Virus Corona (COVID-19)
Dokter spesialis | Spesialis paru |
Gejala | Demam, batuk, kelelahan, kehilangan indera perasa atau penciuman, sakit tenggorokan, sakit kepala |
Faktor risiko | Lansia, hipertensi, masalah jantung dan paru-paru, diabetes, obesitas, kanker |
Cara diagnosis | Wawancara medis, pemeriksaan fisik dan darah, pemeriksaan pembekuan darah, pemeriksaan virology, spesimen swab dari hidung dan tenggorokan |
Pengobatan | Isolasi mandiri, istirahat, terapi suportif (pemberian cairan, antipiretik, antivirus, obat imunosupresif, obat pengencer darah, plasma konvalesen, dan oksigen) |
Obat | Asetaminofen, Remdesivir, Favipiravir, Actemra, plasma konvalesen |
Komplikasi | Pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, kegagalan multiorgan, infeksi sekunder, syok septik, gagal jantung akut |
Kapan harus ke dokter? | Jika terdapat tanda-tanda kegawatdaruratan, segera cari perotolongan medis. |
Pengertian Virus Corona
SARS-CoV-2 atau coronavirus menjadi sorotan dunia karena kemunculannya pertama kali di Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun 2019.
Lokasi kemunculannya pertama kali ini membuat virus corona juga dikenal dengan sebutan Wuhan virus.
Penularannya yang mudah membuat virus ini menyebar secara cepat hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sifat alami virus adalah berubah melalui proses mutasi. Hal ini pula yang terjadi pada virus corona
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah mengidentifikasi beberapa jenis atau varian virus corona, yaitu:
1. Delta (B.1.617.2)
Varian Virus Corona Delta hampir dua kali lebih menular seperti varian sebelumnya dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Risiko penularan terbesar adalah di antara orang yang tidak divaksinasi.
Orang yang divaksinasi lengkap bisa mendapatkan kekebalan dan tidak menyebarkan virus ke orang lain.
Artikel Lainnya: Perbedaan COVID-19 Delta dan Varian Omicron
2. Omicron (B.1.1.529)
Varian Omicron mungkin lebih mudah menyebar dibandingkan varian Covid lainnya. Namun, belum jelas apakah Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Omicron sendiri memiliki subvarian, yaitu Omicron XBB dan Omicron XBC. XBB adalah varian Covid Omicron baru yang ditemukan pada Agustus 2022 di India. Sedangkan XBC adalah turunan COVID Delta serta Omicron BA.2 dan BA.2.75.
Terbaru, varian Covid Omicron juga bermutasi menjadi Virus Kraken. Subvarian Kraken adalah virus yang muncul dari dua versi Omicron sebelumnya, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75.
Virus ini dikenal sebagai XBB 1.5 atau dalam istilah tidak resmi disebut Kraken, yang diambil dari nama monster laut dalam mitologi rakyat Skandinavia.
3. Varian Alfa, Gamma, dan Beta
Varian ini juga terus dipantau, tetapi menyebar pada tingkat yang jauh lebih rendah di Amerika Serikat.
Artikel Lainnya: Makanan yang Harus Dihindari Pasien COVID-19
Penyebab Virus Corona
Penyebab COVID-19 adalah virus single stranded RNA yang berasal dari kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus karena permukaannya yang berbentuk seperti mahkota (crown/corona).
Virus lain yang termasuk dalam kelompok yang serupa adalah virus penyebab penyakit middle east respiratory syndrome (MERS-CoV) dan severe acute respiratory syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam.
Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia sebelumnya.
Oleh karena itu, virus ini juga disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV.
Virus corona umumnya ditemukan pada hewan, seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan kelelawar.
Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan.
Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan menunjukkan bahwa corona virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Cara Penularan Virus Corona
Berikut beberapa cara penularannya.
- Menular lewat droplet. Virus bisa ditularkan lewat droplet, yaitu partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin. Apabila droplet terhirup atau mengenai lapisan kornea mata, seseorang berisiko untuk tertular COVID-19.
- Menyentuh barnag yang terkontaminasi virus. Jika droplet tersebut jatuh pada benda di sekitarnya, kemudian ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi. Orang itu lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut, dia dapat terinfeksi COVID-19.
- Berinteraksi dengan penderita COVID-19. Beberapa prosedur medis dapat menghasilkan droplet yang sangat kecil (disebut droplet nuclei atau aerosol) yang dapat tetap melayang di udara lebih lama. Ketika prosedur medis tersebut dilakukan pada orang yang terinfeksi COVID-19 di fasilitas kesehatan, aerosol yang terbentuk dapat mengandung virus corona. Aerosol ini berpotensi terhirup oleh orang lain jika mereka tidak memakai alat pelindung diri yang sesuai saat berinteraksi dengan penderita.
Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan cara penularan virus corona.
Meski semua orang dapat terinfeksi coronavirus, mereka yang lanjut usia, memiliki penyakit kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah lebih rentan mengalami infeksi ini serta komplikasinya.
Faktor Risiko Terinfeksi Virus Corona
Adapun, beberapa faktor risiko virus corona adalah:
- orang berusia 60 tahun ke atas
- orang yang punya masalah medis mendasar, seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung dan paru-paru, diabetes, obesitas, atau kanker
Kelompok ini memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit atau komplikasi coronavirus yang serius.
Namun, siapa pun dapat terinfeksi dengan COVID-19 dan menjadi sakit parah atau meninggal pada usia berapa pun.
Gejala Virus Corona
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut, gejala infeksi COVID-19 dapat muncul mulai 2-14 hari setelah terpapar virus.
Gejalanya sangat bervariasi, mulai dari flu biasa hingga gangguan pernapasan berat menyerupai pneumonia.
Berikut adalah tanda dan gejala COVID-19 yang umum dialami:
- demam
- batuk
- kelelahan
- kehilangan indera perasa atau penciuman
- sakit tenggorokan
- sakit kepala
- diare
- ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
- mata merah atau iritasi
- kesulitan bernapas atau sesak napas
- kesulitan berbicara atau bergerak, atau bingung
- nyeri dada
Gejala di atas dapat bertambah parah secara cepat dan menyebabkan gagal napas hingga kematian.
Artikel Lainnya: Gejala COVID Omicron XBB dan XBC yang Perlu Diwaspadai
Diagnosis Virus Corona
Infeksi coronavirus umumnya diketahui melalui gejala dan pemeriksaan fisik yang dikeluhkan pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain:
- pemeriksaan darah lengkap
- pemeriksaan pembekuan darah
- fungsi ginjal dan hati
- pemeriksaan virologi
- spesimen dari hidung dan faring (tenggorokan) pasien pun akan diambil dengan teknik swab
- cairan bronkus (saluran pernapasan yang lebih kecil)
- pemeriksaan rontgen (x-ray) dada dan CT-scan dada
Melalui pemeriksaan tersebut dapat diketahui apakah penyakit pasien disebabkan oleh virus atau hal lain.
Plasma darah pasien juga akan diperiksa untuk menemukan RNA virus corona.
Pengobatan Virus Corona
Hingga saat ini, belum ada pengobatan virus corona dan terapi antivirus yang terbukti efektif.
Beberapa anti-virus yang telah berhasil menangani infeksi MERS-CoV dan SARS-CoV sebelumnya, belum menunjukkan hasil memuaskan untuk mengatasi infeksi coronavirus yang baru ini.
Jika gejala cukup ringan, Anda bisa menjalani isolasi mandiri di rumah dengan cara:
- Istirahat. Aktivitas ini dapat membuat Anda merasa lebih baik dan dapat mempercepat pemulihan.
- Isolasi mandiri. Jangan pergi ke tempat kerja, sekolah, atau tempat umum.
- Minum cairan yang cukup. Anda akan kehilangan lebih banyak air saat Anda sakit. Dehidrasi justru dapat memperburuk gejala dan menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
- Memantau gejala berkala. Jika gejala memburuk, segeralah hubungi dokter atau fasilitas kesehatan rujukan.
- Terapi untuk mengurangi gejala. Penderita yang terinfeksi virus corona akan menerima terapi oleh dokter spesialis paru, yang bersifat suportif untuk mengurangi gejala. Misalnya, antipiretik atau asetaminofen untuk menurunkan suhu tubuh dan cairan untuk mencegah dehidrasi, serta terapi oksigen pada pasien yang sesak napas. Dalam kondisi yang berat, bantuan napas melalui mesin ventilator dapat diberikan untuk menyokong fungsi organ vital. Dalam beberapa kondisi berat lainnya, biasanya akan dilakukan pemberian obat pengencer darah, antivirus, anti-peradangan, obat imunosupresif dan terapi plasma konvalesen.
Artikel Lainnya: Biar Cepat Sembuh, Ini Deretan Vitamin untuk Pasien COVID-19
Obat Terkait Virus Corona
Berikut adalah obat virus corona yang dapat direkomendasikan dokter.
- Obat antipiretik seperti asetaminofen diberikan untuk menurunkan suhu tubuh dan terapi cairan untuk mencegah dehidrasi, serta terapi oksigen pada pasien yang mengalami sesak napas.
- Alat bantu pernapasan canggih, seperti ventilator, bagi pasien yang sakit kritis.
- Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dapat membantu mengurangi durasi penggunaan ventilator dan menyelamatkan nyawa pasien yang sakit parah dan kritis.
- Obat pengencer darah.
- Antivirus seperti favipiravir atau remdesivir.
- Obat imunosupresif seperti tocilizumab (Actemra).
- Plasma konvalesen.
Pencegahan Virus Corona
Cara terbaik untuk menghindari penyakit COVID-19 adalah melakukan tindakan pencegahan secara aktif.
Berikut beberapa cara mencegah penularan COVID-19:
- gunakan masker dengan benar saat bepergian ke luar rumah
- rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama setidaknya 20 detik
- apabila tidak memungkinkan atau tidak tersedia air dan sabun, bersihkan tangan menggunakan pembersih tangan berbahan alkohol
- hindari menyentuh hidung, mata, atau mulut terutama bila tangan masih kotor
- hindari kontak dengan orang yang sedang sakit
- hindari kerumunan dan jaga jarak dengan orang lain
- tetaplah di rumah bila sedang sakit
- tutup mulut dengan tisu atau dengan menekuk siku saat batuk atau bersin
- hindari bepergian, terutama ke daerah dengan kasus infeksi coronavirus
- hindari mengonsumsi daging yang belum matang sempurna
Menjaga nutrisi dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, minum air putih dalam jumlah cukup, dan istirahat cukup juga dapat membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan terhindar dari infeksi virus corona.
Selain cara-cara di atas, lakukan vaksinasi virus corona untuk mencegah penularan.
Vaksin COVID-19 juga membantu mencegah seseorang terkena gejala berat saat terinfeksi.
Artikel Lainnya: Daftar Obat yang Digunakan dalam Perawatan Pasien Corona
Komplikasi Virus Corona
Pasien COVID-19 dapat mengalami perburukan dengan sangat cepat. Risiko komplikasi akibat virus corona yang mungkin terjadi antara lain:
- pneumonia berat, seperti demam tinggi dan sesak napas
- sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
- kegagalan multiorgan
- infeksi sekunder
- syok septik
- gagal jantung akut
Kapan Harus ke Dokter?
Jika dalam 2 minggu terakhir Anda mengalami gejala infeksi COVID-19, berada di daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau kontak langsung dengan penderita terkonfirmasi COVID-19, segera lakukan skrining pemeriksaan dan isolasi mandiri.
Lakukan isolasi mandiri (tinggal di rumah) selama 14 hari dan batasi kontak dengan orang lain.
Cari pertolongan darurat untuk COVID-19, jika seseorang menunjukkan salah satu dari tanda-tanda berikut:
- kesulitan bernapas
- rasa sakit atau tekanan yang terus-menerus di dada
- penurunan kesadaran
- mengalami tanda kekambuhan dari riwayat penyakit kronis yang sudah dialami sebelumnya
dapatkan informasi lainnya seputar kesehatan di aplikasi KlikDokter.
(HNS/AYU)
Tanggal Diperbaharui: 28 Januari 2022
Diperbaharui: dr. M. Iqbal Ramadhan
Ditinjau Oleh: dr. M. Iqbal Ramadhan
WebMD. Diakses 2022. Coronavirus (COVID-19) Treatment.
WHO. Diakses 2022. Coronavirus disease (COVID-19).
WebMD. Diakses 2022. Complications Coronavirus Can Cause.
NHS UK. Diakses 2022. When Do I Need To Seek Help?