Biduran
Dokter Spesialis | Dokter spesialis kulit dan kelamin atau spesialis dermatologi dan venereologi |
Gejala | Bentol atau ruam kemerahan, gatal |
Faktor Risiko | Makanan tertentu, alergen yang terhirup, infeksi, kontak (lateks, kosmetik), penyakit sistemik, wanita hamil, faktor psikogenik, gigitan serangga, faktor fisik, kadar vitamin D yang rendah dalam darah, penggunaan obat tertentu, keturunan, tanpa penyebab yang jelas |
Diagnosis | Wawancara medis, pemeriksaan fisik |
Pengobatan | Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor pencetus, terapi obat |
Obat | Bergantung pada kondisi penderita; Antihistamin, kortikosteroid, LTRAs, siklosporin, omalizumab, krim Doxepin |
Komplikasi | Angioedema, anafilaksis, cemas, depresi |
Kapan harus ke dokter? | Terdapat gejala dan tanda biduran Segera ke instalasi gawat darurat bila gejala biduran disertai dengan bengkak di wajah, gangguan pencernaan, atau kesulitan bernapas |
Pengertian Biduran (Urtikaria)
Biduran adalah kelainan kulit yang ditandai dengan bentol atau ruam kemerahan yang disertai gatal. Dikenal juga dengan istilah urtikaria, hives, dan kaligata. Biduran diawali dengan munculnya bentol-bentol merah di satu bagian tubuh, lalu menyebar di area tubuh lainnya. Bentuk dan ukurannya pun bervariasi.
Biduran dapat terjadi di berbagai area kulit, seperti biduran di wajah, dada, perut, dan sebagainya. Biduran biasanya sangat gatal dan bisa disertai perih. Keluhan ini dapat berlangsung berjam-jam dan berangsur hilang dalam beberapa hari. Namun pada kondisi tertentu, biduran dapat mengancam jiwa bila disertai dengan bengkak pada wajah atau kesulitan bernapas.
Artikel Lainnya: Mengobati Biduran dengan Lidah Buaya, Efektifkah?
Jenis Biduran (Urtikaria)
Berdasarkan durasinya, biduran atau urtikaria dikelompokkan menjadi:
1. Biduran akut
Biduran akut terjadi ≤ 6 minggu, dengan keluhan gatal-gatal yang terjadi setidaknya 2 kali dalam seminggu. Penyebab pasti kondisi ini belum diketahui.
Namun, diduga berhubungan dengan infeksi virus atau bakteri akut, sengatan lebah, dan penggunaan obat tertentu, seperti antibiotik dan aspirin.
2. Biduran kronis
Biduran kronis terjadi > 6 minggu, dengan gejala gatal-gatal yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Penyebab kondisi ini juga belum diketahui dengan pasti.
Namun, diduga berkaitan dengan dengan penyakit autoimun, misalnya penyakit celiac, lupus, dan rheumatoid arthritis. Penyakit autoimun merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh keliru sehingga menyerang sel-sel sehat tubuh sendiri.
Penyebab Biduran (Urtikaria)
Mekanisme terbentuknya biduran berkaitan dengan zat kimia yang diproduksi oleh tubuh ketika alergi (histamin). Komponen ini menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan memengaruhi pembentukan biduran. Namun, sebagian besar, penyebab biduran adalah:
- Idiopatik (tidak diketahui)
- Faktor fisik (suhu panas, dingin, tekanan)
- Respons imun terhadap makanan, obat
- Agen infeksi (sinusitis, tonsillitis, hepatitis, infeksi saluran kemih)
Selain itu, berhubungan dengan beberapa bakteri seperti Helicobacter pylori, Streptococcus, Staphylococcus, Mycoplasma pneumonia, Salmonella, dan Brucella.
Biduran sering muncul pada malam hari. Beberapa penelitian melaporkan bahwa terjadinya hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan irama sirkadian yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan alergi.
Faktor Risiko Biduran (Urtikaria)
Terdapat beberapa faktor risiko biduran, yaitu:
- Makanan (kacang-kacangan, telur, makanan laut)
- Allergen yang terhirup (serbuk sari, tungau)
- Infeksi (sinusitis, tonsillitis, hepatitis, infeksi saluran kemih)
- Kontak (lateks, kosmetik)
- Penyakit sistemik (systemic lupus erythematosus, limfoma, leukemia)
- Wanita hamil
- Faktor psikogenik (stress, kesedihan, depresi)
- Gigitan serangga
- Faktor fisik (suhu panas/dingin, tekanan)
- Defisiensi vitamin D (kadar vitamin D yang rendah dalam darah)
- Mengonsumsi obat tertentu (obat antiinflamasi non steroid, antibiotik)
- Keturunan
- Tanpa penyebab yang jelas
Gejala Biduran (Urtikaria)
Biduran merupakan gangguan kulit berupa bentol berwarna merah yang bisa muncul pada wajah hingga seluruh tubuh dengan diikuti gejala seperti berikut:
- Bentol atau ruam kemerahan
- Gatal
- Sensasi seperti terbakar
- Bentuk dan ukuran bervariasi
- Dapat disertai dengan atau tanpa angioedema (bengkak pada kulit bagian dalam)
Berikut gejala dan tanda pembengkakan akibat biduran:
- Bengkak pada wajah (mata, mulut, lidah)
- Bengkak pada alat kelamin dan anggota gerak tubuh (tangan, kaki)
- Gangguan pencernaan (mual, muntah, nyeri perut)
- Kesulitan bernapas dan berbicara
Artikel Lainnya: 12 Penyebab Munculnya Gejala Biduran yang Perlu Diwaspadai
Diagnosis Biduran (Urtikaria)
Dokter akan melakukan wawancara medis yang terperinci dan pemeriksaan fisik. Sedangkan, pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:
- Tes alergi (uji tusuk/tempel di kulit untuk mengidentifikasi penyebab)
- Pemeriksaan darah lengkap (laju endap darah, fungsi hati, pemeriksaan vitamin D total, dan antibodi tertentu)
- Pengambilan sampel kulit atau biopsi kulit dipertimbangkan bila dicurigai vaskulitis (peradangan pada pembuluh darah)
Artikel Lainnya: 12 Cara Mengatasi Biduran Alami dan Tanpa Obat
Pengobatan Biduran (Urtikaria)
Pada kondisi ringan, biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari dan tanpa pengobatan. Namun, pengobatan sangat dianjurkan pada biduran kronis atau yang mengganggu kualitas hidup. Selain itu, bila biduran disertai dengan gejala angioedema, seperti kesulitan bernapas atau berbicara, maka segeralah ke instalasi gawat darurat.
Secara umum, biduran (urtikaria) diobati oleh dokter spesialis kulit dan kelamin atau spesialis dermatologi dan venereologi.
Berikut beberapa pilihan pengobatan sebagai cara menghilangkan biduran dengan cepat:
1. Menghindari alergen pemicu biduran
Cara ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor pencetusnya. Misalnya, biduran muncul setelah mengonsumsi obat tertentu, maka sangat dianjurkan untuk konsultasi ke dokter guna mengidentifikasi penyebab biduran dan alternatif bila berhenti mengonsumsi obat tersebut.
2. Terapi obat
Berikut obat untuk mengatasi biduran:
- Antihistamin berfungsi untuk menghentikan gatal dan mengurangi bentol dengan cara menghambat histamin. Contoh: cetirizine dan loratadine
- Kortikosteroid berfungsi untuk mengurangi biduran yang berat. Contoh: methylprednisolone dan prednisolone. Obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam waktu lama, karena memengaruhi kondisi, seperti katarak, kencing manis, dan hipertensi
- Leukotriene Receptor Antagonists (LTRAs). Obat ini biasanya digunakan pada biduran kronis.
- Siklosporin. Obat ini digunakan pada biduran kronis
- Omalizumab. Obat ini digunakan pada biduran kronis dan sebagai alternatif bila tidak merespons dengan antihistamin. Obat ini diberi dalam bentuk suntik di bawah kulit
- Krim Doxepin. Obat ini digunakan pada biduran kronis
Pencegahan Biduran (Urtikaria)
Upaya pencegahan biduran berkaitan dengan cara mengendalikan faktor risikonya, seperti:
- Menggunakan pakaian yang longgar dan berbahan katun
- Mencatat aktivitas atau makanan/minuman sebagai cara untuk mengidentifikasi pemicu biduran
- Tidak menggaruk bentol atau ruam
- Tidak memakai sabun yang mengandung bahan kimia (pewangi, alkohol)
- Sedapat mungkin, menghindari faktor pemicu yang dapat memperburuk biduran
- Bila diduga penyebabnya adalah mengonsumsi obat tertentu, maka konsultasi kepada dokter yang merawat.
- Mengelola stres dengan baik
Artikel Lainnya: 8 Pantangan Biduran agar Tidak Kambuh
Komplikasi Biduran (Urtikaria)
Penyakit biduran dapat mengganggu kualitas hidup, terutama bila kondisi ini sering muncul. Terdapat beberapa komplikasi biduran, antara lain:
1. Angioedema
Komplikasi angioedema dapat terjadi pada kondisi biduran akut maupun kronik. Angioedema adalah pembengkakan di lapisan bawah kulit akibat penumpukan cairan, misalnya pada kelopak mata, bibir, sekitar alat kelamin, tangan, dan kaki.
Kondisi ini dapat mengancam nyawa bila terjadi pembengkakan pada lidah dan tenggorokan. Karena, dapat menyumbat jalan napas.
2. Anafilaksis
Reaksi anafilaksis adalah reaksi alergi berat yang umumnya muncul secara tiba-tiba dan membutuhkan penanganan segera. Gejalanya meliputi bengkak pada mata, bibir, tangan, dan kaki, sesak napas, nyeri perut, mual, muntah, dan penurunan kesadaran.
3. Cemas dan Depresi
Tidak semua orang bisa menerima kondisi biduran yang sering kambuh dan berpengaruh pada kualitas hidup. Kondisi ini dapat menyebabkan cemas dan depresi.
Kapan Harus ke Dokter?
Sangat penting untuk mengetahui pencetus dan pengobatan biduran. Periksakan diri kamu segera ke dokter bila merasakan gejala dan tanda di atas atau segera ke instalasi gawat darurat bila gejala biduran disertai dengan bengkak pada wajah, gangguan pencernaan, atau kesulitan bernapas.
yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter spesialis kulit atau dokter lainnya melalui fitur Tanya Dokter Online.
[LUF]
- Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. 2017.
- Powell RJ, Leech SC, Till S, Huber PA, Nasser SM, Clark AT. British Society for Allergy and Clinical Immunology. BSACI guideline for the management of chronic urticaria and angioedema. Clin Exp Allergy. 2015;45(3):547-65.
- Zuberbier T, Aberer W, Asero R, Abdul Latiff AH, Baker D, Ballmer-Weber B, et al. The EAACI/GA²LEN/EDF/WAO guideline for the definition, classification, diagnosis and management of urticaria. Allergy. 2018;73(7):1393-1414.
- Schaefer P. Acute and Chronic Urticaria: Evaluation and Treatment. Am Fam Physician. 2017;95(11):717-724.
- Huang Y, Jing D, Su J, Huang Z, Liu H, Tao J, et al. Association of Night Shift Work With Chronic Spontaneous Urticaria and Effect Modification by Circadian Dysfunction Among Workers. Front Public Health. 2021.
- Macy E. Practical Management of New-Onset Urticaria and Angioedema Presenting in Primary Care, Urgent Care, and the Emergency Department. Perm J. 2021.
- Minciullo PL, Cascio A, Barberi G, Gangemi S. Urticaria and bacterial infections. Allergy Asthma Proc. 2014. [Abstract]
- Christ P, Sowa AS, Froy O, Lorentz A. The Circadian Clock Drives Mast Cell Functions in Allergic Reactions. Front Immunol. 2018.
- Kayiran MA, Akdeniz N. Diagnosis and treatment of urticaria in primary care. North Clin Istanb. 2019 Feb 14;6(1):93-9.
- Boonpiyathad T, Pradubpongsa P, Sangasapaviriya A. Vitamin D supplements improve urticaria symptoms and quality of life in chronic spontaneous urticaria patients: a prospective case-control study. Dermatoendocrinol. 2014;6(1).
- Lee SJ, Ha EK, Jee HM, Lee KS, Lee SW, Kim MA, et al. Prevalence and Risk Factors of Urticaria With a Focus on Chronic Urticaria in Children. Allergy Asthma Immunol Res. 2017;9(3):212-219.
- Cleveland Clinic. Angioedema. 2022. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22632-angioedema Accessed 8 May 2023