Pengertian Trombosis Arteri
Trombosis arteri merupakan suatu kondisi di mana terdapat gumpalan darah di dalam suatu arteri. Arteri merupakan pembuluh darah yang mengantarkan darah dari jantung ke bagian tubuh lainnya dan otot jantung.
Trombosis arteri merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya serangan jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer, seperti trombosis pada arteri tungkai.
Artikel Lainnya: 8 Ciri-Ciri Serangan Jantung yang Perlu Diwaspadai
Penyebab Trombosis Arteri
Trombosis arteri umumnya terjadi pada individu yang telah mengalami aterosklerosis, atau penumpukan plak, di dalam pembuluh darah arteri. Aterosklerosis menyebabkan terjadinya penumpukan deposit ateroma, atau plak lemak, pada dinding pembuluh darah tersebut.
Aterosklerosis umumnya terjadi pada area di mana aliran darah mengalami turbulensi. Proses tersebut dapat mengalami percepatan apabila tubuh terekspos faktor risiko yang berat. Hal ini juga dapat terjadi lebih sering saat seseorang bertambah usia dan pada orang dengan riwayat keluarga mengalami penyakit tersebut.
Beberapa faktor risiko untuk trombosis arteri adalah:
- Merokok
- Tekanan darah tinggi
- Peningkatan kadar kolesterol
- Diabetes
- Usia tua
- Riwayat keluarga
- Pola makan yang kurang baik
- Mengalami berat badan yang berlebih
- Kurangnya aktivitas fisik
Artikel Lainnya: 7 Tanda dan Gejala Stroke yang Tidak Boleh Diabaikan
Gejala Trombosis Arteri
Trombosis arteri umumnya tidak menunjukkan tanda dan gejala yang jelas hingga suatu arteri mengalami sumbatan dan aliran darah ke beberapa bagian tubuh mengalami gangguan.
Bergantung dari lokasi sumbatan tersebut, pasien dapat mengalami:
- Serangan jantung, yang ditandai dengan adanya nyeri atau ketidaknyamanan pada dada yang menjalar ke area lain di bagian tubuh atas, sesak napas, mual, dan rasa pusing.
- Stroke, yang ditandai dengan kebingungan, rasa baal atau lemah pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, dan hilangnya keseimbangan.
- Emboli paru, yang ditandai dengan nyeri dada, batuk darah, sesak napas yang timbul tiba-tiba, serta denyut nadi yang cepat.
Diagnosis Trombosis Arteri
Diagnosis dari trombosis arteri dapat ditentukan berdasarkan hasil wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tertentu. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan mencakup elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium, serta beberapa jenis pemeriksaan pencitraan.
Penanganan Trombosis Arteri
Terdapat berbagai penanganan yang tersedia untuk penyakit jantung akibat ateroma, yang mencakup penggunaan obat-obatan antitrombosis, tindakan cardiac stenting, atau tindakan coronary artery bypass graft.
Apabila seseorang telah mengalami serangan jantung, orang tersebut dapat dianjurkan untuk mendapatkan pengobatan trombolitik guna menghancurkan gumpalan darah.
Pengobatan tersebut dapat diberikan secara suntikan melalui pembuluh darah vena yang kemudian menghancurkan gumpalan di arteri koroner, membuka arteri koroner, dan menunjang aliran darah melalui arteri koroner tersebut.
Cardiac stenting merupakan suatu prosedur yang melibatkan pelebaran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dengan balon, lalu memasang stent, yaitu pipa yang dibuat dari stainless steel mesh, ke dalamnya untuk mencegah terjadinya penyempitan arteri lagi.
Coronary artery bypass grafting merupakan suatu prosedur yang melibatkan pembedahan jantung, di mana pembuluh darah vena dari tungkai atau arteri lain di dalam dada digunakan untuk melakukan bypass terhadap area yang mengalami penyempitan pada arteri koroner.
Artikel Lainnya: 7 Ciri-Ciri Penyakit Jantung pada Wanita yang Bisa Dikenali
Pencegahan Trombosis Arteri
Pencegahan dari trombosis arteri merupakan salah satu hal yang penting untuk ditekankan. Terdapat dua area utama, yaitu pencegahan primer yang berkaitan dengan pencegahan perkembangan penyakit, dan pencegahan sekunder yang berkaitan dengan pencegahan rekurensi penyakit.
Seseorang yang berisiko juga dapat disarankan untuk menggunakan stoking kompresi guna menekan pembuluh darah vena pada tungkai untuk menstimulasi aliran darah. Penting juga untuk memastikan bahwa stoking tersebut memadai.
Terdapat dua cara utama untuk mencegah trombosis arteri, yakni perubahan gaya hidup dan pengobatan. Seseorang yang pernah mengalami serangan jantung atau stroke sebelumnya akan disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya trombosis arteri adalah:
- Berhenti merokok
- Menerapkan pola makan sehat
- Berolahraga secara rutin
- Menjaga berat badan agar tetap stabil
- Membatasi asupan alkohol