Masalah Ginjal dan Saluran Kemih

Azotemia

apt. Yasmin Azhar, S.Farm, 16 Agu 2024

Ditinjau oleh Aprinda

Azotemia adalah gangguan akibat peningkatan kadar urea plasma sehingga nilai BUN dan kreatinin plasma darah meningkat, menyebabkan kurangnya pengeluaran urine, cepat lelah, dan mulut kering.

Azotemia

Azotemia

Dokter spesialis

Spesialis penyakit dalam, subspesialis nefrologi.

Gejala

Kurangnya pengeluaran urine secara drastis, bengkak pada kaki, mual dan muntah, kelelahan, jantung berdetak lebih kencang (takikardia)

Penyebab

Penurunan aliran darah ke ginjal, rusaknya struktur ginjal, dan penyumbatan aliran urine.

Faktor resiko

Faktor prerenal: dehidrasi, perdarahan hebat, gagal jantung kongestif, syok septik atau anafilaksis, penyumbatan pembuluh darah

Faktor Intrinsik: penyakit ginjal akut atau kronis, infeksi, penggunaan obat-obatan nefrotoksik atau merusak ginjal

Faktor pascarenal: penyumbatan pada ureter, kandung kemih, atau uretra oleh batu ginjal, tumor, atau pembesaran prostat.

Metode diagnosis

Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang ( tes kadar BUN dan kreatinin, urinalisis, tes radiologi dan biopsi ginjal)

Pengobatan

Rehidrasi, pemberian diuretik, antibiotik, vasopresor, proses dialisis dan diet protein.

Obat

Furosemide, tiazid, trimethoprim-sulfamethoxazole, ciprofloxacin, levofloxacin, norepinefrin.

Komplikasi

Bengkak pada kaki, pergelangan kaki dan tangan, ensefalopati (gangguan fungsi otak), uremia (penumpukan produk limbah didalam darah yang menyebabkan kerusakan organ), gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, hiperkalemia (peningkatan kadar kalium didalam darah diatas normal), infeksi, anemia (kekurangan sel darah merah), hipertensi (tekanan darah tinggi), perikarditis (peradangan pada lapisan sekitar jantung)

Kapan harus ke dokter?

Bila gangguan tidak mendapatkan respon yang baik dan gejala yang ditimbulkan semakin parah atau terdapat tanda-tanda yang mengindikasikan gangguan lain seperti gagal ginjal akut.

Pengertian Azotemia 

Azotemia adalah gangguan yang ditandai dengan peningkatan kadar BUN dan kreatinin plasma dalam darah. Kondisi ini akan menyebabkan nilai BUN lebih besar dari 7-21 mg/dl dan peningkatan kreatinin (Cr) sebesar 0,3 mg/dL atau lebih besar dari 1, 5 persen.

BUN sendiri merupakan singkatan dari Blood Urea Nitrogen, yakni tes laboratorium untuk mengetahui kadar nitrogen ureum (zat buangan dari ginjal) dalam darah. Sementara kreatinin adalah zat buangan yang diproduksi jaringan otot.

Azotemia dapat menjadi pertanda telah terjadi kerusakan ginjal, seperti cedera ginjal akut hingga gagal ginjal kronis. Hal ini dikarenakan penumpukan nitrogen dalam darah terjadi akibat penurunan fungsi ginjal dalam menyaring produk limbah.

Kerusakan struktur ginjal yang jadi pemicu azotemia bisa terjadi karena adanya peradangan, paparan zat beracun hingga efek samping obat.

Selain itu, dehidrasi, syok, perdarahan hingga gagal jantung juga dapat menimbulkan gangguan serupa. Kondisi lain seperti batu ginjal, tumor dan pembesaran prostat juga bisa jadi penyebab azotemia.

Penanganan azotemia dapat disesuaikan dengan penyebabnya, seperti pemenuhan cairan bila mengalami dehidrasi, pemberian diuretik pada saat retensi urine, dan terapi vasopresor pada saat syok.

Artikel lainnya: Tips Menurunkan Kadar Kreatinin dalam Tubuh

Penyebab Azotemia

Secara umum azotemia disebabkan oleh gangguan pada prerenal, intrinsik, dan postrenal sebagai berikut:

1. Prerenal (Penurunan Aliran Darah ke Ginjal)

  • Dehidrasi (kekurangan cairan dalam tubuh) dapat mengurangi volume darah yang mengalir ke ginjal, sehingga ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik.
  • Syok septik (infeksi berat) atau syok anafilaksis (reaksi alergi berat), menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis sehingga aliran darah ke ginjal berkurang.
  • Gagal hati menyebabkan gangguan pada tekanan onkotik (tekanan yang menjaga cairan dalam pembuluh darah), yang mengurangi volume darah yang mengalir ke ginjal.
  • Perdarahan hebat akan menyebabkan darah berkurang dalam jumlah besar sehingga aliran darah ke ginjal juga berkurang, contohnya saat cedera atau operasi.
  • Obat diuretik yang digunakan dalam jumlah banyak akan menyebabkan tubuh kehilangan banyak urine dapat mengurangi volume darah.
  • Kondisi Luka bakar berat menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan dari tubuh, yang akan mempengaruhi ginjal.
  • Gagal jantung kongestif akan menyebabkan jantung tidak bisa memompa darah dengan efektif, sehingga aliran darah ke ginjal berkurang.

2. Intrinsik (Kerusakan Struktur Ginjal)

  • Mengonsumsi obat-obatan nefrotoksik (yang merusak ginjal) dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi seperti obat NSAID, antibiotik, dan obat kemoterapi.
  • Hipotensi atau tekanan darah rendah dalam jangka panjang akan menyebabkan ginjal tidak mendapatkan aliran darah yang cukup dan merusak sel-sel ginjal.
  • Vaskulitis menimbulkan peradangan pada pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah ginjal dan mempengaruhi kerja ginjal.
  • Toksin atau zat beracun yang masuk ke tubuh akan merusak sel-sel ginjal.
  • Pielonefritis atau infeksi pada saluran kemih bagian atas yang dapat merusak jaringan ginjal.

3. Postrenal (Penyumbatan pada Aliran Urine)

  • Infeksi saluran kemih yang berulang menyebabkan pembengkakan atau jaringan parut yang menghalangi aliran urine.
  • Pembengkakan ginjal akibat hidronefrosis menyebabkan urine menumpuk sehingga terjadi penyumbatan.
  • Batu yang terbentuk di ginjal atau ureter bisa menyumbat aliran urine, menyebabkan urine menumpuk di ginjal.
  • Hiperplasia prostat atau pembengkakan prostat akan menghalangi aliran urine dari kandung kemih.

Artikel lainnya: 10 Gejala Ginjal Bengkak yang Wajib Kamu Tahu

Faktor Risiko Azotemia

Faktor risiko dari gangguan azotemia diklasifikasikan pada tiga jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu prerenal, intrinsik, dan postrenal.

1. Faktor prerenal

Terganggunya peredaran darah ke ginjal, hingga berpotensi menimbulkan hipovolemia (berkurangnya volume cairan ekstraseluler) disebabkan oleh: 

  • Penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi, pendarahan hebat, gagal jantung kongestif, atau syok.
  • Penurunan tekanan darah secara signifikan akibat syok septik atau anafilaksis.
  • Penyumbatan pembuluh darah.

2. Faktor intrinsik

Seluruh faktor yang menyebabkan kerusakan struktur dalam ginjal pada bagian seperti glomerulus, tubulus ginjal, interstitium, dan pembuluh darah ginjal.

Kondisi ini dapat berlangsung cepat atau perlahan-lahan hingga menyebabkan gangguan yang lebih parah. Kerusakan struktur ginjal dipengaruhi oleh:

  • Riwayat penyakit ginjal akut atau kronis.
  • Terserang infeksi berat yang mempengaruhi ginjal.
  • Penggunaan obat-obatan yang dominan bekerja di ginjal dan memiliki efek samping nefrotoksik atau merusak ginjal.

3. Faktor pasca renal 

Gangguan akibat obstruksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh penyumbatan pada ureter, kandung kemih, atau uretra oleh batu ginjal, tumor, atau pembesaran prostat dan penyempitan uretra (striktur uretra) dapat menghalangi aliran urine.

Gejala Azotemia

Gangguan azotemia akan menyebabkan penurunan jumlah urine atau tidak keluar urine sama sekali. Kondisi ini akan menimbulkan gejala lain, seperti:

  • Mual dan muntah
  • Nyeri perut
  • Tubuh lelah dan lemas
  • Mudah bingung
  • Jantung berdebar kencang
  • Rasa haus meningkat
  • Bengkak pada kaki, pergelangan kaki dan wajah
  • Rasa lelah yang berlebihan
  • Pucat
  • Bibir kering
  • Peningkatan tekanan darah
  • Kelemahan otot
  • Sesak nafas
  • Nyeri dada
  • Nafsu makan berkurang

Artikel lainnya: Wajib Tahu, Ini 10 Cara Mencegah Gagal Ginjal

Diagnosis Azotemia

Diagnosis Azotemia akan ditentukan oleh dokter melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Setelah menanyakan keluhan dan faktor risiko, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, serta mengidentifikasi tanda dan gejala yang mungkin berhubungan dengan azotemia terutama gejala urine tidak normal.

Azotemia tidak selalu dapat dipastikan hanya dengan menggunakan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk awal namun, untuk kepastian diagnosa diperlukan pemeriksaan penunjang, meliputi:

1. Pemeriksaan BUN dan kreatinin serum

Pengujian ini dilakukan untuk menilai fungsi ginjal, keseimbangan elektrolit, dan status metabolik. Pengujian Urea Nitrogen Darah (BUN) dan kreatinin serum dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dari vena lalu dianalisis.

Hasil normal akan menunjukan nilai kreatinin serum 0,6-1,2 mg/dL untuk pria dan 0,5-1,1 mg/dL untuk wanita, sedangkan BUN 7-20 mg/dL.

Bila terjadi peningkatan kadar kreatinin serum dan BUN maka hal ini menunjukkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah menurun ataupun tanda dehidrasi.

2. Urinalisis (Analisa Urine)

Pengujian untuk menentukan penyebab azotemia yang dilakukan dengan cara menguji sampel urine dan pemeriksaan pada laboratorium. Kondisi dianggap normal bila warna urine jernih, tidak berwarna atau kuning muda, pH normal, tanpa kehadiran protein, glukosa, keton, darah, atau leukosit.

3. Tes radiologi

Pengujian dilakukan untuk mengidentifikasi masalah fisik seperti batu ginjal, kista, atau tumor yang dapat menghambat aliran urine. Tes radiologi juga dapat melihat kerusakan ginjal sekaligus mendeteksi sumbatan pada saluran kemih yang menyebabkan retensi urine.

  • Ultrasonografi ginjal (USG), menggunakan alat probe USG yang akan dipindah-pindahkan pada berbagai area untuk melihat gambaran yang jelas. Dengan begitu, akan didapatkan gambaran struktur ginjal, saluran kemih, dan organ sekitarnya.
  • CT Scan atau MRI ginjal, pemeriksaan yang dilakukan dengan alat CT atau MRI untuk membuat serangkaian gambar berlapis dari organ dan struktur di sekitarnya.

4. Biopsi ginjal

Tes yang dilakukan dengan cara mengambil sampel kecil jaringan ginjal dengan jarum lalu diperiksa pada laboratorium.

Pengujian ini akan menunjukan kerusakan pada sel-sel ginjal, seperti adanya jaringan parut atau peradangan hingga mengidentifikasi kerusakan ginjal akibat toksin atau obat-obatan tertentu.

Pengobatan Azotemia 

Terjadinya gangguan azotemia akan menjadi penanda kerusakan pada ginjal, bila tidak ditangani dengan baik akan memperparah kondisinya. Pengobatan azotemia dapat dilakukan dengan mengetahui penyebabnya, sehingga terapi yang dilakukan lebih efektif.

Berikut beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatasi gangguan azotemia, antara lain:

1. Rehidrasi

Dimulai dengan memenuhi kebutuhan cairan saat diare atau muntah. Hingga pemberian larutan garam fisiologis atau ringer laktat pada pasien yang mengalami dehidrasi berat untuk mengembalikan volume darah dan memperbaiki aliran darah ke ginjal.

2. Terapi antibiotik

Pemberian antibiotik pada pasien yang mengalami infeksi yang berisiko menyerang jaringan ginjal, seperti infeksi pielonefritis dan infeksi saluran kemih yang berulang. 

  • Pielonefritis: ciprofloxacin dosis 500 mg diberikan dua kali sehari selama 7-14 hari atau levofloxacin dengan dosis 500-750 mg sekali sehari selama 7-14 hari.
  • Infeksi saluran kemih: trimethoprim-sulfamethoxazole dosis awal 160 mg dua kali sehari selama 3-7 hari.

3. Dialisis 

Prosedur dialisis dapat dilakukan bila ginjal tidak mampu menyaring dan mengeluarkan limbah secara efektif. Dialisis menggunakan mesin khusus untuk membersihkan darah dari zat-zat sisa yang biasanya disaring oleh ginjal, seperti urea dan kreatinin. 

4. Diet

Pasien yang mengalami kerusakan ginjal membutuhkan pengaturan asupan protein, natrium, dan kalium sesuai untuk meringankan beban kerja ginjal.

5. Pengobatan azotemia lainnya

  • Pemasangan stent ureter untuk mengatasi atau mencegah penyumbatan ureter yang disebabkan oleh batu ginjal, tumor, atau penyempitan ureter yang disebabkan oleh operasi atau infeksi.
  • Pada kasus syok pemberian vasopresor seperti norepinefrin untuk meningkatkan tekanan darah dan memperbaiki aliran darah serta perfusi ginjal.
  • Terapi diuretik untuk mengobati retensi cairan seperti pemberian furosemide 100-200 mg, dan dapat ditingkatkan bila tidak mendapatkan respon atau pemberian bersamaan dengan diuretik tiazid. Perlu diperhatikan bahwa pemberian furosemid hanya pada pasien dengan volume cairan tubuh dianggap normal.
  • Menghentikan penggunaan obat-obat yang dapat menginduksi terjadinya kerusakan ginjal atau obat yang bersifat nefrotoksik. 

Artikel lainnya: 4 Jenis Tes dan Pemeriksaan Ginjal yang Perlu Diketahui

Pencegahan Azotemia

Berikut berbagai tindakan yang bisa Kamu lakukan untuk mencegah terbentuknya azotemia:

  • Mencegah terjadinya dehidrasi dengan memenuhi kebutuhan cairan pada saat kondisi tubuh banyak mengeluarkan cairan, seperti diare dan muntah.
  • Berhati-hati menggunakan obat yang memiliki efek samping nefrotoksik (merusak ginjal), seperti NSAID, amfoterisin B, antibiotik aminoglikosida, dan ACEI (penghambat enzim pengubah angiotensin).
  • Menghindari paparan infeksi.
  • Mengontrol tekanan darah dan gula darah, terutama Kamu yang memilki riwayat hipertensi dan diabetes.
  • Menjaga keseimbangan cairan pada saat diare dengan memenuhi kebutuhan cairan.
  • Minum air yang cukup terutama saat melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat seperti olahraga.
  • Pastikan mengonsumsi banyak cairan pada saat cuaca panas, lembab, hingga cuaca dingin.
  • Segera tangani kehilangan darah, terutama saat terjadi cedera serius, dengan segera mencari bantuan medis.
  • Lakukan pemeriksaan ginjal jika Kamu memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal sebelumnya.
  • Hindari mengonsumsi alkohol berlebihan karena dapat merusak ginjal.
  • Mengatur pola makan yang sehat dan seimbang.
  • Menjalani diet rendah garam, rendah lemak jenuh dan tinggi serat.
  • Mengelola stress dan menjaga mood agar tetap stabil.
  • Tidak merokok.

Komplikasi Azotemia

Peningkatan nilai BUN yang dialami pasien azotemia akan menyebabkan penumpukan limbah nitrogen di dalam tubuh. Selain itu, gangguan ini juga diiringi dengan peningkatan kadar kreatinin yang mengindikasikan terjadinya kerusakan ginjal.

Bila kondisi tidak tertangani dengan maksimal akan berisiko menyebabkan gangguan lainnya hingga komplikasi yang serius, antara lain:

Obat Terkait Azotemia

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri ke dokter, bila ditemukan gejala yang lebih serius seperti berkurangnya pengeluran urin secara signifikan, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki.

Jika Kamu ingin tahu lebih banyak seputar azotemia, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store.

  • ICD10.(2024).Azotemia. https://www.icd10data.com/ICD10CM/Index/A/Azotemia
  • Akcay, A., Turkmen, K., Lee, K., and Edelstein, C.L., 2010. Update on The Diagnosis and Management of Acute Kidney Injury. International Journal of Nephrology and Renovascular Disease, 129 – 40.
  •  Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.Jakarta: EGC. 
  • Robbins, et al, 2007. Buku Ajar Patologi Vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
  • Tyagi A, Aeddula NR. Azotemia. [Updated 2023 May 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538145/
  • Martin, L., Casarella, W. and Gaylord, G. (1988) ‘Azotemia caused by renal artery stenosis: Treatment by percutaneous angioplasty’, American Journal of Roentgenology, 150(4), pp. 839–844. doi:10.2214/ajr.150.4.839. 
  • Roland C. Blantz, Pathophysiology of pre-renal azotemia, Kidney International, Volume 53, Issue 2, 1998, Pages 512-523, ISSN 0085-2538, https://doi.org/10.1046/j.1523-1755.2003_t01-1-00784.x. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0085253815604240)
  • Perrin-Fayolle M, Gilly J, Givet A. Les complications pulmonaires de l'azotémie. A propos d'une observation de poumon urémique [Pulmonary complications of azotemia. A case of uremic lung]. Poumon Coeur. 1976;32(4):169-76. French. PMID: 981124.
  • Haseley L, Jefferson JA. Pathophysiology and etiology of acute kidney injury. In: Feehally J, Floege J, Tonelli M, Johnson RJ, eds. Comprehensive Clinical Nephrology. 6th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2019:chap 66.
  • Okusa MD, Portilla D. Pathophysiology of acute kidney injury. In: Yu ASL, Chertow GM, Luyckx VA, Marsden PA, Skorecki K, Taal MW, eds. Brenner and Rector's The Kidney. 11th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2020:chap 28.
  • Wolfson AB. Renal failure. In: Walls RM, ed. Rosen's Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 10th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2023:chap 83.
  • Cleveland clinic.(2024).Azotemia. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25037-azotemia
  • WebMd.(2024).What is azotemia. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-azotemia
  • Healthline.(2024).Azotemia. https://www.healthline.com/health/azotemia
  • Medlineplus.(2024).Prerenal azotemia.https://medlineplus.gov/ency/article/000508.htm