Dokter spesialis |
Spesialis mikrobiologi klinik |
Gejala |
Durasi perawatan lama, infeksi tidak kunjung membaik |
Faktor risiko |
Tidak minum obat antibiotik sesuai aturan, memiliki daya tahan tubuh rendah karena penyakit tertentu, rumah sakit ataupun klinik yang tidak mengontrol penyebaran infeksi, kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan |
Cara diagnosis |
Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti uji resistensi antibiotik |
Pengobatan |
Obat antibiotik sesuai dengan uji resistensi |
Komplikasi |
Infeksi semakin parah, perawatan lama, biaya semakin tinggi, kematian |
Kapan harus ke dokter? |
Apabila muncul keluhan sakit dan tidak membaik dengan pengobatan mandiri, sebaiknya segera konsultasi ke dokter untuk penatalaksanaan lanjutan |
Pengertian
Resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dari efek serangan antibiotik.
Antibiotik sendiri merupakan jenis obat yang bekerja melawan bakteri penyebab infeksi dan penyakit pada manusia atau hewan.
Pada kondisi resistensi antibiotik, penyakit yang dahulu pernah mudah ditangani menjadi penyakit yang kini lebih berbahaya karena bakteri sudah resisten.
Hal ini dapat terjadi karena bakteri mengubah dirinya, sehingga efektivitas obat, bahan kimia, atau bahan lain yang dirancang untuk membunuh bakteri pun berkurang.
Akibatnya, bakteri dapat tetap hidup, kebal terhadap pengobatan dan berkembang biak, serta menimbulkan lebih banyak masalah.
Saat ini, beberapa jenis penyakit diketahui sudah sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan akibat resistensi antibiotik yang semakin umum.
Beberapa contoh penyakit yang terkena dampak besar dari resistensi antibiotik antara lain pneumonia, tuberkulosis, sepsis, dan gonore.
Di bawah ini penjelasan lengkap seputar apa itu resistensi antibiotik.
Artikel lainnya: Ini Alasan Mengapa Anda Tidak Boleh Berbagi Antibiotik
Penyebab
Resistensi antibiotik dapat terjadi melalui proses natural. Biasanya melalui perubahan atau mutasi genetik.
Beberapa jenis bakteri menetralisasi antibiotik dan membuatnya menjadi tidak berbahaya untuk dirinya. Sementara bakteri lainnya belajar untuk mengeluarkan antibiotik dari tubuhnya sebelum memberikan efek merugikan.
Kemudian, bakteri bisa juga mengubah struktur luarnya sehingga antibiotik tidak dapat menempel dan membunuh bakteri tersebut.
Tidak dapat dimungkiri bahwa pemakaian antibiotik, terutama secara berlebihan dan salah sasaran, turut mempercepat proses resistensi antibiotik.
Terlebih, antibiotik bisa didapatkan secara bebas. Masyarakat awam pun dengan mudah menggunakannya secara tidak tepat dan tanpa indikasi medis.
Contohnya adalah pemakaian antibiotik untuk penyakit yang kebanyakan disebabkan oleh virus, seperti pilek, dan sakit tenggorokan.
Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, obat tersebut akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik. Namun, bakteri yang resisten antibiotik tidak akan mati dan bebas berkembang biak.
Akibatnya, lama kelamaan kebiasaan pemakaian antibiotik akan berperan pada penambahan jumlah bakteri yang resisten.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang bisa jadi penyebab resistensi antibiotik meningkat antara lain:
- Orang yang tidak mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran
- Orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi organ
- Sedang dalam melakukan pengobatan menggunakan imunosupresan, seperti pada kondisi lupus atau penyakit autoimun lainnya
- Penggunaan berlebihan yang antibiotik
- Rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang tidak bisa mengontrol penyebaran infeksi
- Kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Kurangnya pengembangan antibiotik jenis baru
Artikel lainnya: Pentingnya Mengenal dan Mencegah Resistensi Antibiotik
Gejala
Infeksi dari bakteri bisa menyerang semua sistem tubuh. Secara umum gejala resistensi antibiotik yang dialami adalah tidak berkurangnya gejala yang dialami dan proses penyembuhan yang lebih lama.
Namun, melihat ciri-ciri resistensi antibiotik saja tidak cukup. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kamu mengalami resistensi antibiotik.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis resistensi antibiotik, dokter tetap akan mengumpulkan info dari pasien melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
Selain itu, dokter juga akan melakukan uji resistensi antibiotik. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena membantu menguji kepekaan bakteri terhadap antibiotik.
Biasanya dokter akan mengambil sampel darah atau jaringan yang terinfeksi, kemudian diuji di laboratorium.
Pengobatan
Resistensi antibiotik tidak dapat disembuhkan. Oleh sebab itu, tidak ada obat-obatan khusus yang dapat diberikan untuk penanganan resistensi antibiotik.
Jika kamu terkena penyakit yang bakterinya sudah resisten terhadap antibiotik tertentu, dokter akan untuk memberikan antibiotik lain untuk membunuh bakteri penyebab penyakit atau memberikan antibiotik sesuai dengan hasil uji yang dilakukan.
Artikel lainnya: Ancaman di Balik Resistensi Antibiotik
Pencegahan
Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai cara mencegah resistensi antibiotik, antara lain:
- Selalu mengonsumsi antibiotik sesuai dengan anjuran dokter
- Hindari menggunakan obat antibiotik orang lain atau membagi obat antibiotik kepada orang lain meski memiliki gejala yang sama tanpa berkonsultasi kepada dokter
- Jangan memaksa dokter atau petugas kesehatan untuk memberikan antibiotik saat sakit, kecuali memang diperlukan
- Saat sedang menjalani pengobatan, jangan lupa minum obat pada waktunya. Kamu bisa memasang alarm untuk membantu mengingatnya
- Jangan menyimpan antibiotik sisa (misalnya untuk sakit berikutnya)
- Mencegah tubuh terinfeksi bakteri, misalnya dengan rutin mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang yang sakit
Komplikasi
Dokter memiliki keterbatasan memberikan obat apabila pasien memiliki resistensi antibiotik. Tentunya hal ini akan meningkatkatkan beberapa komplikasi seperti:
- Meningkatnya risiko infeksi yang semakin parah
- Perawatan yang lebih lama
- Kematian
Kapan Harus Ke Dokter?
Apabila keluhan tidak membaik dengan pengobatan mandiri, sebaiknya segera berkonsultasilah ke dokter.
Hindari mengonsumsi obat antibiotik secara mandiri tanpa pengawasan dokter.
Apabila kamu ingin mengetahui lebih dalam seputar pencegahan atau cara mengatasi resistensi antibiotik, konsultasikan langsung dengan dokter.
Manfaatkan fitur Tanya Dokter dari KlikDokter. Chat sekarang, jangan tunggu sakit. #JagaSehatmu setiap hari.
[HNS/NM]