Pengertian
Sarkoidosis adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan proses peradangan dan dapat menyerang organ apa saja dari tubuh manusia. Penyakit ini ditandai dengan adanya granuloma atau benjolan kecil yang berisi sel-sel radang. Organ yang paling sering terkena adalah paru, kulit, dan mata. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh seorang dermatologis bernama Caesar Boeck pada tahun 1899.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dari berbagai ras. Kasus sarkoidosis paling sering dijumpai pada negara Eropa Utara (5–40 kasus per 100.000 orang). Sedangkan di Jepang, terdapat sebanyak 1–2 kasus per 100,000 orang.
Sarkoid dapat terjadi pada semua umur, namun umumnya berkembang sebelum umur 50 tahun, dengan puncak kejadian pada umur 20–39 tahun. Status sosio ekonomi tidak memengaruhi kejadian sarkoidosis, namun pendapatan yang rendah berhubungan dengan tampilan sarkoidosis yang lebih berat.
Penyebab
Terdapat beberapa penyebab sarkoidosis, yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Berbagai penelitian menyimpulkan adanya hubungan sarkoidosis dengan paparan iritan seperti emisi pembakaran kayu dan serbuk sari pohon.
Selain itu, ditemukan juga hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian gangguan ini, yaitu orang dengan profesi di bidang angkatan laut, atau pemadam kebakaran. Dengan menggunakan teknologi polymerase chain reaction, darah dari penderita sarkoidosis menunjukkan adanya antibodi terhadap antigen mycobacterial.
Sarkoidosis familial pernah dilaporkan pada tahun 1923 pada dua saudara kandung. Penderita dengan anggota keluarga yang menderita sarkoidosis memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita sarkoidosis.
Penyakit ini berhubungan dengan gen spesifik antigen kelas 1 HLA-B8. Karena kerentanan terhadap sarkoidosis bergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Maka identifikasi hubungan antara lokus genetik dan lingkungan diperlukan.
Perkembangan sarkoidosis ditandai dengan akumulasi granuloma. Granuloma adalah kumpulan makrofag atau benjolan dan sel epitel yang dikelilingi oleh limfosit. Pada granuloma yang lebih matang, fibroblas dan kolagen dapat mengelilingi kumpulan sel ini.
Diagnosis
Penentuan diagnosis dari sarkoidosis dapat ditentukan berdasarkan tampilan klinis yang khas dengan adanya gambaran radiologis dan ditemukan gambaran histologis jaringan yang sesuai.
Pengambilan biopsi jaringan diperlukan untuk menunjang diagnosis. Biopsi dapat dilakukan pada organ yang terlibat dan paling mudah diambil. Pemeriksaan ini bisa dilakukan pada kulit, kelenjar getah bening, kelenjar ludah dan konjungtiva.
Pada pemeriksaan biopsi jaringan akan terlihat adanya granuloma epiteloid non kaseosa. Sedangkan pada penderita tanpa keterlibatan paru yang jelas, pemeriksaan PET 18FDG dapat dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan pada organ di dalam tubuh.
Gejala
Sarkoidosis biasanya memberikan gejala pada foto thoraks pada pemeriksaan rutin. Gejala sistemik dari gangguan ini adalah lemah, keringat malam dan penurunan berat badan. Sindrom Lofgren, berupa arthritis, erythema nodosum dan adenopathy hilar bilateral terjadi pada 9-34 % pasien.
Sarkoidosis dapat menyerang semua organ, karena itu gejalanya juga bergantung pada jenis organ yang terlibat, seperti:
- Jantung. Dijumpai pada 25% kasus sarkoidosis. Pada keterlibatan jantung akan menunjukkan gangguan kontraksi jantung dan gangguan irama jantung.
- Paru. Penderita dengan keterlibatan paru akan menunjukkan gejala batuk, dada yang tidak nyaman dan adanya mengi. Pada pemeriksaan foto rontgen dapat dijumpai berbagai derajat kerusakan paru seperti infiltrat, pembesaran kelenjar getah bening hilar, sampai kerusakan yang parah seperti adanya jaringan parut fibrotik, bula dan retraksi hilar.
- Mata. Uveitis anterior adalah manifestasi yang paling umum ditemui, dan terjadi pada 65 % pasien dengan keterlibatan mata.
- Sarkoidosis kulit. Tampilan sarkidosis kulit adalah adanya mukula, papul dan plak yang meninggi pada punggung dan ekstermitas.
Pengobatan
Pengobatan sarkoidosis tergantung dari jenis organ yang terlibat dan derajat keparahan penyakit. Dosis prednison yang disarankan adalah prednison 20–40 mg/hari. Respons terapi dapat dievaluasi setelah 1–3 bulan.
Apabila terapi memberikan respons yang baik, maka dosis prednison dapat diturunkan sebesar 5–15 mg/hari dengan rencana pemberian terapi selama 9–12 bulan. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dicoba adalah obat golongan hidroxiklorokuin dan thalidomide.
Pencegahan
Sampai saat ini belum ditemukan pencegahan efektif untuk penyakit ini.