Masalah Pernapasan

Batuk Rejan

dr. Marsita Ayu Lestari, 04 Sep 2023

Ditinjau Oleh

Batuk rejan merupakan infeksi saluran pernapasan yang sangat menular dan menyerang semua usia.

Batuk Rejan

Batuk Rejan

Dokter Spesialis

Spesialis anak (untuk anak), spesialis penyakit dalam (untuk dewasa), spesialis paru 

Gejala

Tahap awal (fase kataralis) ditandai dengan pilek, bersin, demam ringan, batuk ringan)

Tahap lanjut (fase paroksismal) ditandai dengan batuk bertambah berat, serangan batuk panjang dan diakhiri dengan whoop/tarikan napas panjang dan dalam, berbunyi melengking; berkeringat, gelisah, muka merah dan kulit kebiruan, muntah, kelelahan)

Tahap penyembuhan (fase convalescent) ditandai dengan serangan batuk berkurang, muntah berkurang)

Faktor Risiko

Bayi, belum imunisasi/status imunisasi tidak lengkap, pajanan HIV dalam rahim dari ibu ke janin.

Diagnosis

Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah, rontgen dada, PCR)

Pengobatan

Menjaga status nutrisi/hidrasi, istirahat yang cukup, mengurangi keluhan, antibiotik

Obat

Antibiotik, antipiretik, mukolitik, steroid

Komplikasi

Kejang, ensefalopati, pneumonia, apnea, penurunan berat badan

Kapan harus ke dokter?

Terdapat gejala dan faktor risiko batuk rejan


Pengertian Batuk Rejan

Batuk rejan adalah infeksi saluran pernapasan yang sangat menular dan menyerang semua usia. Penyakit ini ditandai dengan gejala batuk yang diikuti oleh suara menarik napas bernada tinggi yang khas dan berlangsung lama. Batuk rejan dikenal juga dengan pertusis/whooping cough.

Penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kematian terutama pada bayi. Oleh karena itu, informasi seputar batuk rejan sangat penting untuk diketahui.

Artikel lainnya: Waspada, Inilah Gejala Batuk Bayi yang Berbahaya

Penyebab Batuk Rejan

Batuk rejan berbeda dengan TBC (tuberkulosis). Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang tidak hanya menyerang paru, tapi juga menyerang organ lain, seperti tulang belakang dan otak. 

Sedangkan, batuk rejan paling sering disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, yang merupakan kuman Gram negatif. Namun, dapat juga disebabkan oleh bakteri Bordetella parapertussis.

Penularan batuk rejan dapat melalui:

  • Kontak langsung dengan percikan ludah (droplet) dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi. Droplet yang mengandung kuman tersebut dapat tersebar di udara dan terhirup oleh orang lain. 
  • Secara tidak langsung dengan cara menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi droplet tersebut.

Gejala Batuk Rejan

Masa inkubasi pertusis biasanya 7–10 hari, berkisar 4–21 hari. Keluhan yang muncul bergantung pada usia, status imunisasi, dan penyebab lainnya. 

Ciri-ciri batuk rejan atau gejala dari batuk ini umumnya berlangsung selama 6 minggu atau bahkan lebih. Penyakit ini dibagi menjadi 3 fase, yaitu tahap awal (fase kataralis), tahap lanjut (fase paroksismal), dan tahap penyembuhan (fase convalescent). 

Gejala yang muncul di fase kataralis, seperti:

  • Pilek
  • Bersin
  • Demam ringan
  • Batuk ringan terutama malam hari

Gejala yang muncul di fase paroksismal, yaitu: 

  • Batuk bertambah berat 
  • Serangan batuk panjang dan diakhiri dengan whoop (tarikan napas panjang dan dalam, berbunyi melengking)
  • Berkeringat
  • Gelisah
  • Muka merah dan kulit kebiruan
  • Muntah
  • Kelelahan

Gejala yang muncul di fase penyembuhan, meliputi:

  • Serangan batuk berkurang
  • Muntah berkurang 

Artikel lainnya: Studi: Bayi Pengidap Batuk Rejan Berisiko Epilepsi Saat Dewasa

Faktor Risiko Batuk Rejan

1. Bayi

Bayi dapat terinfeksi batuk rejan melalui orang tua, kakak, atau pengasuhnya yang mengidap batuk rejan. 

2. Status imunisasi

Seseorang yang belum imunisasi pertusis atau status imunisasinya tidak lengkap maka akan rentan untuk menderita penyakit ini. 

3. Pajanan HIV

Penelitian melaporkan bahwa pajanan HIV dalam rahim dari ibu ke janin menyebabkan anak menjadi rentan untuk mengalami batuk rejan.

Artikel lainnya: Penyebab Batuk Tak Kunjung Sembuh yang Mesti Diwaspadai

Diagnosis Batuk Rejan

Diagnosis batuk rejan ditetapkan berdasarkan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter mungkin akan menanyakan riwayat kontak dengan penderita pertusis, riwayat imunisasi, dan serangan batuk dengan bunyi whoop yang khas. 

Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan fisik. Kemudian, pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adapun pemeriksaan penunjang yang mungkin dianjurkan, seperti:

  • Pemeriksaan darah untuk mengidentifikasi infeksi
  • Rontgen dada
  • Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) 

Pengobatan Batuk Rejan

Secara umum, pengobatan batuk rejan meliputi:

  • Menjaga status nutrisi dan hidrasi 
  • Istirahat yang cukup
  • Mengurangi keluhan, seperti mukolitik sebagai pereda batuk, parasetamol sebagai pereda demam
  • Antibiotik tertentu sesuai rekomendasi dokter
  • Terapi steroid

Selain itu, terdapat beberapa pantangan batuk rejan guna membantu penyembuhan, diantaranya:

  • Merokok
  • Makan makanan berminyak
  • Kurang istirahat atau tidur tidak berkualitas
  • Terpapar dengan debu

Pencegahan Batuk Rejan

Upaya pencegahan batuk rejan berkaitan dengan pengendalian faktor risikonya, yaitu:

  • Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir atau dengan pembersih tangan berbasis alkohol secara teratur, terutama setelah berjabat tangan atau menyentuh pegangan di angkutan umum 
  • Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan membersihkan permukaan yang dapat menjadi tempat tinggal kuman
  • Penting untuk memerhatikan kebersihan bayi atau anak-anak yang berada di bawah pengawasanmu
  • Imunisasi DPT (difteri, pertusis dan tetanus), yang dapat diberikan pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, lalu dilanjutkan dengan booster sesuai program
  • Ibu hamil sebaiknya mengikuti skrining HIV

Artikel lainnya: Manfaat Kencur untuk Obati Batuk Bayi

Komplikasi Batuk Rejan

Batuk rejan yang tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi, yaitu:

  • Kejang
  • Ensefalopati (penyakit yang memengaruhi fungsi/struktur otak)
  • Pneumonia (Infeksi yang menyebabkan peradangan di paru)
  • Apnea (henti napas) 
  • Penurunan berat badan

Obat Terkait Batuk Rejan

Obat batuk rejan yang bisa dikonsumsi, yaitu:

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksa ke dokter bila kamu atau mereka yang berada dalam pengawasanmu memiliki gejala dan faktor risiko yang telah dijelaskan.

Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi batuk rejan, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter dan manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.

[LUF]

  1. Havers FP, Moro PL, Hariri S, Skoff T. Pinkbook: Pertussis. 2021. https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/pert.html   Accessed 11 May 2023.
  2. Lauria AM, Zabbo CP. Pertussis. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519008/ Accessed 11 May 2023.
  3. Muloiwa R, Dube FS, Nicol MP, Hussey GD, Zar HJ. Risk factors for Bordetella pertussis disease in hospitalized children. PLoS One. 2020.
  4. Decker MD, Edwards KM. Pertussis (Whooping Cough), The Journal of Infectious Diseases. 2021.
  5. CDC. Tuberculosis (TB). 2016. https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm  Accessed 11 May 2023.
  6. Bellettini CV, de Oliveira AW, Tusset C, Baethgen LF, Amantéa SL, Motta F, et al. Preditores clínicos, laboratoriais e radiográficos para infecção por Bordetella pertussis [Clinical, laboratorial and radiographic predictors of Bordetella pertussis infection]. Rev Paul Pediatr. 2014.
  7. Wang K, Bettiol S, Thompson MJ, Roberts NW, Perera R, Heneghan CJ, Harnden A. Symptomatic treatment of the cough in whooping cough. Cochrane Database Syst Rev. 2014. 
  8. Scanlon KM, Skerry C, Carbonetti NH. Novel therapies for the treatment of pertussis disease. Pathogens and Disease. 2015.