Fistula Ani
Dokter spesialis |
Spesialis bedah |
Gejala |
Nyeri anus, keluar cairan atau feses secara spontan |
Faktor risiko |
perokok, obesitas, diabetes |
Cara diagnosis |
Pemeriksaan fisik |
Pengobatan |
Pembedahan |
Obat |
Antibiotik, jika terdapat infeksi |
Komplikasi |
Kesulitan menahan BAB (inkontinensia fekal), kekambuhan fistula ani |
Kapan harus ke dokter? |
Adanya nyeri hebat pada anus yang tidak menghilang, khususnya disertai keluar cairan atau feses secara spontan. |
Pengertian
Penyakit fistula ani adalah istilah medis untuk kondisi terbentuknya terowongan di bawah kulit yang menghubungkan antara kulit dengan anus.
Efeknya, akan terbentuk lubang di kulit, di mana cairan atau feses dapat keluar melalui lubang tersebut.
Sebagian besar kasus fistula ani disebabkan oleh adanya infeksi di kelenjar di daerah anus.
Artikel lainnya: Abses Anus, Ketika Pantat Terasa Sakit Saat Duduk
Penyebab
Anus memiliki beberapa kelenjar kecil untuk menjaganya dalam kondisi yang tidak kering.
Jika salah satu kelenjar tersebut tersumbat, lambat laun akan terjadi infeksi dan terbentuk kumpulan nanah di dalam kelenjar anus. Secara medis, kondisi ini disebut sebagai abses ani.
Mestinya dalam keadaan ini, diperlukan segera pengobatan medis berupa insisi dan drainase abses, yaitu tindakan membuat sayatan pada abses agar nanah di dalamnya dapat keluar sepenuhnya dan penyembuhan sempurna dapat terjadi.
Jika tindakan pengobatan tidak segera dilakukan, tubuh akan bereaksi dengan berusaha sendiri mencarikan jalan keluar bagi nanah untuk keluar dari kelenjar di anus. Caranya dengan membentuk terowongan antara kelenjar anus dengan kulit.
Selain abses di kelenjar anus, penyebab lain fistula ani adalah cedera di daerah anus, kanker di daerah rektum atau di anus, infeksi tuberkulosis, penyakit Crohn, diare kronis, dan divertikulitis.
Faktor Risiko
Berikut beberapa faktor risiko terbentuknya penyakit fistula ani:
- Jenis kelamin laki-laki (kejadian fistula ani pada laki-laki : perempuan adalah 12,3 : 5,6 100.000 penduduk)
- Obesitas
- Diabetes
- Merokok
- Kolesterol tinggi
- Pola hidup sedentari
Gejala
Gejala yang timbul dari fistula ani dapat berupa:
- Nyeri dan bengkak di sekitar anus
- Adanya perdarahan dari anus
- Tercium adanya bau tajam atau tidak sedap di sekitar kulit anus
- Terbentuknya lubang di kulit dan muncul cairan atau feses dari lubang tersebut
- Kulit kemerahan dan terasa perih akibat iritasi
Artikel lainnya: Bengkak di Anus? Waspadai Gejala Abses Anus
Diagnosis
Untuk memastikan adanya fistula ani, awalnya dokter akan melakukan wawancara terkait keluhan yang dialami.
Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah sekitar anus. Dokter akan melihat bila terjadi peradangan di anus dan lubang di kulit di sekitarnya.
Jika terdapat lubang yang diduga merupakan fistula, dokter akan memeriksa kedalaman lubang tersebut dan melihat bila ada bentukan terowongan yang menghubungkan antara lubang di kulit tersebut dengan kelenjar di anus.
Pemeriksaan yang terasa menyakitkan untuk pasien dapat dilakukan sambil pasien dibius.
Pada sebagian kasus, fistula ani tidak terlihat dengan mudah dari luar. Untuk kondisi ini, dokter perlu melakukan pemeriksaan anuskopi, yaitu pemeriksaan menggunakan semacam kamera untuk melihat kondisi dalam anus dan rektum.
Jika ditemukan ada terowongan fistula, terkadang pemeriksaan ultrasonografi atau magnetic resonance imaging (MRI) di daerah anus juga diperlukan untuk melihat arah dan kedalaman terowongan.
Jika fistula ani benar-benar ditemukan, pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk mengetahui penyebabnya terjadi.
Jika diduga penyebabnya adalah penyakit Crohn, kanker rektum dan anus, atau divertikulitis, maka kolonoskopi yang akan dilakukan.
Serupa dengan anuskopi, kolonoskopi juga merupakan pemeriksaan yang menggunakan semacam kamera untuk melihat kondisi usus besar. Alat ini dimasukkan melalui anus.
Pengobatan
Pengobatan utama untuk mengatasi fistula ani adalah dengan operasi fistulotomi. Pada operasi ini, dokter akan melakukan sayatan di kulit dan otot hingga sampai ke terowongan fistula.
Setelah mencapai area tersebut, terowongan akan dibersihkan sepenuhnya dari jaringan dan sel yang tidak seharusnya berada di situ.
Tujuannya adalah untuk merangsang penyembuhan sempurna sekaligus menutup terowongan tersebut rapat-rapat sehingga fistula tersebut hilang.
Setelah operasi fistulotomi, dokter umumnya akan memberikan obat untuk melunakkan feses selama beberapa hari hingga satu minggu untuk mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan setelah operasi.
Pengobatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengisi terowongan fistula ani dengan sejenis lem.
Tujuannya adalah untuk merekatkan dinding terowongan fistula ani sehingga terowongan tertutup rapat. Namun, sering kali pengobatan ini kurang efektif.
Pada kebanyakan kasus, pasien fistula ani tidak memerlukan obat. Namun, pada kasus tertentu seperti ditemukan infeksi, akan diberikan pengobatan antibiotik.
Artikel lainnya: Cara Mudah dan Tepat dalam Mengatasi Abses Anus
Pencegahan
Mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup serta air putih 1,5–2 liter per hari baik untuk mencegah sembelit dan menjaga feses tetap lunak.
Langkah ini juga akan mencegah terjadinya luka di anus. Hal ini secara tidak langsung akan mencegah terbentuknya fistula ani.
Komplikasi
Salah satu risiko menjalani pembedahan fistula ani adalah kerusakan pada katup anus, yang menyebabkan sulit menahan BAB (inkontinensia fekal).
Oleh karena itu, diagnosis dan perencanaan pembedahan sebaiknya dilakukan dengan menyeluruh.
Pada tahun pertama setelah pengobatan, kemungkinan fistula ani muncul kembali lebih tinggi.
Hal ini khususnya ditemui pada pasien dengan diabetes, merokok, obesitas, dan memiliki riwayat operasi fistula ani.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika ada nyeri hebat pada anus yang tidak menghilang, khususnya disertai keluar cairan atau feses secara spontan.
Butuh konsultasi dengan dokter seputar fistula ani? Yuk pakai layanan Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter. Kamu juga bisa mengunduh aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi kesehatan tepercaya.
[HNS/NM]
Fistula in Ano - StatPearls - NCBI Bookshelf. (n.d.).
Clinical practice guideline for the management of anorectal abscess ... (n.d.). Retrieved July 15, 2022,