Rabies
Dokter spesialis |
Spesialis penyakit dalam |
Gejala |
Flu like symptoms, penurunan kesadaran, kejang |
Faktor risiko |
Gigitan hewan liar |
Cara diagnosis |
Anamnesis, pemeriksaan fisik, sampel air liur, serum darah, cairan tulang belakang |
Pengobatan |
Vaksin rabies, vaksin tetanus, perawatan luka |
Obat |
Antinyeri, antipiretik |
Komplikasi |
Penurunan kesadaran, kejang |
Kapan harus ke dokter? |
Jika ada riwayat gigitan hewan liar dengan kecurigaan infeksi rabies |
Pengertian
Rabies adalah infeksi virus yang disebarkan oleh gigitan atau cakaran hewan yang sakit. Di Indonesia, penyakit ini dikenal dengan anjing gila.
Gangguan kesehatan tersebut dapat menyebabkan infeksi serius karena virus akan menyerang sistem saraf dan otak.
Gejala akut dari rabies hanya seperti flu dan berlangsung selama 2–10 hari. Setelah gejala klinis muncul, rabies akan menjadi penyakit fatal.
Penyakit rabies 99 persen ditularkan oleh anjing. Namun sebenarnya, bukan hanya anjing perantaranya.
Hewan liar lain, seperti rakun, serigala, sigung, musang, kelelawar, rubah, dan kucing, juga bisa mengidap dan menularkan virus penyebab rabies.
Artikel lainnya: Mitos dan Fakta Rabies yang Perlu Anda Tahu
Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus lyssaviruses. Virus ini hanya dapat ditularkan melalui air liur, gigitan, dan cakaran hewan yang terinfeksi.
Pada kasus yang cukup jarang, hewan terinfeksi yang menjilat luka juga dapat menularkan penyakit rabies.
Perlu diingat bahwa rabies tidak ditularkan melalui darah (luka pada kulit) atau orang ke orang.
Gejala
Masa inkubasi (tidak ada gejala infeksi) virus rabies biasanya berlangsung 1-3 bulan. Namun, waktu inkubasi juga bisa bervariasi, yakni 1 minggu-1 tahun.
Gejala pertama dan awal dari rabies adalah menyerupai flu, yaitu demam, nyeri kepala, dan kelemahan atau rasa tidak enak secara umum.
Gejala tersebut dapat berlangsung hingga beberapa hari.
Gejala rabies akan timbul beberapa hari setelahnya, meliputi:
- Rasa tidak nyaman, gatal, atau menusuk pada luka gigitan
- Kecemasan
- Kebingungan
- Agitasi
- Penurunan kesadaran
- Perilaku tidak normal
- Halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata)
- Memproduksi banyak air liur atau mulut berbusa
- Spasme atau kekakuan otot
- Sulit bernapas dan menelan
- Tidak dapat bergerak (paralisis)
- Insomnia atau sulit tidur
- Disfungsi otak
Artikel lainnya: Penyebab dan Ciri-Ciri Rabies pada Kucing
Faktor Risiko
Seseorang akan berisiko terkena rabies jika memiliki riwayat digigit oleh hewan liar yang sedang terinfeksi rabies.
Diagnosis
Dalam mendiagnosis rabies, terlebih dahulu dokter akan bertanya seputar gejala yang dirasakan pasien, termasuk apakah kamu sudah menerima vaksinasi rabies.
Selanjutnya, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik, misalnya bekas cakaran, gigitan, atau luka terbuka yang diduga dijilat oleh hewan terinfeksi.
Selain itu, untuk memastikan keberadaan virus rabies, kamu dapat melakukan beberapa tes, seperti:
- Sampel air liur, untuk mendeteksi virus rabies
- Serum darah dan cairan tulang belakang. Antibodi terhadap virus rabies dapat ditemukan pada serum darah dan cairan tulang belakang
- Biopsi kulit folikel rambut di tengkuk. Sampel akar rambut diperiksa untuk melihat apakah terdapat antigen virus rabies.
Sementara itu, untuk melihat keberadaan virus rabies di hewan, dapat dilakukan melalui pemeriksaan direct flourescent antibody (DFA) pada jaringan otak hewan.
Pengobatan
Penyakit rabies adalah kondisi fatal yang jangan ditunda pengobatannya. Segera cuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir selama beberapa menit untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi.
Setelah itu, berkonsultasilah kepada dokter untuk perawatan luka dan vaksin rabies dalam hitungan beberapa jam setelah digigit hewan liar.
Vaksin rabies tidak hanya dilakukan dalam satu kali suntik. Dosis tambahan perlu diberikan lagi pada hari ke-3, 7, dan 14.
Selain itu, vaksin tetanus juga mungkin diperlukan jika kamu sudah tidak pernah divaksin dalam waktu 10 tahun. Vaksin tersebut akan disuntikkan di tangan.
Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai gejala yang dialami, seperti antinyeri atau antipiretik. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya perluasan infeksi maupun infeksi sekunder.
Penanganan dan pengobatan rabies harus dilakukan sesegera mungkin. Apabila gejala sudah muncul, sebagian besar kasus rabies bisa menjadi fatal.
Artikel lainnya: Pertolongan Pertama Bila Digigit Anjing
Pencegahan
Beberapa hal di bawah ini bisa membantu kamu terindar dari infeksi penyakit anjing gila:
- Hindari kontaminasi air liur hewan liar
- Lakukan juga vaksinasi pada anjing dan hewan peliharaan lainnya
- Hindari juga berkontak dengan hewan yang tidak jelas riwayat vaksin rabiesnya ataupun hewan liar. Ingat, tidak semua hewan terinfeksi virus ini seperti anjing gila. Beberapa hewan justru berperilaku normal
- Jangan pula menyentuh hewan liar yang sudah mati
- Hindari berkontak dengan kucing atau anjing yang punya ciri-ciri rabies, seperti gelisah, tak bisa diam, ketakutan, sensitif serta mudah marah, dan demam
- Jaga anak-anak saat berada di sekitar hewan, apalagi hewan yang tidak dikenal
- Bila kamu bekerja di bidang yang berisiko tinggi rabies, seperti penjaga hewan atau petugas laboratorium yang menangani virus rabies, lakukan vaksinasi rabies
Komplikasi
Infeksi rabies yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang fatal.
Salah satunya gangguan pada sistem saraf yang bisa menyebabkan penurunan kesadaran hingga meninggal dunia.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika terdapat riwayat gigitan hewan liar yang dicurigai mengalami rabies, sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Selalu #JagaSehatmu, jangan tunggu sakit. Lakukan konsultasi kesehatan di fitur Tanya Dokter dari aplikasi KlikDokter.
[HNS/NM]
- Fisher, C. R., Streicker, D. G., & Schnell, M. J. (2018). The spread and evolution of rabies virus: Conquering New Frontiers. Nature Reviews Microbiology, 16(4), 241–255.
- Christie, A. B. (1981). Rabies. Journal of Infection, 3(3), 202–218.
- MIMS