hormon antidiuretik (ADH) yang menyebabkan diabetes insipidus.
Efek yang disebutkan di atas bisa menjadi bagian dari gejala-gejala yang ditimbulkan. Namun, tetap diperlukan pemeriksaan kesehatan lebih mendalam untuk menegakkan diagnosis tumor pada kelenjar di otak ini.
Pengobatan tumor pituitari tergantung dengan jenis tumornya baik diberikan terapi medis berupa obat-obatan, pembedahan dan radiasi.
Artikel lainnya: Perlu Tahu, Ini Sepuluh Jenis Tumor yang Sifatnya Jinak
Penyebab Tumor Pituitari
Penyebab utama tumor pituitari (tumor hipofisis) terjadinya perubahan genetik atau mutasi DNA. Mutasi ini menyebabkan sel-sel di kelenjar pituitari tumbuh tidak terkontrol, membentuk massa atau tumor.
Selain itu, kondisi genetik tertentu juga dapat menyebabkan tumor pituitari, seperti:
- Multiple Endocrine Neoplasia Type 1 (MEN1): Kondisi genetik yang mempengaruhi kelenjar endokrin, termasuk kelenjar pituitari, kelenjar paratiroid, dan pankreas.
- Multiple Endocrine Neoplasia Type 4 (MEN4): MEN4 melibatkan mutasi pada gen CDKN1B yang mempengaruhi kelenjar endokrin dan meningkatkan risiko adenoma pituitari.
- Carney Complex: Mutasi gen PRKAR1A pada kondisi Carney Complex meningkatkan kemungkinan tumor pituitari.
- X-LAG Syndrome: Salah satu sindrom yang menyebabkan gangguan kelenjar tiroid dan tumor pituitari.
- Succinate Dehydrogenase-Related Familial Pituitary Adenoma: Perubahan genetik pada enzim succinate dehydrogenase yang meningkatkan risiko tumor pituitari.
- Neurofibromatosis Type 1 (NF1): Gangguan genetik yang menyebabkan pertumbuhan tumor pada saraf (neurofibromas) dan meningkatkan risiko tumor pituitari.
- Von Hippel–Lindau Syndrome: Sindrom ini menyebabkan pertumbuhan tumor di berbagai bagian tubuh, termasuk kelenjar pituitari.
Berikut penyebab lainnya yang berisiko menimbulkan tumor pituitari, antara lain:
- Paparan radiasi, salah satunya saat menerima terapi penyakit kanker, dapat meningkatkan risiko pengembangan tumor pituitari.
- Kondisi medis tertentu seperti penyakit Crohn atau sindrom Cushing dapat berhubungan dengan perubahan dalam kelenjar pituitari.
- Infeksi atau peradangan kronis menyebabkan kerusakan jaringan dan meningkatkan kemungkinan tumor.
- Paparan bahan kimia industri atau zat tertentu dapat berpotensi meningkatkan risiko tumor pituitari.
Artikel lainnya: Tidak Sama, Ini Beda Tumor dan Kanker
Faktor Risiko Tumor Pituitari
Berikut berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko tumor pituitari:
- Mutasi genetik: Mutasi gen dapat mengontrol pertumbuhan sel, seperti sindrom Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) yang meningkatkan risiko tumor pituitari karena mutasi pada gen MEN1.
- Pascamenopause: Pada pascamenopause 1 tahun risiko tumor pituitari meningkat pada wanita.
- Melahirkan pada usia dini: Risiko tumor pituitari meningkat untuk kelahiran pertama di bawah usia 20 tahun dibandingkan dengan pasien yang melahirkan pada usia yang lebih tua.
- Paparan radiasi: Paparan radiasi pada kepala dan leher dapat meningkatkan risiko pengembangan tumor pituitari. Radiasi ini dapat merusak sel-sel pituitari dan menyebabkan pertumbuhan tumor.
- Paparan bahan kimia berbahaya: Bahan kimia industri dapat mengganggu proses biologis normal dan berpotensi menyebabkan mutasi atau kerusakan pada sel-sel pituitari.
- Kondisi genetik tertentu: Kondisi genetik dapat menyebabkan masalah pada regulasi hormon. Beberapa kondisi genetik seperti sindrom McCune-Albright dan sindrom Carney dapat meningkatkan risiko tumor pituitari.
- Peradangan atau infeksi: Peradangan atau infeksi dapat mengganggu fungsi normal kelenjar pituitari, menyebabkan perubahan pada sel yang dapat memicu tumor. Contohnya, peradangan pada kasus autoimun atau infeksi tuberkulosis yang merusak jaringan pituitari.
Gejala Tumor Pituitari
Beberapa tumor pituitari tidak bergejala, terutama pada stadium awal. Gejala akan muncul saat tumor memproduksi lebih dari satu hormon pituitari. Berikut gejala tumor pituitari (tumor hipofisis) berdasarkan produksi hormon yang berlebihan:
1. Adenoma Sekretori PRL (Prolaktin)
- Gangguan menstruasi berupa jadwal menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami menstruasi sama sekali
- Kemandulan
- Produksi ASI tanpa kehamilan
- Penurunan gairah seksual
- Pembesaran payudara (ginekomastia) pada pria
- Kesulitan mempertahankan ereksi
2. Adenoma Sekretori Somatropinoma
- Pertumbuhan tubuh yang sangat cepat dan menjadi sangat tinggi (gigantisme) pada anak-anak
- Pertumbuhan tulang tangan, kaki, dan wajah yang berlebihan (akromegali)
- Perubahan bentuk wajah, dan gangguan pada sendi
- Kelelahan
3. Adenoma Sekretori ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)
- Kenaikan berat badan yang tidak wajar
- Wajah bengkak
- Jerawat
- Garis merah di kulit (striae)
- Pertumbuhan rambut berlebihan
- Gangguan mood, seperti depresi
4. Adenoma Sekretori Gonadotropinoma
- Perubahan siklus menstruasi
- Hot flashes (kemerahan pada kulit yang diikuti dengan rasa dingin)
- Gangguan seksual pada pria
5. Adenoma Sekretori TSH (Thyroid-Stimulating Hormone)
- Rasa panas
- Berkeringat
- Detak jantung yang tidak teratur (aritmia)
- Penurunan berat badan
- Gangguan tidur
Gejala lain juga dapat ditimbulkan saat tumor tumbuh semakin besar dan menekan struktur sekitar, seperti:
- Penglihatan ganda
- Kesulitan dalam menggerakkan mata ke arah tertentu
- Pembatasan gerakan dan posisi mata
- Kelopak mata atas bisa turun (ptosis)
- Penglihatan kabur hingga kehilangan penglihatan (buta)
- Nyeri pada wajah
- Sakit kepala yang terus-menerus
- Pusing
- Kesemutan
- Kehilangan kesadaran
Artikel lainnya: Mengenal 5 Perbedaan Antara Tumor dan Kanker Payudara
Diagnosis Tumor Pituitari
Diagnosis tumor pituitari (tumor hipofisis) akan ditentukan oleh dokter melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Setelah menanyakan keluhan dan faktor risiko, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Pemeriksaan fisik spesifik, salah satunya tes mata yang meliputi pemeriksaan lapang pandang (visual field) untuk mendeteksi gangguan penglihatan akibat pertumbuhan tumor yang dapat menekan kiasma optikum. Kemudian, pemeriksaan gerakan mata dan oftalmoskopi untuk memeriksa retina dan saraf optik.
Secara umum tumor pituitari belum dapat dipastikan dengan pemeriksaan visual. Diperlukan pemeriksaan tambahan atau pemeriksaan penunjang agar mendapatkan kepastian diagnosis beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilaksanakan, meliputi:
1. Tes darah
Tes darah bertujuan mengukur kadar hormon untuk mendeteksi perubahan yang mungkin disebabkan oleh tumor karena tumor pituitari mempengaruhi produksi hormon.
2. CT scan (Computed Tomography)
Pengujian bertujuan mendeteksi tumor pituitari dengan sinar-X dan komputer yang akan menghasilkan gambar melintang dari struktur kepala.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan MRI menggunakan magnet dan gelombang radio yang akan membuat gambar rinci dari struktur di dalam kepala. Hasil pemeriksaan akan membantu menunjukkan keberadaan tumor pituitari dan ukurannya.
Artikel lainnya: Berbagai Jenis Operasi Tumor Otak dan Efek Sampingnya
Pengobatan Tumor Pituitari
Tumor pituitari yang tidak tumbuh dan mengganggu organ lain, tidak memerlukan penanganan lebih seperti pembedahan dan radiasi.
Tumor pituitari pada stadium awal biasanya tidak bergejala. Namun, observasi secara berkala tetap perlu dilakukan. Penanganan harus segera dilakukan bila tumor membesar dan menekan struktur tubuh lain atau menimbulkan gejala.
Beberapa langkah pengobatan berikut umum dilakukan pada tumor pituitari sebagai berikut:
1. Terapi medis (Obat-obatan)
Pemberian obat-obatan diperlukan untuk mengobati tumor yang diakibatkan oleh kelebihan hormon, sebagai berikut:
- Tumor yang menghasilkan PRL (prolaktin) dapat diobati secara efektif dengan obat agonis dopamin, seperti cabergoline atau bromocriptine, yang membantu menurunkan kadar prolaktin.
- Tumor non-sekretori (tidak menghasilkan hormon) dapat diberikan analog somatostatin (octreotide, lanreotide) tunggal atau kombinasi dengan agonis dopamin (metyrapone, mitotane) untuk menurunkan kadar hormon pertumbuhan dan IGF-I.
- Menurunkan kadar kortisol pada tumor ACTH yang tidak sembuh dengan operasi dengan pemberian ketokonazol dan penghambat enzim adrenal lainnya dapat digunakan sebagai terapi tambahan.
2. Pembedahan
Operasi adalah salah satu metode utama untuk mengatasi tumor hipofisis, terutama jika tumor tersebut menimbulkan gejala atau tidak merespons terapi obat. Ada dua jenis utama pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat tumor pituitari:
- Operasi transsphenoidal: Operasi bertujuan mengangkat tumor pituitari yang terletak di bagian tengah atau bawah kelenjar pituitari dan tidak terlalu besar. tindakan dilakukan melalui hidung atau sinus sphenoid (ruang di belakang rongga hidung).
- Operasi transkranial (craniotomy): Operasi kraniotomi dilakukan pada tumor yang lebih besar dan tidak bisa dijangkau melalui operasi transsphenoidal. Pendekatan ini dilakukan melalui sayatan pada tengkorak untuk mencapai dan mengangkat tumor.
3. Radiasi
Radioterapi dilakukan setelah tindakan operasi jika ada sisa tumor, atau sebagai terapi primer pada kasus di mana pembedahan tidak memungkinkan atau tidak efektif.
Artikel lainnya: Pengobatan Tumor Otak Jinak Maupun Ganas
Pencegahan Tumor Pituitari
Berikut berbagai tindakan yang bisa Kamu lakukan untuk mencegah terbentuknya tumor pituitari (tumor hipofisis):
- Penuhi kebutuhan nutrisi dan pastikan tubuh mengonsumsi makanan kaya antioksidan sebagai penangkal radikal bebas, seperti vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten dapat ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran seperti brokoli, bayam, wortel, dan buah beri.
- Bila memiliki keluarga dengan riwayat tumor pituitari atau kondisi genetik tertentu yang berpotensi menyebabkan tumor pituitari, lakukan pemeriksaan secara rutin dan kenali gejala.
- Olahraga secara teratur untuk mengurangi risiko penyakit.
- Paparan radiasi berlebihan pada area kepala dan leher harus dihindari.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan fungsi hormon untuk deteksi awal.
- Lakukan meditasi, yoga hingga latihan pernapasan sebagai teknik relaksasi dalam mengelola stres, stres kronis dapat menurunkan kekebalan tubuh.
- Menjaga berat badan agar berada di rentang indeks massa tubuh normal (18,5-22,9 kg/m² untuk orang Asia). Kamu bisa mengecek indeks massa tubuh lewat tools Kalkulator BMI.
- Tidak merokok.
- Tidur yang cukup dan berkualitas.
Komplikasi Tumor Pituitari
Tumor pituitari (tumor hipofisis) yang tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius yang berkaitan dengan fungsi hormon dan tekanan pada struktur otak yang berdekatan.
Apopleksi pituitari salah satunya, yang merupakan perdarahan mendadak di dalam kelenjar pituitari dengan berbagai gejala yang muncul, sebagai berikut:
- Penglihatan ganda hingga kesulitan membuka kelopak mata
- Kelumpuhan otot mata
- Muntah
- Mual
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
- Sakit kepala hebat
- Kehilangan penglihatan di bagian tepi pandangan (penglihatan perifer) atau kehilangan seluruh penglihatan pada satu atau kedua mata.
- Depresi
- Cemas dan mudah marah
Selain itu, pengobatan tumor pituitari, baik melalui pembedahan, terapi radiasi, atau pengobatan lainnya, juga dapat menyebabkan komplikasi tertentu, seperti:
- Defisiensi hipofisis anterior atau kekurangan hormon kelenjar pituitari
- Ruptur aneurisma karotis interna atau pecahnya pembuluh darah besar di otak (arteri karotis)
- Stroke
- Meningitis (infeksi serius pada membran yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang)
- Peradangan atau infeksi pada sinus sphenoid
- Kebocoran cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (CSF)
- Hiposmia atau penurunan kemampuan penciuman
- Mimisan
- Diabetes insipidus
- Empty sella syndrome
Obat Terkait Tumor Pituitari
- Cabergoline
- Bromocriptine
- Octreotide
- Lanreotide
- Ketokonazol
- Metyrapone
- Mitotane
Kapan Harus ke Dokter?
Periksakan diri ke dokter, bila mengalami gejala seperti sakit kepala terus-menerus dan gangguan penglihatan.
#JagaSehatmu dengan KlikDokter. Jadikan gaya hidup sehat lebih mudah dengan tips, artikel, dan informasi kesehatan terbaru di aplikasi KlikDokter. Download sekarang di Google Play dan App Store!
(APR)
- ICD 10 Data.(2024). ICD-10-CM Diagnosis Code D36.9: Benign Neoplasm of Pituitary. https://www.icd10data.com/ICD10CM/Codes/C00-D49/D10-D36/D35-/D35.2
- Dai C, Kang J, Liu X, Yao Y, Wang H, Wang R. How to Classify and Define Pituitary Tumors: Recent Advances and Current Controversies. Front Endocrinol (Lausanne). 2021 Mar 17;12:604644. doi: 10.3389/fendo.2021.604644. PMID: 33815274; PMCID: PMC8010908.
- National Cancer Institute. (2011). Pituitary tumors treatment (PDQ). Retrieved February 28, 2012, from https://www.cancer.gov/types/pituitary/patient/pituitary-treatment-pdq#section/all
- Berker, M., Hazer, D.B., Yücel, T. et al. Complications of endoscopic surgery of the pituitary adenomas: analysis of 570 patients and review of the literature. Pituitary 15, 288–300 (2012). https://doi.org/10.1007/s11102-011-0368-2
- Black, Peter McL. M.D., Ph.D.; Zervas, Nicholas T. M.D.; Candia, Guillermo L. M.D.. Incidence and Management of Complications of Transsphenoidal Operation for Pituitary Adenomas. Neurosurgery 20(6):p 920-924, June 1987.
- Minouk J. Schoemaker, Anthony J. Swerdlow; Risk Factors for Pituitary Tumors: A Case-control Study. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 1 May 2009; 18 (5): 1492–1500. https://doi.org/10.1158/1055-9965.EPI-08-0657
- Ilan Shimon, Shlomo Melmed. Management of Pituitary Tumors. Ann Intern Med.1998;129:472-483. doi:10.7326/0003-4819-129-6-199809150-00009
- Pamela U. Freda, Sharon L. Wardlaw, Diagnosis and Treatment of Pituitary Tumors, The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, Volume 84, Issue 11, 1 November 1999, Pages 3859–3866, https://doi.org/10.1210/jcem.84.11.6202
- Gsponer, Jörg; Tribolet, Nicolas De; Déruaz, Jean-Pierre; Janzer, Robert; Uské, Antoine; Mirimanoff, Rene-Olivier; Reymond, Marianne J.; Rey, François; Temler, Evelyne; Gaillard, Rolf C.; Gomez, Fulgencio. Diagnosis, Treatment, and Outcome of Pituitary Tumors and Other Abnormal Intrasellar Masses: Retrospective Analysis of 353 Patients. Medicine 78(4):p 236-269, July 1999.
- Brada, M., et al. (1999). "Pituitary tumors after cranial irradiation in childhood: a meta-analysis. European Journal of Cancer, 35(8), 1228-1235.
- Melmed, S., et al. (2011). Pituitary tumors. The Lancet, 374(9701), 1800-1814.
- Pacific Neuro Science.(2024).Pituitary Adenomas. https://www.pacificneuroscienceinstitute.org/pituitary-disorders/conditions/pituitary-adenomas/
- Mayo Clinic.2024.Pituitary Tumors. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pituitary-tumors/symptoms-causes/syc-20350548
- Cleveland Clinic.2024.Pituitary Adenomas. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15328-pituitary-adenomas
- American Cancer Society.2024.Signs and symptoms of Pituitary Tumors. https://www.cancer.org/cancer/types/pituitary-tumors/detection-diagnosis-staging/signs-and-symptoms.html
- Neuroendocrine & Pituitary Tumor Medical Center.2024. Pituitary Tumors Symptoms.https://pituitary.mgh.harvard.edu/PitSympt.htm