Pengertian
Insufisiensi pulmonal dikenal juga dengan istilah regurgitasi pulmonal. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana katup pulmonal ‘bocor’, sehingga terjadi aliran darah balik dari arteri pulmonal menuju ventrikel kanan.
Pada keadaan normal, seharusnya terjadi aliran darah yang sedikit mengandung oksigen dari ventrikel kanan menuju paru-paru melalui arteri pulmonal.
Penyebab
Penyebab paling umum dari insufisiensi pulmonal adalah adanya hipertensi pulmonal dan penyakit jantung bawaan (biasanya Tetralogy of Fallot). Hipertensi pulmonal sekunder, yaitu yang terjadi pada pasien dengan katup pulmonal normal namun memiliki hipertensi arteri pulmonal berat atau dilatasi dari arteri pulmonal, paling sering menyebabkan regurgitasi atau insufisiensi pulmonal.
Pada kasus penyakit jantung bawaan, kondisi Tetralogy of Fallot terutama pada keadaan tidak adanya katup pulmonal atau setelah pembedahan untuk memperbaiki Tetralogy of Fallot, sering kali berhubungan dengan munculnya insufisiensi pulmonal.
Selain kedua penyebab umum di atas, regurgitasi pulmonal dapat juga disebabkan beberapa keadaan. Misalnya, infektif endokarditis, dilatasi arteri pulmonal idiopatik, dan penyakit bawaan katup jantung. Meski demikian, penyebab-penyabab ini lebih jarang ditemukan. Selanjutnya, penyebab sangat jarang dari insufisiensi pulmonal antara lain sindroma karsinoid, demam rematik, dan trauma akibat kateterisasi.
Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis insufisiensi pulmonal, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh. Evaluasi menyeluruh ini dilakukan melalui:
- Anamnesis atau wawancara medis mendetail untuk menemukan riwayat penyakit, tanda dan gejala yang dirasakan.
- Pemeriksaan fisik: pemeriksaan lengkap jantung (terutama adanya murmur pada awal diastole), peningkatan tekanan vena jugularis, sering kali ditemukan pembesaran hati.
- Pemeriksaan penunjang, seperti:
- Umumnya diperlukan pemeriksaan ekokardiografi jantung
- Pemeriksaan EKG (elektrokardiografi) dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan
- Pemeriksaan rontgen dada dapat menunjukkan pembesaran ventrikel kanan
- Dapat dipertimbangkan MRI (Magnetic Resonance Imaging) jantung
Gejala
Sering kali, insufisiensi pulmonal asimtomatik (tidak menunjukkan gejala). Pada beberapa penderita, akan timbul gejala yang berkaitan dengan pembesaran ventrikel kanan jantung dan gagal jantung.
Hal yang mungkin dikeluhkan oleh penderita insufisiensi pulmonal antara lain:
- Dyspnea on exertion: sesak nafas yang muncul saat melakukan aktivitas
- Mudah lelah
- Pusing
- Edema perifer
- Nyeri dada
- Palpitasi atau berdebar-debar
- Pingsan
Pengobatan
Pada umumnya, jarang ditemukan kasus insufisiensi pulmonal yang parah hingga memerlukan penanganan khusus. Biasanya, ventrikel kanan cukup mudah beradaptasi dengan bertambahnya tekanan akibat overload volume yang disebabkan aliran darah balik ke ventrikel kanan.
Oleh karena itu, penanganan regurgitasi pulmonal umumnya difokuskan pada penanganan penyebab dari insufisiensi pulmonal. Hal ini terutama dilakukan untuk mencegah terjadinya gagal jantung kanan yang dapat memperburuk kondisi klinis.
Pada kasus berat, dapat disarankan pembedahan untuk penggantian katup pulmonal, namun penanganan ini sangat jarang dilakukan. Indikasi untuk melakukan pembedahan adalah:
- Insufisiensi pulmonal yang simtomatik dan berat
- Insufisiensi pulmonal yang asimtomatik namun berat dengan dilatasi ventrikel kanan berat dan/ atau disfungsi atau aritmia simtomatik dari ventrikel atau atrium
- Disfungsi pada MRI jantung dengan end diastolic volume dari ventrikel kanan di atas 150 ml/m2, end systolic volume di atas 80 mL/m2 dan ejection fraction di bawah 47%
- Insufisiensi pulmonal berat dan regurgitasi progresif dari katup tricuspid
Pada penderita insufisiensi pulmonal, tidak ada pantangan makanan khusus. Namun, pada penderita dengan gejala gagal jantung sebaiknya dilakukan pembatasan konsumsi garam. Sedangkan pada penderita regurgitasi pulmonal juga tidak diperlukan pembatasan aktivitas.
Hal yang penting dilakukan adalah memonitor perjalanan penyakit. Kontrol ini sebaiknya dilakukan setiap tahun, atau sesuai dengan saran dokter. Umumnya kondisi ini akan dimonitor menggunakan ekokardiografi.