Masalah Kulit

Kista

kista adalah benjolan berisi cairan yang dapat tumbuh di berbagai lokasi tubuh dan biasanya bersifat jinak. Penyebab kista oleh infeksi dan peradangan, terpapar bahan kimia, dan cedera atau trauma.

Kista

Kista 

Dokter spesialis

Spesialis Kulit dan Kelamin (SpKK), Spesialis Obstetri dan Ginekologi (SpOG), Spesialis Bedah(SpB)

Gejala

Benjolan berwarna kulit, coklat, atau kekuningan muncul di wajah, leher, atau tubuh bagian lainnya, nyeri, kulit di sekitar area berwarna, pembengkakan kista, dan rambut yang menonjol dari lesi.

Faktor resiko

Menopause, genetik, perubahan hormon, infeksi dan peradangan, paparan bahan kimia berbahaya, cedera dan trauma.

Metode diagnosis

Pemeriksaan USG (Ultrasonografi), CT Scan, MRI, dan biopsi. 

Pengobatan

Observasi aktif, drainase atau aspirasi, pembedahan, obat-obatan

Obat

Antibiotik (amoksisilin, ciprofloxacin), pil KB, NSAID (ibuprofen, naproxen)

Komplikasi

Infeksi saluran kemih, sepsis atau keracunan darah, kanker ovarium, perdarahan didalam kista, fistula bilier atau saluran abnormal antara saluran empedu dan organ lain, ikterus obstruktif (peradangan saluran empedu), oklusi vena porta (penyumbatan vena porta), varises (pelebaran pembuluh darah vena di kaki atau esofagus), sindrom Budd-Chiari, batu empedu. 

Kapan harus ke dokter?

Kista bertambah besar dan menimbulkan gejala yang serius seperti nyeri hebat, demam, muntah, atau perdarahan yang tidak normal, 

Pengertian Kista

Kista adalah kantung kecil di dalam tubuh, biasanya berisi cairan atau nanah yang dapat tumbuh dan sering kali tidak berbahaya (jinak). Penyebab kista beragam, meliputi gangguan hormon, infeksi, peradangan, paparan bahan kimia berbahaya hingga cedera.

Kista memiliki berbagai jenis tergantung isi dan lokasi terbentuknya. Tahap awal kista lebih sulit dikenali karena biasanya tidak menunjukkan gejala. 

Pada fase ini, kista yang mulai membesar akan mudah teriritasi, menimbulkan benjolan atau pembengkakan di area yang terkena. Iritasi bisa semakin parah dan membuat benjolan kista terasa panas, kemerahan, dan semakin membengkak.

Gejala kista juga bisa berbeda-beda sesuai dengan jenis, lokasi munculnya kista. Pada kista ovarium lanjut dapat menyebabkan nyeri panggul dan siklus haid berantakan.

Dalam mengobati kista, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang juga disarankan untuk melihat ukuran kista dan mengenali kista bersifat jinak atau kanker.

Pada beberapa kista tidak diperlukan penanganan karena kista dapat menghilang dengan sendirinya. Namun kista yang sudah mengganggu dan berpotensi menimbulkan komplikasi, harus dilakukan tindakan medis seperti drainase atau aspirasi, dan pembedahan.

Pemberian obat-obatan juga dianjurkan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan, mengobati sekaligus mencegah kista baru.

Jenis Kista

Berikut ini ada beberapa jenis kista yang perlu Kamu ketahui:

  • Kista keratin: Kista berisi keratin berukuran kecil yang sering ditemukan pada area wajah, leher, atau tubuh bagian atas.
  • Kista sebasea: Berupa benjolan di bawah kulit yang terbentuk di kelenjar minyak dan berisi minyak (sebum).
  • Kista payudara: Kista payudara terbentuk ketika cairan mengumpul di dekat kelenjar payudara.
  • Kista ovarium: Berisi cairan yang berkembang di indung telur, kista ini mempengaruhi siklus menstruasi.
  • Kista baker: Kista baker berupa kantong yang berisi cairan di belakang lutut yang disebabkan oleh peradangan sendi berulang hingga cedera kartilago.
  • Kista pilar: Berkembang di bawah permukaan kulit mempengaruhi kulit kepala. 
  • Kista mukosa: Kista mukosaterbentuk pada bibir atau sekitar mulut yang berisi cairan.
  • Kista brankial: Kista brankial muncul di satu atau kedua sisi leher atau di bawah tulang selangka. kista ini dapat menyebabkan iritasi kulit, infeksi kulit, hingga kanker. 
  • Kista rambut: Bila tumbuh ke dalam, menyebabkan folikulitis yang ditandai dengan benjolan di dekat rambut dapat disebabkan oleh kebiasaan mencukur.
  • Kista kalazion: Berupa benjolan kecil pada kelopak mata, akibat penyumbatan saluran kelenjar meibomian dan kelenjar minyak.

Artikel lainnya: Apa Bedanya Kista Bartholin, Kista Nabothi, dan Kista Gartner?

Penyebab Kista

Pertumbuhan sel yang abnormal pada kista dapat terjadi akibat penumpukan sel-sel kulit di bawah permukaan kulit. Tersumbatnya folikel rambut ini menjadi salah satu faktor pencetus kista, selain penumpukan protein di folikel rambut.

Penyebab umum terbentuknya kista bervariasi tergantung pada jenis kista dan lokasi di mana kista muncul. Terjadinya perubahan hormon, penyakit bawaan, infeksi, cedera hingga kondisi medis tertentu dikaitkan dengan kondisi tersebut.

Berikut penyebab kista yang perlu Kamu tahu:

  • Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan pembentukan kista di ovarium dalam jumlah banyak.
  • Penyumbatan kelenjar sebaceous (kelenjar yang menghasilkan minyak untuk kulit dan rambut) dapat menyebabkan kista sabesa.
  • Kondisi genetik seperti penyakit ginjal polikistik dapat menyebabkan pembentukan banyak kista di ginjal dan sindrom gardner dapat menyebabkan kista epidermoid.
  • Trauma punggung dapat memunculkan kista perineural karena dapat menyebabkan cairan menumpuk di sekitar saraf tulang belakang, yang membentuk kantong berisi cairan.
  • Cedera yang terjadi pada tendon atau sendi yang mengalami perburukan dapat menyebabkan terbentuknya kista ganglion.
  • Arthritis (radang sendi) atau cedera kartilago dapat menyebabkan peradangan atau kerusakan pada sendi lutut menyebabkan cairan sinovial diproduksi berlebihan yang dapat membentuk kista baker.
  • Peradangan pada bagian atas bokong akibat dapat menyebabkan terbentuknya kista pilonidal.
  • Perkembangan embrio yang tidak normal karena jaringan di leher dan tulang selangka, sehingga terbentuk kantong berisi cairan atau kista brankial.
  • Penyumbatan kelenjar saliva dengan lendir, menyebabkan cairan menumpuk dan membentuk benjolan di bibir atau sekitar mulut yang biasa dikenal dengan kista mukosa.
  • Infeksi yang terjadi pada folikel rambut yang dapat menyebabkan pembentukan kista folikulitis.
  • Tersumbatnya saluran kelenjar meibomian dan kelenjar minyak dapat menimbulkan kista kalazion pada kelopak mata.

Artikel lainnya: 11 Obat Tradisional Kista Ovarium

Faktor Risiko Kista

Secara umum, faktor risiko untuk terbentuknya kista melibatkan berbagai kondisi internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Berikut berbagai faktor risiko kista:

Menopause

Wanita pascamenopause berisiko lebih tinggi mengalami kista karena perubahan hormonal yang terjadi setelah menopause dapat mempengaruhi fungsi ovarium dan menyebabkan pembentukan kista. Wanita pascamenopause memiliki insiden kista ovarium sebesar 18% selama periode 15 tahun.

Keturunan

Beberapa kista memiliki komponen genetik yang signifikan, salah satunya penyakit ginjal polikistik (PKD). PKD diturunkan secara autosomal dominan. Berarti jika salah satu orang tua memiliki kondisi ini, ada kemungkinan 50% anak-anak mereka juga akan mengalaminya.

Mengalami infeksi dan peradangan 

Infeksi dan peradangan kronis dapat menyebabkan pembentukan kista di berbagai bagian tubuh. Misalnya, kista pleura yang terbentuk akibat paparan abses karena infeksi bakteri di pleura (selaput yang melapisi paru-paru).

Perubahan hormon

Ketidakseimbangan hormon pada wanita memicu pembentukan kista. Salah satunya kista ovarium yang seringkali terkait dengan siklus haid berantakan.

Cedera dan trauma 

Riwayat cedera pada area tertentu dapat menyebabkan terbentuknya kista. contohnya kista ganglion. Kista ini berupa jaringan lunak yang umum muncul pada tangan.

Paparan bahan kimia berbahaya

Paparan bahan kimia dan kondisi lingkungan dapat meningkatkan risiko kista. Pasalnya, zat berbahaya dan polusi dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada jaringan tubuh.

Kemudian memicu tubuh untuk membentuk kista sebagai cara untuk mengumpulkan dan mengisolasi cairan atau nanah di area yang terkena.

Gejala Kista

Beberapa kista tidak menunjukan gejala yang serius terutama pada tahap awal. Namun, beberapa gejala akan muncul bila kista tumbuh atau mengalami iritasi saat tergores, seperti gatal, kemerahan dan nyeri.

Gejala lain juga dapat terjadi tergantung jenis dan lokasi kista, sebagai berikut: 

  • Benjolan berwarna kulit, coklat, atau kekuningan muncul di wajah, leher, atau tubuh bagian lainnya
  • Nyeri tumpul atau tajam di area perut atau panggul, terutama selama menstruasi
  • Perut kembung
  • Gangguan menstruasi 
  • Kulit di sekitar area berwarna atau nyeri.
  • Nanah atau darah yang keluar dari abses
  • Pembengkakan kista
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Rambut yang menonjol dari lesi
  • Nyeri di punggung, terutama di bawah tulang rusuk
  • Darah dalam urin, yang terlihat merah muda, merah, atau coklat (hematuria).
  • Mual, cepat kenyang, muntah atau nyeri ulu hati

Artikel lainnya: 3 Pilihan Operasi Kista Bartholin

Diagnosis Kista

Diagnosis kista akan ditentukan oleh dokter melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Setelah menanyakan keluhan dan faktor risiko, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dan mengidentifikasi karakteristik kista berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan lokasi.

Secara umum kista sudah dapat dipastikan dengan pemeriksaan visual. Namun, agar mendapatkan kepastian diagnosis beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilaksanakan, meliputi:

1. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) bertujuan untuk mendeteksi keberadaan kista, sekaligus menilai ukuran, bentuk, dan lokasi kista.

2. CT Scan (Computed Tomography)

Prosedur CT Scan bertujuan memberikan gambar detail dari struktur dalam tubuh, termasuk kista. Alat ini akan membantu dalam menilai ukuran, bentuk, dan lokasi kista.

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan MRI bertujuan memberikan gambaran detail dari struktur dalam tubuh, termasuk kista.

4. Biopsi

Biopsi dilakukan untuk menentukan apakah kista bersifat jinak atau ganas (kanker). Prosedur dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan pada kista dan dilakukan analisis di laboratorium.

Artikel lainnya: Mengetahui Jenis dan Prosedur Operasi Kista Ovarium

Pengobatan Kista

Banyak kista yang bersifat jinak dan tidak menimbulkan bahaya serius dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa diperlukan tindakan medis. Salah satunya kista ovarium fungsional yang sering terjadi pada usia subur wanita dan biasanya hilang dalam beberapa siklus menstruasi.

Pada kondisi ini akan dilakukan observasi aktif untuk menangani kista yang tidak berisiko tinggi dan tidak menunjukan gejala. Dokter biasanya akan memantau kista melalui pemeriksaan fisik dan pencitraan seperti ultrasound atau MRI.

Pemantauan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kista tidak mengalami perubahan yang mencurigakan atau berpotensi menjadi ganas.

Observasi dan monitoring memungkinkan dokter untuk menghindari tindakan yang tidak perlu dan memberikan penanganan yang tepat hanya jika ada tanda-tanda komplikasi atau pertumbuhan yang tidak normal.

Dalam mengobati kista perlunya mempertimbangkan jenis kista, lokasi, ukuran, dan gejala yang ditimbulkan. Terapi pada setiap pasien akan berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi individu.

Beberapa prosedur yang umum dilakukan bila kista menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada pasien antara lain:

1. Drainase atau Aspirasi

Prosedur drainase atau aspirasi dilakukan untuk mengeluarkan cairan didalam kista menggunakan jarum steril. Tindakan ini dapat mengurangi tekanan dan nyeri, serta membantu mencegah infeksi.

Kista ganglion atau kista pada payudara salah satu kista yang ditangani dengan metode ini. Kista bilier tidak dianjurkan menggunakan teknik ini terutama drainase bilier internal karena tingkat kematian pascaoperasi tinggi akibat refluks bilier, infeksi berulang, penyempitan pada sambungan saluran empedu, dan perubahan menjadi kanker di dinding kista.

2. Pembedahan

Kista yang sudah membesar akan lebih dianjurkan untuk dilakukan tindakan bedah. Prosedur ini kista akan diangkat secara keseluruhan.

Pembedahan juga dapat mengurangi potensi kanker yang ditimbulkan oleh kista ataupun risiko gangguan fungsi organ. Teknik biasanya dilakukan pada kista ovarium, kista ganglion, dan kista sebaceous.

3. Obat-obatan

Pemberian obat-obatan juga diperlukan untuk mengurangi gejala seperti nyeri, radang hingga infeksi. Antibiotik seperti amoksisilin, ciprofloxacin dianjurkan untuk mengatasi infeksi tersebut.

Terapi hormon biasanya diberikan pada pasien kista ovarium fungsional, jika kista tersebut menyebabkan gejala atau berulang, pemberian pil KB direkomendasikan untuk mencegah ovulasi dan mengurangi pembentukan kista baru.

Obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau naproxen, obat ini juga dimanfaatkan untuk mengurangi radang.

Artikel lainnya: Kista Tiroid, Bahayakah?

Pencegahan Kista

Berikut berbagai tindakan yang bisa Kamu lakukan untuk mencegah terbentuknya kista:

  • Menjaga kebersihan tubuh seperti kulit, kelopak mata dan area genital agar mencegah infeksi yang dapat memicu pembentukan kista.
  • Mencegah munculnya kista pilonidal dengan merawat kulit agar tidak kering dan mengurangi duduk dalam waktu yang lama.
  • Pemberian kontrasepsi hormonal pada untuk mencegah kista ovarium pada wanita yang berisiko tinggi.
  • Pastikan asupan nutrisi terpenuhi, salah satunya dengan mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak.
  • Lakukan pemeriksaan secara rutin seperti pemeriksaan USG panggul untuk mendeteksi kista ovarium sejak dini dan pemeriksaan payudara sendiri serta mammografi rutin untuk membantu mendeteksi kista payudara.
  • Kelola stres untuk menjaga keseimbangan hormon dengan teknik relaksasi, dan tidur yang cukup.
  • Bila Kamu memiliki keluhan penyakit autoimun, kelola kondisi klinis dengan tepat untuk menghindari pemicu terbentuknya kista.
  • Tidak merokok dan menghindari konsumsi alkohol.
  • Tidur yang cukup dan berkualitas.

Komplikasi Kista

Pertumbuhan berlebihan dari kista akan mengakibatkan gangguan salah satunya menekan organ dan jaringan disekitarnya.

Bila kondisi ini tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh kista berdasarkan tempat tumbuhnya, seperti:

Obat Terkait Kista

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri ke dokter, bila kista bertumbuh semakin besar dan menimbulkan berbagai gejala seperti nyeri hebat, kemerahan pada kista hingga gejala infeksi.

Jika Kamu ingin tahu lebih banyak seputar kista, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokterdi Google Play dan App Store.

  • ICD 10 Data.(2024).Epidermal cyst. https://www.icd10data.com/ICD10CM/Codes/L00-L99/L60-L75/L72-/L72.0
  • Mobeen S, Apostol R. Ovarian Cyst. [Updated 2023 Jun 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560541/
  • Zito PM, Scharf R. Epidermoid Cyst. [Updated 2023 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499974/
  • Mayo Clinic.(2024).Ovarian Cyst.https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cysts/symptoms-causes/syc-20353405
  • Cleveland Clinic.(2024).Ovarian Cyst.https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9133-ovarian-cysts
  • ACOG. (2019). "Practice Bulletin No. 174: Evaluation and Management of Adnexal Masses. Obstetrics & Gynecology, 134(2), e48-e63.
  • Klabunde, C. N. (2014). "Kidney Cysts and Polycystic Kidney Disease. National Kidney Foundation, Retrieved from https://www.kidney.org/atoz/content/polycystic
  • Wong, J. J. (2016). "Sebaceous Cysts: Diagnosis and Management.American Family Physician, 94(4), 284-290.
  • Bast, R. C. (2017). "Ovarian Cysts and Tumors: Diagnosis and Management.Gynecologic Oncology, 146(1), 9-16.
  • Moseley, J. (2018). "Management of Renal Cysts and Polycystic Kidney Disease.Urology Clinics of North America, 45(4), 503-515.
  • Dalgaard, O. Z. (1957). Bilateral polycystic disease of the kidneys; a follow-up of two hundred and eighty-four patients and their families. Acta Medica Scandinavica, 158(S328), 1-255.
  • Parker, W. H., et al. (2009). Risk factors for ovarian cancer in women with ovarian masses. Obstetrics & Gynecology, 113(3), 594-600.
  • Comerci, J. T., et al. (1994). Mature cystic teratoma: a clinicopathologic evaluation of 517 cases and review of the literature. Obstetrics & Gynecology, 84(1), 22-28.
  • Vercellini, P., et al. (2014). Endometriosis: pathogenesis and treatment. Nature Reviews Endocrinology, 10(5), 261-275.
  • Angelides, A. C. (1982). Ganglions of the hand and wrist. The Journal of Hand Surgery, 7(6), 510-514.
  • Anderson, J. R. (2017). Management of Benign Ovarian Cysts. American Family Physician, 95(3), 211-217.
  • Barnhill, R. L., & Crowson, A. N. (2018). Cysts and Sinus Tracts In Pathology of the Skin (4th ed.). McGraw-Hill.
  • Gregush RE, Habusta SF. Ganglion Cyst. [Updated 2023 Jul 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470168/
  • Greenberg, M. I. (2019). Antibiotics in the Treatment of Infected Cysts. Journal of Clinical Medicine, 8(9), 1340.
  • World Health Organization. (2018). Guidelines for the Treatment of Ovarian Cysts. Retrieved from [who.int](https://www.who.int).
  • Hillerdal, G. (1999). Mesothelioma: cases associated with non-occupational and low dose exposures. Occupational and Environmental Medicine, 56(8), 505-513.
  • The Role of Diet and Exercise in Preventing Ovarian Cysts," Journal of Women's Health, 2019.
  • Impact of Smoking and Alcohol on Hormonal Balance and Cyst Formation," American Journal of Public Health, 2018.
  • The Importance of Regular Pelvic Ultrasound in Early Detection of Ovarian Cysts," Radiology Today, 2020.
  • Breast Self-Examination and Mammography in Early Detection of Breast Cysts," Breast Cancer Research, 2017.
  • The Role of Regular Health Check-ups in Cyst Prevention," Family Medicine Journal, 2016.
  • Effectiveness of Hormonal Contraceptives in Reducing Ovarian Cyst Risk," Contraception Journal, 2018.
  • Managing Polycystic Ovary Syndrome to Prevent Ovarian Cysts," Endocrine Reviews, 2019.
  • Personal Hygiene and Prevention of Bartholin's Cysts," Women's Health Journal, 2018.
  • Stress Management Techniques and Their Impact on Hormonal Balance," Stress Health, 2019.
  • Sleep Quality and Hormonal Health," Journal of Sleep Research, 2017.
  • Autoimmune Diseases and Risk of Cyst Formation," Clinical Rheumatology, 2019.
  • Healthline.(2024).What's Causing this Cyst. https://www.healthline.com/health/cyst#pictures-of-pseudocysts