Hiperkalemia (Kadar Kalium Tinggi)
Dokter Spesialis | Dokter di instalasi gawat darurat; Dokter spesialis terkait: dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi; Kolaborasi antar multidisiplin kedokteran bergantung pada kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan |
Gejala | Mual, sesak napas, jantung berdebar, denyut jantung tidak teratur, kelemahan otot, kelelahan, kesemutan, kelumpuhan, tekanan darah rendah, pingsan, henti jantung |
Faktor Risiko | Laki-laki; masalah kesehatan tertentu (gagal ginjal kronis, gagal ginjal akut, diabetes melitus, hipertensi resisten, asidosis metabolik, ketoasidosis diabetes, penyakit Addison, gagal jantung kongestif, rhabdomyolysis, sindrom lisis tumor terutama pada penderita yang menerima kemoterapi, sepsis, dehidrasi); Obat tertentu (OAINS, ACE inhibitor, ARBs, diuretik hemat kalium, pelemas otot); Makanan yang kaya kalium (bayam, brokoli, wortel, labu siam, pisang, mangga, jeruk, lemon, dan daging merah); olahraga berlebihan, crush injury |
Cara Diagnosis | Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang |
Pengobatan | Bergantung gejala, kadar kalium darah (derajat penyakit), dan penyebab; membatasi sumber kalium dari luar tubuh, pemberian infus kalsium, glukosa dan insulin, dan natrium bikarbonat, pemberian resin dan diuretik loop (furosemid), cuci darah pada penderita gagal ginjal |
Obat | Bergantung gejala, kadar kalium darah (derajat penyakit), dan penyebab; infus kalsium, infus glukosa dan insulin, infus natrium bikarbonat, resin, diuretik loop (furosemid) |
Komplikasi | Aritmia, gagal jantung, kelumpuhan, henti jantung |
Kapan harus ke dokter? | Terdapat gejala dan tanda hiperkalemia; Segera ke instalasi gawat darurat, bila terdapat salah satu dari tanda-tanda ini: sesak napas, jantung berdebar disertai berkeringat dingin, kelumpuhan, pingsan |
Pengertian Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah kondisi ketika kadar kalium darah melebihi batas atas rentang normal, yaitu lebih dari 5,0 hingga 5,5 mmol/L pada orang dewasa. Padahal, kadar kalium darah normalnya adalah 3,6 hingga 5,0 mmol/L.
Kalium (pottasium) sendiri merupakan elektrolit yang berperan penting bagi tubuh, terutama untuk metabolisme sel, kontraksi otot, pengiriman pesan antar sel saraf, dan fungsi ginjal.
Kadar kalium yang tinggi bisa mengalami kelemahan otot, sesak napas, dan jantung berdebar. Tanpa perawatan yang tepat, hiperkalemia dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa, salah satunya gagal jantung.
Dengan mendeteksi gejala secara dini dan menerima pengobatan dari dokter, akan bermanfaat untuk mencegah komplikasi ini.
Jenis Hiperkalemia
Di beberapa literatur, secara umum batas nilai yang dipakai untuk pengelompokan hiperkalemia bervariasi. Hal ini bergantung pada masing-masing laboratorium, hasil penelitian, dan hasil pengukuran yang berbeda antara plasma dan serum.
Berdasarkan kadar kalium darah, hiperkalemia dikelompokkan menjadi:
- Kadar kalium darah 5,5–6,0 mmol/L (hiperkalemia ringan).
- Kadar kalium darah 6,0–6,5 mmol/L (hiperkalemia sedang).
- Kadar kalium di atas 6,5 mmol/L (hiperkalemia berat).
Beberapa literatur menyebutkan tentang pembagian hiperkalemia dengan mempertimbangkan ada tidaknya perubahan elektrokardiogram (EKG), di antaranya:
- Hiperkalemia ringan ketika kadar kalium 5,0-5,9 mmol/L tanpa perubahan EKG.
- Hiperkalemia berat ketika kadar kalium 6,0-6,4 mmol/L dengan perubahan EKG atau ≥ 6,5 mmol/L.
Artikel Lainnya: Benarkah Kekurangan Kalium Picu Diabetes?
Penyebab Hiperkalemia
Berikut berbagai penyebab hiperkalemia yang perlu kamu tahu:
1. Peningkatan Asupan Kalium
Makanan yang mengandung kalium tinggi, seperti daging merah, pisang, melon, kiwi, bayam, kentang, dan brokoli berisiko menyebabkan hiperkalemia bila dikonsumsi oleh penderita penyakit ginjal.
Pada keadaan normal, ginjal bekerja mengeluarkan kalium melalui urine. Namun, pada kondisi penyakit ginjal berat terjadi masalah fungsi ginjal.
2. Perpindahan Kalium dari Dalam Sel ke Luar Sel
Olahraga berlebihan, tubuh terhimpit oleh benda berat dapat menyebabkan kadar kalium yang tinggi dalam tubuh.
Begitu pula masalah kesehatan asidosis metabolik dan ketoasidosis diabetes, serta penggunaan obat tertentu (succinylcholine, kemoterapi) dapat menyebabkan cedera sel. Cedera sel dapat melepaskan sejumlah besar kalium dari dalam sel menuju aliran darah.
3. Gangguan Pengeluaran Kalium
Penyakit ginjal merupakan penyebab umum hiperkalemia. Penurunan fungsi ginjal menyebabkan gangguan pengeluaran kalium dari tubuh, sehingga kadar kalium di aliran darah meningkat.
Faktor Risiko Hiperkalemia
Berikut ada berbagai faktor yang bisa meningkatkan risiko hiperkalemia:
1. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih sering mengalami hiperkalemia dibandingkan perempuan. Hal ini diduga berhubungan dengan peningkatan massa otot dan tingkat rhabdomyolysis yang cenderung dijumpai pada laki-laki.
Pada rhabdomyolysis, jaringan otot yang rusak melepaskan protein dan elektrolit ke aliran darah.
2. Masalah Kesehatan Tertentu
Berikut masalah kesehatan yang meningkatkan risiko hiperkalemia:
- Gagal ginjal kronis
- Diabetes melitus
- Asidosis metabolik
- Gagal ginjal akut
- Ketoasidosis diabetes
- Penyakit Addison
- Gagal jantung kongestif
- Hipertensi resisten
- Rhabdomyolysis
- Sindrom lisis tumor terutama pada penderita yang menerima kemoterapi
- Sepsis
- Dehidrasi
3. Penggunaan Obat Tertentu
Berikut obat yang dapat mengganggu pengeluaran kalium dari tubuh dan meningkatkan risiko hiperkalemia:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengurangi nyeri dan peradangan, seperti ibuprofen dan naproxen
- Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor untuk mengobati hipertensi, seperti captopril dan lisinopril
- Angiotensin receptor blockers (ARBs) untuk mengobati hipertensi, seperti valsartan dan irbesartan
- Diuretik hemat kalium untuk mengobati hipertensi, seperti spironolactone, amiloride, dan eplerenone
- Pelemas otot (muscle relaxant), seperti succinylcholine
4. Makanan yang kaya kalium
Berikut makanan yang mengandung kalium tinggi:
- Sayuran: bayam, brokoli, wortel, labu siam
- Buah-buahan: pisang, mangga, jeruk, lemon
- Daging merah
5. Kondisi Lainnya
Risiko hiperkalemia juga bisa meningkat karena kondisi berikut ini:
- Olahraga berlebihan
- Crush injury (cedera akibat tubuh terhimpit atau tertimpa benda berat)
Gejala Hiperkalemia
Secara umum, hiperkalemia ringan tidak menunjukkan gejala. Namun, hiperkalemia sedang atau berat dapat menunjukkan gejala. Berikut gejala dan tanda hiperkalemia:
- Mual
- Sesak napas
- Jantung berdebar
- Kelemahan otot
- Kelelahan
- Denyut jantung tidak teratur (aritmia)
- Kesemutan (paresthesia)
- Kelumpuhan (paralysis)
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
- Pingsan
- Henti jantung
Artikel Lainnya: Inilah Penyebab Henti Jantung Mendadak
Diagnosis Hiperkalemia
Dokter akan menentukan diagnosis hiperkalemia melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menanyakan keluhan, riwayat penyakit dan pengobatan penderita, kebiasaan dan pola makan, riwayat benturan fisik, olahraga, dan faktor risiko lainnya.
Lalu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.
Di samping itu, pemeriksaan fisik secara menyeluruh juga dilakukan untuk mengidentifikasi tanda-tanda hiperkalemia.
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang bergantung pada hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:
- Pemeriksaan kalium darah untuk menentukan hiperkalemia
- Pemriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk menilai gangguan irama jantung
- Pemeriksaan ureum (blood urea nitrogen) dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal
- Pemeriksaan urine (urinalysis) untuk menilai penyakit ginjal
- Pemeriksaan kalium, natrium, dan osmolalitas urine untuk mengetahui penyebab
Pemeriksaan penunjang bergantung pada faktor risiko dan kondisi medis penderita juga bisa dilakukan, di antaranya:
- Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk menilai anemia, peningkatan jumlah sel darah putih, dan keping darah
- Pemeriksaan glukosa darah dan analisis gas darah untuk menentukan ketoasidosis diabetes
- Pemeriksaan dehidrogenase laktat pada kasus hemolisis
Pengobatan Hiperkalemia
Cara mengatasi hiperkalemia adalah berobat ke dokter. Secara umum, pengobatan hiperkalemia bergantung pada kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan.
Penderita hiperkalemia berat atau menunjukkan perubahan EKG umumnya memerlukan pertolongan segera dan perawatan intensif. Terapi hiperkalemia bergantung pada berbagai faktor, seperti gejala, kadar kalium darah (derajat penyakit), dan penyebab.
Berikut cara pengobatan hiperkalemia yang mungkin dijalani:
- Membatasi sumber kalium dari luar tubuh, seperti makanan yang tinggi kalium dan obat atau suplemen yang berpotensi meningkatkan hiperkalemia.
- Pemberian diuretik loop (furosemid) membantu mengeluarkan kalium dari tubuh
- Pemberian infus kalsium untuk merawat otot dan jantung
- Pemberian infus glukosa dan insulin untuk menurunkan kadar kalium
- Pemberian infus natrium bikarbonat membantu mengatasi asidosis metabolik
- Pemberian resin untuk mencegah penyerapan kalium di saluran cerna
- Cuci darah (hemodialisis) pada penderita gagal ginjal
Pencegahan Hiperkalemia
Upaya pencegahan hiperkalemia adalah mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah. Berikut upaya pencegahannya:
1. Pengaturan makan
Makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Hal ini dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah kandungan kalori.
2. Mencukupi Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan harus tercukupi dengan baik setiap harinya dengan minum air putih dan makan buah serta sayur.
3. Rutin berolahraga
Berolahraga secara teratur 3-5 hari seminggu, selama 30-45 menit tiap olahraga. Dianjurkan latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat dan bersepeda santai.
Hal ini untuk mencegah penyakit yang meningkatkan risiko hiperkalemia, seperti diabetes melitus dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Pencegahan diabetes juga bisa kamu lakukan dengan cek risiko penyakit diabetes lewat tools kesehatan di Klikdokter.
4. Menurunkan Berat Badan Bila Berlebih
Berat badan dijaga agar berada di rentang indeks massa tubuh yang normal (IMT normal: 18,5-22,9 kg/m² untuk orang Asia). Kamui bisa mengecek indeks massa tubuhmu dengan mudah di sini!
5. Kontrol Rutin ke Dokter
Bila menderita penyakit atau mengonsumsi obat yang berisiko hiperkalemia, maka lakukan kontrol ke dokter secara teratur.
6. Konsultasi ke Dokter
Konsultasi kepada dokter tentang diet gizi seimbang sesuai kebutuhan kamu dan asupan yang meningkatkan risiko hiperkalemia.
Komplikasi Hiperkalemia
Berikut komplikasi hiperkalemia yang mungkin terjadi:
- Aritmia (gangguan irama jantung)
- Gagal jantung
- Henti jantung
- Kelumpuhan
Artikel Lainnya: Pertolongan Pertama pada Korban Henti Jantung Mendadak
Kapan Harus ke Dokter ?
Segera ke dokter, bila kamu atau yang berada dalam pengawasan mu mengalami gejala dan tanda di atas. Segera ke instalasi gawat darurat, bila terdapat salah satu dari tanda-tanda ini:
- Sesak napas
- Jantung berdebar disertai berkeringat dingin
- Kelumpuhan
- Pingsan
Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi hiperkalemia, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter. Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter Spesialis Penyakit Dalam online.
(APR)
- Larivée NL, Michaud JB, More KM, Wilson JA, Tennankore KK. Hyperkalemia: Prevalence, Predictors and Emerging Treatments. Cardiology and Therapy. 2023.
- Lindner G, Burdmann EA, Clase CM, Hemmelgarn BR, Herzog CA, Małyszko J, et al. Acute hyperkalemia in the emergency department: a summary from a Kidney Disease: Improving Global Outcomes conference. European Journal of Emergency Medicine. 2020.
- Palmer BF, Carrero JJ, Clegg DJ, Colbert GB, Emmett M, Fishbane S, Hain DJ, Lerma E, Onuigbo M, Rastogi A, Roger SD. Clinical management of hyperkalemia. InMayo Clinic Proceedings 2021.
- Jun HR, Kim H, Lee SH, Cho JH, Lee H, Yim HW, Yoon KH, Kim HS. Onset of hyperkalemia following the administration of angiotensin-converting enzyme inhibitor or angiotensin II receptor blocker. Cardiovascular Therapeutics. 2021.
- Raebel MA. Hyperkalemia associated with use of angiotensin‐converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor blockers. Cardiovascular therapeutics. 2012.
- Simon LV, Hashmi MF, Farrell MW. Hyperkalemia. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470284/ Diakses pada 14 Sept 2023.
- Hunter RW, Bailey MA. Hyperkalemia: pathophysiology, risk factors and consequences. Nephrology Dialysis Transplantation. 2019.
- Watanabe R. Hyperkalemia in chronic kidney disease. Revista da Associação Médica Brasileira. 2020.
- Clase CM, Carrero JJ, Ellison DH, Grams ME, Hemmelgarn BR, Jardine MJ, Kovesdy CP, Kline GA, Lindner G, Obrador GT, Palmer BF. Potassium homeostasis and management of dyskalemia in kidney diseases: conclusions from a Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Controversies Conference. Kidney international. 2020.
- Lanham-New SA, Lambert H, Frassetto L. Potassium. Advances in nutrition. 2012.
- Weinstein J, Girard LP, Lepage S, McKelvie RS, Tennankore K. Prevention and management of hyperkalemia in patients treated with renin–angiotensin–aldosterone system inhibitors. CMAJ. 2021.
- Lehnhardt A, Kemper MJ. Pathogenesis, diagnosis and management of hyperkalemia. Pediatric nephrology. 2011.
- Vijayakumar S, Butler J, Bakris GL. Barriers to guideline mandated renin–angiotensin inhibitor use: focus on hyperkalaemia. European heart journal supplements. 2019.